Sunday, 6 August 2017

[Resensi] Perjalanan Dua Hati dalam Mencari Kebenaran-Nya

Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Senin 31 Juli 2017

Judul               : Lintang Langit pada Senja
Penulis             : Ririn Astutiningrum
Penerbit           : Laiqa, Elex Media Komputindo
Cetakan           : Pertama, Juni 2017
Tebal               : 248 halaman
ISBN               : 978-602-04-2528-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

Allah itu Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Ketika kita diganjar hidup dalam lingakaran kesusahan, sudah sepantasnya kita bersabar, ikhlas dan tawakal.   Dan jika kita diganjar menjadi orang yang berada, maka seyogyanya kita harus bersyukur dan tidak terlena dengan nikmat dunia.

Membaca novel ini, kita diajarkan untuk selalu mensyukuri bagaimana pun keadaan hidup kita.  Jangan pernah kita menggungat Allah atau menyalahkan-Nya. Selain itu dalam novel ini kita juga diingatkan untuk selalu sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai persoalaan dan rintangan hidup.  Jadikan cobaan sebagai penguat iman. Karena di balik cobaan selalu ada hikmah yang tertanam.
“Harga kehidupan kita bergantung dari kemampuan kita menerima kehidupan itu sendiri. Semakin kita bisa ikhlas dan lapang, semakin berhargalah hidup yang kita miliki.” ( hal 97).

Tidak ketinggalan dalam novel ini, penulis juga memaparkan bagaimana seharusnya orangtua yang baik dalam mendidik putra-putrinya. Bahwa dalam mendidik anak, selain memberikan materi, kasih sayang dan bimbingan orangtua itu sangat diperlukan. Mengingat orangtua adalah madrasah pertama bagi anak.  

Novel ini sendiri berkisah tentang Lintang yang merasa kesepian, karena merasa tidak dipedulikan orangtuanya, yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Hal itu-lah yang akhirnya membuat Lintang, menyalurkan kesepiannya dengan minum-minum, clubbing dan meninggalkan salat.  Ada juga Langit, terlahir menjadi orang yang tidak mampu, membuat Langit marah pada Allah. Dia merasa Allah tidak adil pada dirinya. Belum lagi cobaan berat berkali-kali menerpanya, hingga Langit semakin benci Allah.

Namun, ketika kebencian Langit semakin menggunung, dia pertemukan dengan Senja yang mengajarinya tentang hakikat cinta kepada Allah.  

“Kebencian dalam akan membuat sungai mandul tanpa aliran. Ia pun bisa menelan lautan dan membuatnya ringkai kerontang. Namun, cinta seperti gerimis yang menumbuhkan benih-benih. Hati yang basah oleh cinta kepada Allah akan mudah menumbuhkan rasa syukur atas hikmah yang senantiasa Allah kirimkan bersama musibah dan ujian.” (hal 101).

Dan Lintang, karena sebuah cobaan tidak terduga, akhirnya menuntunnya untuk mencoba memperbaiki diri.  Namun berhasilkah kedunya mempertahankan iman yang baru setitik itu, ketika tiba-tiba keduanya kembali mendapat cobaan yang mencoreng nama baik mereka?

Sebuah novel religi yang menarik. Selain memuat banyak hikmah kehidupan, novel ini juga diselipi berbagai sejarah yang menambah wawasan kita. Beberapa kesalahannya tidak mengurangi esensi dari kisah itu sendiri.

 Srobyong, 24 Juli 2017 

No comments:

Post a Comment