Monday, 21 August 2017

[Resensi] Jarak Antara Benci dan Cinta

Dimuat di Singgalang, Minggu 20 Agustus 2017 


Judul               : Autumn Kiss
Penulis             : Christina Juzwar
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Januari 2017
Tebal               : 288 halaman
ISBN               : 978-602-03-35-35-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Unversitas Islam Nadlatu Ulama, Jepara.

Siapa yang tidak mengenal tentang nasihat agar selalu menjaga kadar cinta atau benci secara wajar? Di mana maknanya, kita tidak boleh memiliki kebencian yang berlebihan. Karena sekat antara benci dan cinta itu sangat tipis.  Begitu pula sebaliknya, cinta yang berlebihan bisa berubah menjadi benci. 

Novel ini berkisah tentang Bianca yang sudah berusaha move on dari masa lalu. Dia memulai kembali kehidupannya setelah bercerai deengan Levy Welsh. Bahkan dia kini sudah memiliki kekasih baru dan mulai memikirkan untuk melangkah pada jenjang yang lebih serius. Sampai sebuah kejadian membuat dunia Bianca jungkir balik.

Pada suatu hari yang tidak terduga, Bianca mendapat kabar kalau sahabat baiknya Zie, meninggal dunia (hal 13).  Kabar itu tentu saja membuat Bianca sangat terpukul. Apalagi dia tahu masih ada Grace, putri Zie yang belum cukup mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Dan tanpa berpikir panjang, Bianca pun langsung terbang ke New Zealand—sebuah tempat yang menyimpan banyak memori bagi Bianca. Kebahagiaan juga kepedihan yang pada akhirnya dia kubur.  Tapi siapa yang peduli jika di sana ada seseorang yang butuh kehadirannya? Dia harus mengantarkan kepergian Zie.

Namun sebelum Bianca sampai di rumah Zie, Sebuah kejutan datang. Dia tidak menyangka setelah sekian lama tidak bertemu dengan Levy, manta suaminya. Dia harus bertemu dalam keadaan yang tidak terduga.  Meski sejatinya Bianca tahu hal itu akan terjadi. Karena bagaimana pun  Levy adalah sabahat  Lee—suami Zie. Jadi sudah pasti dia akan berada di sana.

Dan di sinilah konflik antara Bianca dan Levy dimulai. Rumah duka itu menjadi sebuah tempat bagi dua hati yang pernah saling mencinta, tapi juga menyisakan kebencian dalam di hati Bianca. Jika Levy berusaha bersikap ramah terhadap Bianca, maka tidak bagi Bianca. Sebisa mungkin dia ingin menjauah dari laki-laki itu. Dia terlalu sakit jika harus kembali berhadapan dengan pria itu. sampai sebuah kejadian tidak terduga membuat Bianca bingung dan dilema.

Yang lebih mengejutkan lagi, Levy mengaku masih mencintai Bianca dan ingin memulai hubungan baru. Levy juga mengaku kalau dirinya sudah berubah.

“Dan aku memikirkan ini sejak kita berpisah. Kamu pikir kenapa aku berjuang melawan ketergantunganku? Kamu pikir kenapa aku masih mau menyimpan kalung tunanganmu? Kamu pikir kenapa aku ingin settel dan berusaha dengan keringat dan darahku? Aku ingin menunjukkan kepadmu bahwa aku orang yang baru. Aku bukan orang yang berbeda, tapi aku menjadi orang yang lebih baik.” (hal 163).

Novel ini dipaparkan dengan  lugas dan asyik. Di sini penulis mengungkap tentang pahit manis dalam sebuah pernikahan. “Pernikahan itu seperti menaiki rollercoaster seumur hidup. Hanya ada dua pilihan yang bisa dipilih. Menutup mata atau mengangkat tangan menikmatinya.” (hal 218). Juga bagaimana cara yang baik dalam menyikapi semua masalah dan berdamai dengan masa lalu.

“Bukan masalah mudah atau tidak, tetapi berani atau tidak. Kamu terlalu terpaku pada masa lalu sampai kamu tidak berani mengambil keputusan.” (hal 213).

Hanya saja ada bagian yang terasa lambat pada novel ini. Berbeda dengan novel sebelumnya “Love on Probation” yang lebih terasa dalam konfliknya. Kesamaan dalam novel ini adalah konflik berpusat pada ketakutan dari para tokoh tentang sebuah masa lalu. Namun lepas dari kekurangannya, bagi penikmat novel romance, Autunm Kiss tetap recomended buat dibaca. 

Dan saya paling suka sama cover ini. Perpaduan warna dan gambarnya menurut saya terasa hangat. Dari novel ini saya belajar untuk tidak lari dari masalah. Selesaikan sampai tuntas dan beranilah melangkah, bangkit lagi setelah sempat jatuh terjerembab.

Srobyong, 20 Juli 2017 

No comments:

Post a Comment