Judul : Rasulullah SAW The Untold Story
Penulis : Ali Abdullah
Penerbit : Quanta
Cetakan : Pertama, 2015
Halaman : 182 hlm
ISBN : 978-602-02-5885-0
Peresensi : Ratnani Latifah. Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
Peresensi : Ratnani Latifah. Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
Sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Quran bahwa Nabi Muhammad saw ada uswatun khasanah—suri tauladan yang
baik bagi seluruh umat di dunia. Namun
begitu Rasulullah saw tetaplah manusia biasa. Beliau menikah, makan, minum, mandi. Merasakan sedih atau bahagia
sebagaimana manusia pada umumnya. Pernah merasakan sakit juga melakukan
kekeliruan. Hanya saja tentu saja ketika Rasulullah melakukan
kesalahan cepat-cepat bertaubat dan memperbaiki diri. Beliau adalah seorang manusia biasa, tetapi
tidak seperti manusia biasa. Beliau istimewa dan merupakan orang terpilih.
Berangkat dari itu, penulis mencoba
mengajak pembaca untuk mengambil hikmah—meneladi sikap Rasulullah saw dari
kisah-kisah yang jarang diperbincangkan dalam kajian serius. Terdiri dari 30
kisah inspiratif yang menunjukkan bahwa Rasulullah adalah manusia biasa namun
tetap tidak menjatuhkan wibawanya dan
tetap memiliki akhlakul kharimah.
Sebagai manusia biasa Rasulullah saw
pernah keliru. Ketika itu beliau mendapati masyarakat Madinah melakukan
penyerbukan kurma. Rasulullah saw menduga jika hal itu tidak dilakukan hasilnya akan baik. Pendapat itu pun diikuti masyarakat. Namun ketika waktu paneh, hasil kurmanya
malah berkurang. Rasululllah pun yang menyadari kekeliruan beliau. Menanggapi
itu, Rasulullah kemudian menyatakan bahwa beliau hanya menduga. Praduganya itu
tidak ada kaitannya dengan firman Allah. Lalu beliau bersabda “Kalian lebih
mengetahui tentang perkara dunia kalian.” (hal. 3)
Dari kisah ini kita dapat mengambil
hikmah, agar kita membedakan mana yang menjadi urusan agama (akhirat) dan mana
yang urusan dunia. Jika dalam urusan
agama Rasulullah adalah ahlinya namun dalam urusan duniawi (seperti
penyerbutkan kurma) Rasullullah tidak mutlak mengetahui. Namun dari kekeliruan
tersebut, Rasulullah lalu mengoreksi diri dan menasihati para sahabat dengan
nasihat yang baik—yaitu untuk menyerahkan perkara pada ahlinya.
Dalam kisah lain diceritakan. Pernah
pada suatu kesempatan Rasulullah tengah menghadapi beberapa orang terkemuka
Quraisy yakin ‘Utbah bin Rabi’ah, Abu Jahal dan Abbas bin Abdil Mutahlib dengan
maksud menjelaskan hakikat Islam. Namun tiba-tiba ada seorang laki-laki
buta—Abdullah bin Ummi Maktum—untuk meminta Rasulullah untuk mengajarkan
beberapa bacaan ayat Al-Quran. Rasulullah pun merasa terganggu dengan
memperlihatkan wajah yang masam.
Lalu turunlah surat Abasa ayat 1-10
yang mengingatkan Rasulullah untuk mengontorol akhlak beliau agar senantiasa
menjadi sosok teladan bagi umat manusia di seluruh dunia. (hal. 9) Dalam kisah ini kita diajak belajar agar
tidak membeda-bedakan orang dalam status sosial yang dimiliki.
Rasulullah pun pernah lupa. Diceritakan
Rasulullah tengah melakukan shalat Zuhur yang harus dikerjakan 4 rakaat. Namun
dalam keadan lupa Nabi sudah mengakhiri shalat dengan dua rakaat salam. Melihat
kesalahan itu, seorang sahabat mengingatkan Rasullullah. Lalu Nabi pun
melanjutkan dua rakaat lagi dan sebelum salah beliau menambah sujud sahwi.
(hal. 20) Dari kisah ini kita dapat meneladani sikap Rasulullah yang mau
mendengar pendapat orang lain—beliau tetap rendah hati. Kejadian tersebut juga memberi keteladanan
dalam bidang fikih Islam.
Selain lupa, Rasulullah sebagai
manusia biasa juga pernah shalat subuh kesiangan. Kala itu Rasulullah dan para
sahabat melakukan perjalanan sampai di sepertiga malam. Sebagian sahabat mengusulkan kepada
Rasulullah agar beristirahat dan tidur sebentar. Namun Rasulullah menolak karena takut
kebablasan sehingga melewatkan waktu Subuh.
Lalu Bilal pun berjanji akan membangunkan Nabi, karena dia berencana
tidak akan tidur sehingga Nabi setuju. Tapi siapa sangak Bilal tertidur dan
Rasulullah terbangun ketika garis matahari telah di ujung timur. Rasulullah pun segera mengambil air wudhu dan
shalat (hal. 33)
Inilah nanti yang menjadi rujukan
ilmu fikih, bahwa jika selama tidur itu tidak sengaja, maka keterlambatan itu
diampuni. Namun jika sejak wal sudah berencana untuk terlambat shalat maka itu
berdosa.
Selain kisah-kisah ini masih banyak
lagi kisah lain yang menunjukkan sisi manusiawinya Rasulullah namun tetap bisa
diambil pelajaran untuk terus memperbaiki diri. Sebuah buku yang inspiratif dan
memberikan banyak pembelajaran. Dipaparkan dengan gaya bahasa yang renyah,
membuat buku ini asyik untuk dibaca. Penulis menyajikannya dengan tutur bahasa
lembut dan tidak terkesan menggurui.
No comments:
Post a Comment