Thursday 21 December 2017

[Resensi] Suka Duka Perjalanan Menjemput Jodoh

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 10 Desember 2017 


Judul               : Menemukan Soulmate Pilihan Allah
Penulis             : Faizal Ainul Adha
Penerbit           : Noura Books
Cetakan           : Pertama, Februari 2017
Tebal               : 168 halaman
ISBN               : 978-602-385-241-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Buku ini dibuka dengan tagline yang menarik “Kalau jodoh  nggak bakal tertukar, direbut orang, apalagi salah pasangan, karena tulang rusuk bukan barang murahan.”

Sebagaimana kematian, jodoh juga rahasia Allah. Kita tidak akan pernah tahu  kapan jodoh kita akan datang. Ada yang  dipertemukan dengan mudah, ada yang penuh liku hingga akhirnya berhasil menuju pelaminan.  Kita juga tidak tahu apakah jodoh kita itu orang dari daerah jauh atau malah tetangga sendiri. Namun begitu kita tidak perlu resah apalagi ragu. Jodoh setiap orang sudah ditentukan Allah  dan tidak mungkin tertukar.  Allah itu Maha Adil dan Maha tahu. Yang terpentig bagi setiap insan adalah selalu memperbaiki diri,  sebagai ikhtiar untuk menjemput jodoh agar nantinya bisa sekufu.

Bukankah Allah pernah menjelaskan? Bahwa jodoh adalah cerminan diri sendiri. Dan jika kita ingin mendapat jodoh yang baik dan beriman, sudah semestinya kita memperbaiki diri.  Buku ini dengan gaya bahasa yang renyah mengajak kita  menyimak kisah-kisah penuh suka duka dalam usaha menjemput jodoh.

Misalnya saja kisah Bushra yang dijodohkan orangtuanya dengan Rafa—anak dari salah satu tetangganya. Memang mereka tidak langsung menikah. Mereka diberi kesempatan untuk saling mengenal dulu. Apalagi mereka sama-sama masih belajar di pesantren.  Namun bagi Bushra entah kenapa dia belum merasa cocok dengan Rafa. Hatinya belum terketuk rasa suk.a Berbeda dengan Busrhar, sejak awal Rafa ternyata sudah menyukai Bushra (hal 12)

Namun begitu, perjodohan tetap dilakukan. Bushra tidak mau menyakiti orangtuanya. Sampai pada suatu hari kakak Bushra, menyatakan melihat Rafa bersama perempuan lain.  Dan hubungan itu tidak terlihat sebagai kawan semata. Mendengar kabar itu, Bushra pun jadi kecewa. Dia merasa dikhianti.  Bushra pun akhirnya jujur mengutarakan bahwa dirinya tidak mau menikah dengan Rafa. Dia menjelaskan semua alasannya dengan sangat detail.

Maka sejak itu perjodohan mereka pun dibatalkan. Meski Rafa dan orangtuanya sudah meminta maaf dan memohon kesempatan kedua, Bushra tetap pada pendiriannya.   Setelah kejadian itu, kehidupan Rafa dan Bushra pun tetap berjalan.  Bushra sempat menjalin hubungan dengan beberapa laki-laki menuju pelaminan. Begitu pula dengan Rafa. Namun siapa sangka, keduanya kembali dipertemukan dalam keadaan yang tidak pernah diduga.

Di sinilah Bushra akhirnya mengerti perihal apa yang difirmankan Allah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagimu, begitu pula sebaliknya.”  (hal 18).

Ada pula kisah tentang tokoh aku yang tengah berusaha menjaga diri dari virus merah jambu. Pada suatu waktu dia mengenal sosok yang di matanya nampak sangat luar biasa. Dia adalah ketua rohis di sekolah. Namanya Akbar.  Kalau dipikir-pikir siapa yang tidak akan menyukai Akbar yang nampak begitu sempurna? Baik cerdas juga rajin ibadah. Namun tokoh aku itu tidak mau terlena. Dia berjuang keras menjaga hatinya agar tidak mengulang kesalahannya di masa lalu. Ketika dia pernah menjalin hubungan dengan seorang kakak kelas namun kandas di tengah jalan.  (hal 28).

Sejak kejadian itu, tokoh aku itu berusaha memperbaiki diri. Sekarang motivasinya adalah belajar dan meraih mimpinya. Untuk masalah jodoh dia hanya berserah pada Allah.  Namun yang mengejutkan, di tahun keempat kuliah, tiba-tiba Akbar meminta sesuatu yang sangat mengejutkan tokoh aku tersebut. Akbar melamar tokoh aku tersebut.

Dari kisah-kisah yang dipaparkan di atas semakin menjelaskan bahwa masalah jodoh memang hanya Allah yang tahu. Seberapa jauh jika memang jodoh pasti tak akan ke mana. Begitu pula sedekat apa pun jika tidak jodoh pasti akan terpisah. Di sinilah kita dituntut untuk selalu memperbaiki diri jika jodoh memang belum datang. Karena di balik itu berarti kita telah melakukan ikhtiar yang terbaik ke pada Allah.

Selain dua kisah itu tentu saja masih banyak kisah-kisah lain yang tidak kalah menarik. Buku itu patut dijadikan renungan. Meski untuk beberapa kisah  saya merasa kurang sreg.  Namun lepas dari kekurangannya, ada setitik manfaat yang bisa kita ambil sebagai jalan memperbaiki diri.

Srobyong, 2 September 2017 

No comments:

Post a Comment