Wednesday, 16 August 2017

[Resensi] Cerita Menarik Tentang Kesedihan Anak-anak dan Perempuan

Dimuat di Harian Bhirawa,  Jumat 11 Agustus 2017

Judul               : Ia Tengah Menanti Kereta Uap Tuhan yang Akan Membawanya ke Bulan
Penulis             : Ajeng Maharani
Penerbit           : Basabasi
Cetakan           : Pertama, Mei 2017
Tebal               : 161 halaman
ISBN               : 978-602-391-352-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Mengambil fokus pada perempuan, anak-anak dan perilaku seks menyimpang, kumpulan cerpen yang  terdiri dari 17 cerita yang mengemas tentang luka, kesedihan, rasa putus asa dan tragedi-tragedi yang kerap terjadi dalam diri dan kehidupan manusia. Di sini dengan lihai penulis—yang merupakan runner up UNSA Ambasador 2016 ini mengeksekusi cerita, sehingga kisah-kisah yang ditawarkan terasa menarik dan memikat.

Misalnya saja dalam kisah berjudul “Dongeng tentang Ibu dan Seekor Laba-laba di Kamar Mandi”  kisah ini sudah dibangun menarik dan memikat melalui judul cerita. Kemudian penulis menambahi dengan pembuka alenia yang tidak kalah menggelitik. Di mana dikisahkan Damar merasa bahwa laba-laba adalah jelamaan ibunya.  Dia merasa laba-laba itu selalu memandanginya dengan lekat, seolah ingin memberikan sebuah pesan tersirat, atau juga ingin mengungkapkan tentang sebuah kerinduan.  

Apalagi di hari sebelum ibunya menghilang, Damar sering melihat ibunya lebih banyak mengurung diri di kamar ketika bapaknya belum pulang kerja (hal 9). Bagaimana mungkin Damar bisa berprasangka kalau ibunya adalah seekor laba-laba? Di sinilah uniknya. Penulis dengan gaya bahasa yang renyah dengan alur maju mundur, menceritakannya setiap jalinan kisah  menarik.

Kisah lainnya, “Ia Tengah Menanti Kereta Uap Tuhan yang Akan Membawanya ke Bulan”  cerpen ini dibuka dengan pertanyaan-pertanyaan  yang akan membuat pembaca mengernyitkan dahi juga menumbuhkan rasa tertarik. “Apa benar Ibu ada di bulan, Ayah?”  “Kapan  Tuhan  akan mengirimkan kereta  uapnya  untukku?” (hal 17-19).   Di sini penulis mengisahkan tentang seorang gadis yang  ingin menemui ibunya. Dia sangat rindu. Namun entah kenapa setiap kali, dia ingin menemui ibunya, sang ayah selalu berkata, bahwa dirinya belum  mendapat panggilan untuk datang. Dia harus sabar menunggu datangnya kereta uap yang akan menjemputnya agar kelak bisa bertemu sang ibu.

Penantian itu pun terus dia kenang sampai, dia menjadi perempuan dewasa. Dia tak pernah bosan. Meski berkali-kali Rom, kekasihnya menasihatinya agar melupakan dongeng itu, dia tidak  mau. Karena baginya dongeng itu benar. Apalagi ketika akhirnya dia melihat kereta uap yang selama ini tengah dinantikannya. Namun tentu saja kisah tidak hanya berhenti di sana, karena sebuah kebenaran akhirnya terkuak membuat pembaca terpana.

Tidak kalah menarik adalah cerpen berjudul “Dongeng Seekor Kunang-kunang” yang mana cerpen ini membahas tentang kesedihan, cinta dan juga pengkhianatan. Tapi di sisi lain ada juga sebuah dongeng yang menyatakan bahwa kunang-kunang bisa membawa  pergi seseorang. Di sinilah, dengan sentuhan yang unik, penulis mengeksekusi ceritanya dengan manis.  Dan di dalam pesan ini pun ada sebuah pesan tersirat yang manis. “Sebagai seorang lelaki, jangan pernah kau menyakiti wanita. Wanita adalah ibumu, Nak. Mereka saudarimu, juga anak gadismu. Ingatlah tentang itu.” (hal 100-101).

Dan patut diperhatikan juga, “Maysa Rindu Menyusu Pada Batu” yang memaparkan tentang kesedihan anak kecil, ketika ibunya tidak pernah menganggap keberadaannya. Maysa kerap dimarahi,  bahkan dikatakan sebagai anak batu (hal 121).

Selain beberapa cerpen yang sudah dipaparkan, tentu saja masih banyak cerpen yang menarik dan memikat. Di antaranya, Sesudah Mbah Darto Bunuh Diri, Hikayat Perempuan yang Sekarat, dan banyak lagi.  Hampir sebagian besar, pada buku ini kita akan dihadapkan bagaimana seorang perempuan dan anak-anak menghadapi kesedihan dan luka yang pernah diterohken keluarganya—baik ibu atau ayah. 

Kisah-kisah dalam buku kumpulan cerpen ini diceritakan dengan sangat memikat. Karena penulis dengan ide-ide yang gila dan tidak terduga, mengantarkan pada sebuah labirin—menyibak isi kepala perempuan dan anak-anak yang jarang diangkat oleh penulis lain. Apalagi diksi yang dipakai penulis juga menarik.

Keunggulan lainnya adalah dalam pemiliki judul, yang meski terkesan cukup panjang, namun di sanalah daya tarik cerpen yang ditulisnya. Dari pemilihan judul, penulis menambah keunggulannya dengan menampilkan paragraf pembuka yang memikat.   Hanya saja untuk beberapa bagian, ending cerita cukup mudah ditebak. Namun begitu hal itu tidak mengurangi kenikmatan dalam membaca buku ini.  Belum lagi dari kisah-kisah ini banyak renungan inspiratif yang bisa dipetik untuk pembelajaran.

Srobyong, 9 Juli 2017 

No comments:

Post a Comment