Dimuat di Lampung Post, Minggu 15 Juli 2018
Ratnani
Latifah
Sejak
pagi Salma terlihat tidak tenang. Sesekali dia menatap keluar kelas. Dan
sesekali dia menatap sebuah buku yang halamannya sobek. Salma benar-benar bingung bagaimana dia
bersikap pada Sifa.
“Kira-kira,
Sifa marah tidak, ya?” ucap Salma pelan, sambil sesekali melirik ke luar kelas.
Dua
hari lalu, Salma meminjam buku cerita
Sifa. Sifa pun meminjamkannya. Sifa berpesan, agar Salma menjaga dan merawat
buku itu.
“Wah
... bukunya bagus Sif. Boleh pinjam, kan?” tanya Salma ketika Sifa menunjukkan
buku koleksinya yang dibawa ke sekolah.
“Boleh,
dong. Seperti biasa ... bukunya dijaga, ya. Jangan sampai lecek atau rusak.”
Sifa memberikan buku ensiklopedia tumbuhan kepada Salma.
Sifa
dan Salma, memang sudah bersahabat sejak lama. Dan selama ini, Sifa memang
kerap meminjamkan buku kepada Salma. Sifa tahu, Salma sangat suka membaca. Tapi
karena masalah biaya, Salma tidak bisa membeli buku yang harganya relatif
mahal. Oleh karena itu, Sifa yang kebetulan
punya perpustakaan pribadi yang disiapkan ibunya, dengan suka rela
meminjamkan buku pada Salma.
“Siap.
Terima kasih, ya, Sif. Aku pasti akan menjaganya dengan baik.” Salma tersenyum
riang. Begitu pula Sifa.
Tapi, ternyata Salma lalai. Dia lupa merapikan buku itu setelah
dibaca, karena dipanggil ibunya untuk membantu berjualan di warung. Dan
kebetulan adiknya yang masih kecil,
tanpa sengaja melihat buku itu dan
merobek sebagian buku tersebut, untuk bermain-main.
Salma menarik napas dan menunduk.
Dia semakin gelisah ketika mendengar suara Salma yang menyapanya dengan riang.
“Lho, kamu kenapa pucat, Sal?”
tanya Sifa setelah duduk di bangkunya.
“Kamu sakit, kok masuk sekolah.”
“Bu-bu-kan, Sif.” Salma terlihat
gugup. Dia menimbang-nimbang, apakah dia akan mengatakan sekarang atau nanti.
Lalu dengan sedikit takut, Salma
akhirnya memilih jujur. “Maaf, Sif, aku sungguh tidak sengaja.” Salma menunduk.
“Kamu
mau memaafkanku, kan, Sif?” ucap Salma penuh harap.
“Nggak
mau. Kamu jahat. Kamu sudah merusak bukuku.” Tolak Sifa. Dia menatap buku barunya yang sudah rusak
itu.
“Mulai sekarang aku tidak mau
bermain dengan kamu lagi. Aku juga tidak akan meminjamkan buku-buku padamu
lagi.” Imbuh Sifa.
“Aku
janji lain kali tidak akan ceroboh lagi, Sif, aku boleh ya, pinjam buku lagi?”
Salma memohon.
“Kalau
nanti aku punya uang, aku akan ganti
buku kamu. Bagaimana?” bujuk Salma lagi.
“Mulai sekarang aku akan menabung
uang jajanku untuk membelinya.” Salma
menjelaskan.
“Kelamaan. Aku maunya kamu ganti
sekarang, kamu bisa?” ucap Sifa menantang. Mendengar itu, Salma semakin
menunduk.
“Ada
apa ini? Pagi-pagi, kok sudah
ribut-tibut?” tanya Bu Mila.
Ternyata,
pertengkaran mereka didengar juga oleh Bu Mila, wali kelas mereka. Sifa dan Salma tidak sadar, kalau sejak tadi
bel masuk sudah berbunyi. Dan mereka masih terus bertengkar.
Sifa dan Salma pun dipanggil Bu
Mila, ke ruang guru, untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Padahal biasanya mereka selalu akur dan
rukun. Mereka adalah dua sahabat yang selalu kompak.
“Ini salah Salma, Bu.” Tunjuk Sifa.
“Dia merusak buku saya.”
“Iya, Bu saya yang salah. Saya
merusak buku Sifa tanpa sengaja, karena itu, saya ingin meminta maaf.”
“Tapi saya tidak mau memaafkannya,
Bu. Saya sebal sama Salma.”
Mendengar ucapan Sifa, Bu Mila
langsung menasihati Sifa.
“Tidak boleh begitu, Sifa. Kalau
ada teman yang meminta maaf, maka kita harus memaafkannya.Teman yang meminta
maaf itu, tandanya dia menyesal dan mau berubah.
“Dan tadi, kamu sadar tidak ..., kalau kamu juga sudah menyakiti perasaan Salma?” lanjut Bu
Mila.
Sifa
menggeleng. Dia merasa Salma-lah yang sudah jahat padanya. Namun ketika Bu Mila
mengingatkan kata kasar yang tadi sempat dia ucapkan, Sifa langsung menunduk
malu. Ternyata kemarahan, bisa membuatnya bersikap jahat.
“Maaf,
Salma.” Ucap Sifa penuh penyesalan. Ternyata dia juga salah. Dia tidak
bermaksud menghina keadaan Salma. Dia
sering diingatkan orangtuanya untuk tidak menghina kekurangan orang lain.
“Tidak
apa-apa, Sifa. Aku juga minta maaf.”
Mereka
akhirnya bersalaman dan berpelukan.
“Nah
... kalau damai seperti ini, kan bagus. Mulai sekarang kalian harus selalu
menjaga kerukunan. Karena sesama teman memang harus selalu rukun. Tidak boleh
marahan dan dendam.” Pesan Bu Mila, yang langsung disetujui Sifa dan Salma dengan
anggukan.
Srobyong, 31 Mei 2018
Wah cerita anak anak yang bagus bgt ni mendidik dan mengajarkan anak untuk memaafkan.
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih sudah berkanan mampir baca ^_^ Semoga suka ceritanya
DeleteIde ceritanya bagus, Mbak Ratna.
ReplyDeleteHanya kalau boleh memberi masukan, lain kali usahakan jangan meminjam mulut orang dewasa untuk menyampaikan pesan. Termasuk konfliknya diselesaikan oleh tokoh dewasa. Jadi biarkan tokoh anaknya yang menyelesaikan masalahnya sendiri.
Salam semangat menulis, Mbak Ratna.
Siap Mas Bambang. Terima kasih masukannya. Masih berlatih terus untuk menulis cerita anak tanpa campur tangan orang dewasa.
DeleteTerima kasih Mas.
ReplyDelete