Wednesday 16 August 2017

[Resensi] Belajar Bersyukur, Sabar dan Ikhlas

Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Senin 14 Agustus 2017


Judul               : Syukurilah Hidup Rayakanlah Cinta
Penulis             : Fatih Zam
Penerbit           : Indiva
Cetakan           : Pertama, Februari 2017
Tebal               : 176 halaman
ISBN               : 978-602-6334-20-6
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara.

“Permata tak akan bisa diasah tanpa gesekan, begitu pula manusia, tak ada yang sempurna tanpa cobaan.” (hal 124).

Hidup tanpa cobaan itu memang tidak mungkin. Ada kalanya kita mendapat kemudahan, ada kalanya kita mendapat kesusahan. Saat mendapat kemudahan, sudah semestinya kita mensyukurinya. Dan ketika  menghadapi kesusahan, kita juga harus tetap bersyukur, ditambah mau bersabar dan ikhlas. Karena dengan menerapkan tiga prinsip itu, kita akan lebih menghargai hidup. Bahwa seyogyanya cara bangkit yang paling mudah adalah dengan berdamai dengan diri sendiri.   Jika kita memilih putus asa, yang ada kita hanya akan rugi dan menyesal.

Buku ini dengan pengemasan gaya bahasa yang lugas, renyah dan memikat memparkan tentang kisah-kisah menarik yang bisa kita ambil hikmahnya, untuk perenungan agar menjadi pribadi yang lebih baik. Penulis mengenalkan tentang kisah-kisah yang mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur, sabar dan ikhlas.

Sebut saja cerita berjudul “Awan yang Menanggung Amanah Langit” di mana kisah ini bercerita tentang dua awan yang sama-sama mendapat amanah dari Allah. Kedua awan itu mendapat tugas untuk menampung air dari bumi yang sudah menguap untuk beberap waktu saja. Nanti kalau saatnya sudah tiba, bibit air itu bisa ditumpahkah kembali ke bumi sebagai hujan (hal 79).

Awan kedua melakukan amanah tersebut dengan senang hati. Namun awan yang pertama melakukannya dengan setengah hati. Dia sebal, karena gara-gara amanah itu, keindahan dirinya tidak lagi tampak.  Sehingga para pengagumnya pun melupakan dirinya.  Dia pun protes pada langit yang menjadi perantara sebagai pembawa berita dari Allah. Dia tidak mau melakukan perintah itu lagi. 
Agar terhindar dari tugas itu, akhirnya awan pertama memindahkan beban itu kepada awan kedua.  Dia senang sekali akhirnya tubuhnya kembali indah dan banyak pujian yang diberikan padanya lagi.  Sedangkan awan kedua keadaannya semakin buruk. Tapi dia tetap bersabar dan ikhlas melakukan amanah itu. hingga akhirnya langit memberi kabar kalau dia bisa melepas bibit air ke bumi.  Bersamaan dengan itu, tubuh awan kedua kembali indah. Namun di sisi lain keadaan awan pertama sungguh mengejutkan.

Selain kisah itu tentu saja masih banyak kisah-kisah lain yang tidak kalah inspiratif. Sebuah buku yang patut dibaca dan direnungkan.  Buku ini juga dilengkapi kata-kata motivasi yang pastinya akan membuat kita semakin menyadari tentang pentingnya belajar syukur, sabar dan ikhlas dalam berbagai keadaan. “Kekuatan tidak berasal dari  dari kapasitas fisik. Itu berasal dari kemauan yang gigih.” (hal 147).

Srobyong, 1 Agustus 2017

No comments:

Post a Comment