Dimuat di Tribun Jateng, Minggu 20 Agustus 2017
Judul : Dunia dalam Genggaman Bung
Karno
Penulis : Sigit Aris Prasetyo
Penerbit : Imania
Cetakan : Pertama, Februari 2017
Tebal : xii + 356 halaman
ISBN : 978-602-7926-33-2
Peresensi : Ratnani Latifah. Aluma Universitas
Islam Nahdlatu Ulama, Jepara
Naskah ini merupakan naskah asli resensi sebelum ada editing dari redaksi untuk menyesuaikan space koran. :)
Siapa yang tidak mengenal
Sukarno? Namanya telah menjadi legenda
yang tidak lekang oleh zaman. Tidak
hanya di Indonesia, nama Sukarno sudah dikenal di seluruh posok negara di dunia.
Dia merupakan presiden pertama di
Indonesia, yang memiliki banyak sumbangsih dalam usaha meraih kemerdekaan juga
memajukan kesejahteraan Indonesia.
Sebagaimana diketahui Sukarno adalah seorang pemimpin yang berprisip.
Dia juga seorang yang ahli bernegosiasi,
orator dan konseptor ulung.
Selain itu dia merupakan praktisi diplomasi Indonesia yang paling cerdas
dalam sejarah Indonesia.
Buku ini dengan gaya bahasa yang
renyah dan mudah dipahami, memaparkan tentang sepak terjang Bung Karno dalam
berdiplomasi. Bagaimana dia bisa menjalin
hubungan dengan para pemimpin dunia, juga membangun kedekatan personal bahkan
bersahabat dengan para pemimpin dunia, tanpa memedulikan perbedaan agama,
ideologi, ras, dan budaya. Sukarno
pernah berkata, “Aku menyukai orang Timur, aku menyukai orang Barat ....”
(hal 3).
Dalam berdiplomasi Sukarno selalu high
profile, tegas namun cantik. Di mana itu berarti, dia selalu teguh dengan prinsipnya. Selalu percaya diri dan anti minder, juga tidak bisa didekte oleh pemimpin
negara manapun. Namun begitu dia tidak bersikap kaku, Bung Karno malah bersikap
lues dan bersahabat. Hal inilah yang pada akhirnya membuat Sukarno selalu
disegani. Apalagi Sukarno juga sangat
menjunjung tinggi persahabatan. Bahkan Sihanouk—presiden kamboja, pernah
berkata, “Sukarno adalah orang yang sangat menghargai persahabatan yang
tulus.” (hal 109).
Di antara sepak terjang Bung Karno
dalam berdimplomasi, contohnya bisa kita lihat dalam usaha Bung Karno mempertahankan Irian Barat sebagai satu
kesatuan Indonesia. Saat itu Indonesia memang sedang bersitegang dengan
Belanda, perihal wilayah Irian Barat.
Maka Bung Karno pun membujuk Presiden Amerika, J.F Keneddy agar berpihak
kepada Indonesia. Dia tahu dengan dukungan Amerika hal itu akan memudahannya
dalam mempertahankan wilayah Irian Barat dari Belanda. Dan akhirnya diplomasi
Bung Karno berhasil. J.F Keneddy mengirim seorang diplomat senior untuk membantu permasalahan itu, yang
mana akhirnya terjadi kesepatakan damai sesuai usulan proposal Bunker tanggal
12 Juli 1962. Indonesia setuju prinsip “self-determination”
dan Belanda setuju mengembalikan Irian Barat ke Indonesia (hal 15).
Tahun 1957 Sukarno berhasil membuat
kesepakatan dengan Nikita Krushchev—pernada menteri Uni Soviet untuk memulai
memberikan bantuan ekonomi termasuk perlengkapan militer yang dibutuhkan
Indonesia. Dan satu tahun sesudahnya,
Krushchev juga terus membela Indonesia dalam menghadapi AS yang membantu
pemberontakan PRRI di Sumatera (hal 37).
Lalu Sukarno juga berhasil melakukan
kerjasama dengan Chou Enlai—Perdana Menteri Tingkok. Mereka saling mendukung
dalam berbagai isu dan perkembangan politik internasional. Dan saat
berlangsungnya konfrontasi Indonesia dengan Federasi Malaysia, Chou Enlai juga
mendukung habis-habisan Indonesia. Chou mengecam pendirian negara Ferderasi
Malaysia oleh Ingris dan menganggapnya sebagai bentuk lain kolonilisme. Selain
dukungan politik, Chou juga menawarkan dukungan militer (hal 141).
Bersama Diosdago Macapagal—presiden
Filifina, Sukarno saling mendukung saat memanasnya politik terkait konfrontasi
Malaysia. Dukungan itu diumumkan Macapagal secara resmi pada tahun 1963.
Dukungan itu tidak hanya sekadar retorika politik namun juga militer (hal 160).
Sebuh buku yang patut kita baca
untuk menambah pengetahuan dalam mengenal sejarah Indonesia. Mengenal lebih dekat sosok Bung Karno yang
begitu luar biasa dan memiliki banyak jasa dalam perjuangan kemajuan Indonesia.
Selain itu buku ini juga memberi inspirasi untuk mewujudkan ketertiban dunia
dengan duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain.
Srobyong, 11 Agustus 2017
Bung Karno, the founding Father :)
ReplyDeleteIya Mbak. :)
Delete