Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Senin 14 Agustus 2017
Judul : Syukurilah Hidup Rayakanlah
Cinta
Penulis : Fatih Zam
Penerbit : Indiva
Cetakan : Pertama, Februari 2017
Tebal : 176 halaman
ISBN : 978-602-6334-20-6
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatu Ulama, Jepara.
“Permata
tak akan bisa diasah tanpa gesekan, begitu pula manusia, tak ada yang sempurna
tanpa cobaan.” (hal 124).
Hidup
tanpa cobaan itu memang tidak mungkin. Ada kalanya kita mendapat kemudahan, ada
kalanya kita mendapat kesusahan. Saat mendapat kemudahan, sudah semestinya kita
mensyukurinya. Dan ketika menghadapi
kesusahan, kita juga harus tetap bersyukur, ditambah mau bersabar dan ikhlas.
Karena dengan menerapkan tiga prinsip itu, kita akan lebih menghargai hidup. Bahwa
seyogyanya cara bangkit yang paling mudah adalah dengan berdamai dengan diri
sendiri. Jika kita memilih putus asa,
yang ada kita hanya akan rugi dan menyesal.
Buku
ini dengan pengemasan gaya bahasa yang lugas, renyah dan memikat memparkan
tentang kisah-kisah menarik yang bisa kita ambil hikmahnya, untuk perenungan
agar menjadi pribadi yang lebih baik. Penulis mengenalkan tentang kisah-kisah
yang mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur, sabar dan ikhlas.
Sebut
saja cerita berjudul “Awan yang Menanggung Amanah Langit” di mana kisah ini
bercerita tentang dua awan yang sama-sama mendapat amanah dari Allah. Kedua
awan itu mendapat tugas untuk menampung air dari bumi yang sudah menguap untuk
beberap waktu saja. Nanti kalau saatnya sudah tiba, bibit air itu bisa
ditumpahkah kembali ke bumi sebagai hujan (hal 79).
Awan
kedua melakukan amanah tersebut dengan senang hati. Namun awan yang pertama
melakukannya dengan setengah hati. Dia sebal, karena gara-gara amanah itu,
keindahan dirinya tidak lagi tampak.
Sehingga para pengagumnya pun melupakan dirinya. Dia pun protes pada langit yang menjadi
perantara sebagai pembawa berita dari Allah. Dia tidak mau melakukan perintah
itu lagi.
Agar
terhindar dari tugas itu, akhirnya awan pertama memindahkan beban itu kepada
awan kedua. Dia senang sekali akhirnya
tubuhnya kembali indah dan banyak pujian yang diberikan padanya lagi. Sedangkan awan kedua keadaannya semakin
buruk. Tapi dia tetap bersabar dan ikhlas melakukan amanah itu. hingga akhirnya
langit memberi kabar kalau dia bisa melepas bibit air ke bumi. Bersamaan dengan itu, tubuh awan kedua
kembali indah. Namun di sisi lain keadaan awan pertama sungguh mengejutkan.
Selain
kisah itu tentu saja masih banyak kisah-kisah lain yang tidak kalah inspiratif.
Sebuah buku yang patut dibaca dan direnungkan.
Buku ini juga dilengkapi kata-kata motivasi yang pastinya akan membuat
kita semakin menyadari tentang pentingnya belajar syukur, sabar dan ikhlas
dalam berbagai keadaan. “Kekuatan tidak berasal dari dari kapasitas fisik. Itu berasal dari
kemauan yang gigih.” (hal 147).
Srobyong,
1 Agustus 2017
No comments:
Post a Comment