Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 6 Agustus 2017
Judul : Jangan Jadi Cewek Cengang
Penulis : Linda Satibi, dkk
Penerbit : Indiva
Cetakan : Pertama, April 2017
Tebal : 208 halaman
ISBN : 978-602-6334-18-3
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama,
Jepara.
“Orang mukmin yang kuat adalah lebih
baik dan lebih baik dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Namun
keduanya itu pun sama memperoleh kebaikan. Berlombalah untuk memperoleh apa
saja yang memberikan manfaat kepadamu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah,
dan janganlah merasa lemah.”
(hal 15).
Buku yang ditulis 12 penulis ini
mencoba memaparkan tentang kiat mudah menjadi
cewek kuat dan tegar. Meski jatuh
berkali-kali, mereka selalu bangkit lagi dan terus berjuang sampai titik darah
penghabisan. Dan tangis yang mereka keluarkan bukanlah tanda kalau wanita
adalah makhluk cengeng, tangisan adalah
cara mereka mengeluarkan energi negatif dalam diri dan kemudian bangkit lagi. Buku
ini sangat patut dibaca bagi para wanita yang belajar arti ketegaran.
Dalam salah satu ulasan, dipaparkan
bahwa wanita itu harus selalu menerapkan sikap KIPOP. Yaitu kuat, ikhlas,
pantang menyerah, optimis dan positif.
Kuat berarti, meski wanita menangis, mereka melakukannya bukan karena
lemah, tapi untuk mengeluarkan sampah yang ada, meluapkan sejenak kesedihan
yang dirasakan.
Ikhlas. Kita harus sadar bahwa
segala hal yang kita alami adalah ujian dari Allah. Ikhlas memang tidak semudah pengucapan atau
penulisannya. Dan cara paling ampuh adalah dengan senantiasa mengingat bahwa
semua yang ada di alam semesta ini adalah kepunyaan-Nya (hal 16).
Pantang menyerah—yaitu sifat selalu
tabah dan tidak mudah menyerah hanya karena tumpukan masalah hadir dalam
kehidupan kita. Pernah mendengar kisah
Sumayyah binti Khayyat? Dia adalah salah satu sahabiya yang sangat kuat. Segala
macam siksa lahir dan batin sudah beliau rasakan. Seperti dijemur di tengah
sengatan terik matahari sambil dipakaikan baju besi. Dia juga dihina dengan dengan kata-kata kotor dan
perlakuan-perlakuan yang keji. Namun Sumayyah tidak menyerah dalam membelas
iman dan Islam, sampai titik darah penghabisan, hingga dia meninggal dalam
keadaan syahidah (hal 17-18)
Optimis. Sebagai seorang wanita kita
harus selalu memiliki pemikiran ke depan. Percaya bahwa selalu ada jalan dalam
setiapa hambatan. Kita selalu percaya ada Allah di sisi kita. Coba kita renungkan sejenak tentang kisah
Siti Hajar. Dia adalah sosok wanita yang luar biasa sabar dan optimis. Ketika
dia dan Ismail ditinggal dalam tanah kering, dan kebetulan bekal mereka habis,
Siti Hajar tidak mengeluh. Dia tahu putranya sedang kehausan, oleh karena itu
dia segera mencari pertolongan untuk mendapat air. Meski berkali-kali gagal, dia
tidak menyerah. Dalam dirinya sudah tertanam optimisme bahwa Allah tidaak akan
melupakan hambanya. Hingga akhirnya pertolongan Allah benar-benar tiba, melalui
Nabi Ismail.
Terakhir positif. Yaitu kita mau positive
thingking, positive feeling dan positive motivationselalu ber-positif
thinking—yaitu ketika kita mendapatkan masalah apa pun, kita harus langsung
berpikir bahwa itu adalah ketentuan terbaik dari Allah. “Berbaik sangka
terhadap Allah termasuk ibdaha yang baik.” (hal 24). positive feeling—yaitu kita selalu
memiliki perasaan baik. Mampu mengendalikan marah atau pun energi negatif
lainnya dalam menghadapi masalah. Agar
selalu positive feeling kita harus menenangkan diri terlebih dahulu.
Terakhir adalah memiliki positive
motivation—kita harus selalu menjaga niat kita agar tetap berada di koridor
yang baik. Bahkan ketika kita sedang menghadapi masalah yang berat, kita harus
niatkan semuanya demi beribadah kepada Allah. Karena apa pun yang kita lakukan
akan mendapat balasan sesuai dengan niat yang kita tanam (hal 25).
Sebuah buku yang patut dibaca bagi
siapa sajaa, khusunya bagi wanita. Dipaparkan dengan gaya bahasaa santi dan
renyah, membuat buku ini sangat bersahabat.
Srobyong, 28 Juli 2017
No comments:
Post a Comment