Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Senin 31 Juli 2017
Judul : Lintang Langit pada Senja
Penulis : Ririn Astutiningrum
Penerbit : Laiqa, Elex Media Komputindo
Cetakan : Pertama, Juni 2017
Tebal : 248 halaman
ISBN : 978-602-04-2528-3
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatu Ulama, Jepara
Allah itu Maha Tahu apa yang terbaik
untuk hamba-Nya. Ketika kita diganjar hidup dalam lingakaran kesusahan, sudah
sepantasnya kita bersabar, ikhlas dan tawakal. Dan jika kita diganjar menjadi orang yang
berada, maka seyogyanya kita harus bersyukur dan tidak terlena dengan nikmat
dunia.
Membaca novel ini, kita diajarkan
untuk selalu mensyukuri bagaimana pun keadaan hidup kita. Jangan pernah kita menggungat Allah atau
menyalahkan-Nya. Selain itu dalam novel ini kita juga diingatkan untuk selalu
sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai persoalaan dan rintangan hidup. Jadikan cobaan sebagai penguat iman. Karena di
balik cobaan selalu ada hikmah yang tertanam.
“Harga
kehidupan kita bergantung dari kemampuan kita menerima kehidupan itu sendiri.
Semakin kita bisa ikhlas dan lapang, semakin berhargalah hidup yang kita
miliki.” ( hal 97).
Tidak ketinggalan dalam novel ini,
penulis juga memaparkan bagaimana seharusnya orangtua yang baik dalam mendidik
putra-putrinya. Bahwa dalam mendidik anak, selain memberikan materi, kasih
sayang dan bimbingan orangtua itu sangat diperlukan. Mengingat orangtua adalah
madrasah pertama bagi anak.
Novel ini sendiri berkisah tentang
Lintang yang merasa kesepian, karena merasa tidak dipedulikan orangtuanya, yang
selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Hal itu-lah yang akhirnya membuat
Lintang, menyalurkan kesepiannya dengan minum-minum, clubbing dan
meninggalkan salat. Ada juga Langit,
terlahir menjadi orang yang tidak mampu, membuat Langit marah pada Allah. Dia
merasa Allah tidak adil pada dirinya. Belum lagi cobaan berat berkali-kali
menerpanya, hingga Langit semakin benci Allah.
Namun, ketika kebencian Langit
semakin menggunung, dia pertemukan dengan Senja yang mengajarinya tentang
hakikat cinta kepada Allah.
“Kebencian dalam akan membuat sungai
mandul tanpa aliran. Ia pun bisa menelan lautan dan membuatnya ringkai
kerontang. Namun, cinta seperti gerimis yang menumbuhkan benih-benih. Hati yang
basah oleh cinta kepada Allah akan mudah menumbuhkan rasa syukur atas hikmah
yang senantiasa Allah kirimkan bersama musibah dan ujian.” (hal 101).
Dan Lintang, karena sebuah cobaan
tidak terduga, akhirnya menuntunnya untuk mencoba memperbaiki diri. Namun berhasilkah kedunya mempertahankan iman
yang baru setitik itu, ketika tiba-tiba keduanya kembali mendapat cobaan yang
mencoreng nama baik mereka?
Sebuah novel religi yang menarik.
Selain memuat banyak hikmah kehidupan, novel ini juga diselipi berbagai sejarah
yang menambah wawasan kita. Beberapa kesalahannya tidak mengurangi esensi dari
kisah itu sendiri.
Srobyong, 24 Juli 2017
No comments:
Post a Comment