Wednesday 20 December 2017

[Review Buku] Cinta Selalu Menyimpan Misteri



Judul               : Love Catcher
Penulis             : Riawani Elyta
Penerbit           : GagasMedia
Cetakan           : Pertama, 2017
Tebal               : vi + 314 halaman
ISBN               : 979-780-908-9

“Jalan hidup yang kita jalani—suka tidak suka—semua sudah menjadi ketentuan Tuhan, kita hanya bisa berusaha, tapi Tuhan yang berkuasa atas jalan cerita kita.” (hal 160-161).

Kita tidak pernah tahu  kejutan apa yang akan kita dapat di hari esok. Semua masih masih menjadi misteri. Hanya Tuhan-lah Yang Maha Tahu. Namun,  bukan berarti kita tidak berusaha untuk membuat keajaiban agar di hari esok kita bisa memperoleh kebahagiaan, bukan?

Ini kali ke-lima membaca tulisan Mbak Riawani Elyta dalam bentuk novel. Secara keseluruan saya selalu suka dan menikmati buku-buku tulisan Mbak Ria yang selalu dipaparkan dengan renyah dan memikat. Belum lagi nilai-nilai falsafah hidup yang bisa ambil juga quote-quote manis yang bertebaran di dalam setiap karyanya.  Begitu pula dalam novelnya kali ini. Masih tidak jauh-jauh dari masalah cinta—yang memang tidak akan lengkang oleh zaman jika membahasnya—di sini  kita akan diajak berkenalan dengan tokoh bernama Azizi dan Gaby dengan konflik yang menarik ditambah eksekusi yang apik.

Dibuka dengan prolog yang sudah membuat penasaran, saya benar-benar terpikat dengan kisah ini. Percakapan antara dua wanita yang sejak awal saya tebak itu Gaby dan sang adik, benar-benar membuat kita penasaran tentang apa sih yang mereka bicarakan? Namun benarkah dugaan saya perilah dua wanita itu Gaby dan adiknya atau malah Gaby dan sahabatnya, Kania?

Kita pasti pernah mendengar bahwa setiap pasangan yang akan menikah, biasanya akan  menghadapi banyak cobaan atau kasus-kasus yang tidak terduga.  Begitu pula dengan Azizi dan Gaby. Ketika mereka akhirnya saling berjanji untuk mengikat diri dalam jalinan suci bernama pernikahan, tiba-tiba sebuah wacana tidak terduga membuat mereka harus berpikir ulang. Benarkah itu jalan yang terbaik? Tetap melangsungkan pernikahan atau malah membatalkannya?

 “Jika  ada hal lain yang  menghalangi recana kita, itu hanyalah kematian atau  karena kita memang nggak  jodoh.” (hal 17).

Gaby sangat terkejut ketika tiba-tiba Azizi mengatakan bahwa dia harus pindah ke Anambas—Pulau kecil di Indonesia yang terletak di Kepualaun Riau—setidaknya lima tahunan atau lebih. Dan itu berarti dia harus memilih ikut pindah bersama Azizi setelah menikah dan meninggal bisnis cokeletany juga sang mama, atau tetap tinggal di Bandung dengan resiko LDM—Long Distance Married (hal 16).

Masalahnya dua pilihan itu bagi Gaby keduanya sama-sama sulit. Latar belakang keluarga Gaby sejak awal sudah penuh masalah. Di mana karena LDM orangtuanya berpisah, dan membuat keluarganya berantakan. Adiknya Ghea kabur  dan sang kakak Gery lebih sering bertualang entah ke mana.  Gaby juga sadar mamanya tidak mungkin membiarkan dia mengulang kesalahan yang sama. Belum lagi kata mamanya yang benar-benar membuat Gaby tertohok.

“Jangan pernah tinggalkan Mama ya, By. Temani Mama sampai rindu dan sunyi akhirnya merenggut usia Mama di rumah ini.” (hal 21).

Gaby sangat sadar hubungan antara dirinya dan Azizi memang tidak seperti kebanyakan pasangan lainnya. Mereka kenal secara tidak sengaja dalam kejadian yang cukup unik. Dan belum genap tiga bulan tiba-tiba Azizi  menawarkan pernikahan. Gila memang tapi satu kalimat panjang dari Azizi mampu membuat Gaby mengatakan iya.

“Siapa yang bisa menjamin, semakin  banyak yang kita ketahui, hubungan kita  pasti akan langgeng dan berakhir dengan pernikahan?”  (hal 34).

Maka sejak saat itu mereka adalah pasangan yang saling mengisi dan melengkapi. Masing-masing sudah berbagi masa lalu dan berharap bisa membangun rumah tangga menyenangkan. Tapi siapa sangka keadaan bukannya memudahkan langkah mereka, tapi semakin mendekati hari-H jalan terjal itu semakin terlihat.

“Cinta nggak pernah memaksakan kehendaknya, sama juga seperti air, cinta pun memiliki muaranya, yaitu keikhlasan.” (hal 159).

Seperti dugaan Gaby, mama dan Gery tidak setuju jika dia harus pindah. Belum lagi orangtua angkat Azizi ternyata adalah salah satu pelanggan yang tidak puas dengan pelayanan Gaby di kafenya. Lebih dari itu kemunculan Mirza—partner kerja Gaby yang diam-diam juga menyukai Gaby,  menjadi sesuatu yang tidak kalah pelik dan membuat masalah semakin lebar. Gaby harus benar-benar memilih; berbakti pada mamanya atau memilih Azizi.

“Keyakinan itu penting. Kalau kamu sendiri masih ragu, bagaiamana mungkin kamu bisa meyakinkan orang lain? Nggak sedikit pernikahan  gagal atau terancam kandas bukan karena mereka  nggak cinta, tapi karena nggak ada restu orangtua.” (hal 226).

Membaca novel ini asli bikin suasana hati kacau. Ada bagian yang sesekali membuat tertawa lebar namun ada pula yang bikin nyeseg dan sedih banget.  Gemes tingkat akut deh. Baper juga sama Azizi dan Mirza. Dua-duanya sama-sama punya kelebihan yang pastinya bisa membuat para gadis antri mendapatkan mereka.

Suka dengan gaya bertutur Mbak Ria yang lues dan renyah.  Setiap lembar kita dibuat penasaran bagaimana akhir dari kisah ini.  Apalagi pada bagian-bagian akhir bab, Mbak Ria memberi cukup banyak kejutan yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Dan ditutup dengan ending yang membuat saya terpana. Aih, kok bisa gitu, sih?

Dalam novel ini saya menikmati pemilihan pov satu dari sisi Gaby.  Serta pemilihan alur yang  memberi efek penasaran dan bikin ketagihan sampai akhir kisahnya.   Hanya saja untuk setting saya merasa kurang klik perihal suasana Bandung. Entah kenapa masih terasa ada yang kurang.  Meski ada beberapa percakapan yang memang memakai  bahasa sunda—tapi hanya itu saja. Dan jujur sayang sekali dalam novel ini tidak ada teks penjelasan dari bahasa sunda yang ada.  Beberapa ada yang sedikit paham karena mirip bahasa jawa, tapi beberapa kata lainnya, hanya mengira-ngira melihat dari susuna kalimat  dan berakhir pilih googling. Hheh. Dak paham soalnya.  Untuk kesalahan tulis, minim sekali—saya hanya melihat Hatik—yang seharusnya Hati (hal 140).  Tapi untuk pembahasan soal cokelat, saya pikir cukup lengkap. Semua dituturkan dengan manis.

Lepas dari itu, secara keseluruhan, novel ini benar-benar asyik untuk dinikmati. Mbak Ria menempatkan porsi antara cinta dan bisnis dengan sangat baik. Menghibur juga membuka mata tentang berbagai realita hidup yang ada di depan kita. Bahwa masa lalu masih menjadi momok menakutkan bagi siapa saja. Namun begitu seyogyanya masa lalu perlu kita jadikan pelajaran untuk mengulang kejadian yang sama.  Selain itu dari novel ini saya belajar tentang arti keikhlasan, kesetiaan  kejujuran juga pentingnya berbakti pada orangtua.

4 bintang buat novel ini. 


Srobyong, 20 Desember 2017 

2 comments: