Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 6 Agustus 2017
Judul :
Some Kind of Wonderful
Penulis : Winna Efendi
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Januari 2017
Tebal : 360 halaman
ISBN : 978-602-03-3555-1
Persensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatu Ulama, Jepara.
“Kekuatan bukan dinilai dari
seberapa sedikit air mata yang diteteskan, atau dari seberapa banyak kau pernah
merasa goyah. Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani
setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan
datang dari senyuman mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah
kehilangan segalanya namun tetap bertahan.” (hal 303).
Mengambil tema persahabatan berbalut
cinta dan kehilangan, membuat novel ini terasa dekat dalam kehidupan
sehari-hari. Karena sadar atau tidak
sadar, dalam persahabatan antara pria dan wanita sering terselip rasa kasih
yang tumbuh menjadi cinta. Hanya saja rasa itu tidak selalu kisah itu berakhirr
bahagia. Ada kalanya gayung bersambut, ada kalanya cinta yang dimiliki hanya bertebuk sebelah tangan
hingga berakhir retaknya persahabataan.
Ada Liam Kendrick yang memilih pergi
ke Sydney dengan alasan untuk mewujudkan mimpinya sebagai seorang koki. Padahal
di balik kepergiannya, Liam haanyalah
sosok yang butuh tempat berlari, agar tidak bertemu lagi dengan Wendy. Cinta
pertamanya yang bertepuk sebelah tangan. Wendy adalah sahabat Liam sejak kecil juga gadis yang
sudah mencuri hatinya.
Dan kenyataan yang membuat Liam
lebih sakit lagi adalah, kenyataan tentang siapa laki-laki yang akhirnya
dipilihan Wendy untuk dinikahi. Willem—adik laki-laki Liam meski berbeda
ibu. Tapi bisa apa Liam selain memberi
restu? Bukankah tidak mungkin dia menghalangi dua orang itu menjuju altar suci?
Itu-lah alasan yang akhirnya membuat Liam memilih meninggalkan bangku kuliah
dan tinggal di Sydney. Membuka lemabaran baru meski sejatinya, bayang-bayang
kenangan masa lalu, masih menghantuinya.
“Karena aku ingin memutuskaan hubungan
dengan hal-hal yang sudah kutinggalkan dan memendamnya dalam-dalam sebagai
kenangan. A clean finish, a brand new start. Aku tahu aku tidak akan pernah
bisa bergerak maju kalau terlalu terpaku pada masa lalu.” (hal 17).
Ada pula Rory Handitama yang sedang
mencoba menata kehidupannya kembali, seetelah sebuah insiden meluluhlantakkan
kehidupannya yang bahagia. Dua orang yang sangat dia sangat disayanginya pergi
dengan cepat dengan cara yang tidak terduga. Namun sayang hal itu tidak mudah.
Rory masih belum bisa move on dengan kenyataan itu. Bayang-bayang keberadaan
orang-orang yang disayanginya itu masih memenuhi ruang otak dan pikirannya. Hal
inilah yang membuat Rory memilih tertutup dan menolak berdekatan dengan
laki-laki lain. Dia tidak bisa.
“The thing about sameness is that it
is comforting as much as it is excruciating.”
(hal 23).
Sampai sebuah kejadian mempertemukan
keduanya, membawa kisah lain yang tidak mereka duga. Liam yang entah
kenapa merasa tertarik dengan Rory yang
jelas-jelas bukan tipe-nya jika ingin menjalin hubungan. Liam hanya menyadari
ada sorot yang sama di mata Rory dengan dirinya—kehilangan. Hal itu-lah yang
menuntun Liam untuk berusaha mengenal Rory.
Sedang bagi Rory, kemunculan Liam
adalah bencana. Dia tidak tahu, kenapa koki terkenal itu tiba-tiba hadir begitu
saja menyusup dalam kehidupannya.
Membuat perjalanan hidupnya berbeda
hanya dalam hitungan hari. Bersama Liam dia bisa tersenyum dan melupakan
sejenak rasa sakit yang dirasakannya dan itulah yang dia takuti. Rory terlalu
takut melangkah, hingga melupakan Jay—mantan suaminya dan Ruben—putranya.
Selain pergulatan batin perasaan
Liam dan Rory yang masih bingung akan dibawa ke mana hubungan aneh di antara
keduanya, ada juga Noah—sahabat Rory juga Jay, yang ternyata diam-diam suka
dengan Rory. Dan Wendy tiba-tiba datang dengan kenyataan yang tidak pernah Liam
duga. “What-ifs ruin you. Mereka nggak membuat segala sesuatuanya jadi lebih
baik.” (hal 201).
Sebuah novel yang menarik. Memilih
menceritakan kisah dengan pov pertama, dari masing-masing tokoh membuat kita
bisa memahami bagaimana emosi masing-masing tokoh. Eksekusi cerita juga
dipaparkan dengan apik. Hanya saja memang ada beberapa bagian yang terasa
membosankan, karena sedikit bertele-tele. Namun lepas dari kekurangannya, novel
ini patut dinikmati bagi pecinta novel romance.
Dari novel ini kita bisa memetik
pelajaran bahwa kita tidak seharusnya lari dari masalah dengan menyiksa diri.
Namun seyogyanya kita harus menghadapi setiap masalah dengan berani. Dengan
begitu kita bisa berdamai dengan diri sendiri dan bisa melepas masa lalu untuk
menyongsong masa depan yang tengah menanti.
Srobyong, 28 Juli 2017
No comments:
Post a Comment