Friday, 28 October 2016

[Resensi] Mengungkap Misteri Pesta Pembunuhan

Dimuat di Kabar Madura, 18 Oktober 2016

Judul                :  Hercule Poirot And Pesta Pembunuhan
Penulis             : Agatha Christie
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           :  Pertama, Juni  2016
Halaman          : 168 hlm
ISBN               : 978-602-03-2897-3
Peresensi         : Ratnani Latifah, penikmat buku dan literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

Siapa yang tidak mengenal Agatha Christie? Dia adalah penulis misteri paling terkenal di dunia. Karya-karyanya selalu laris manis dalam berbagai bahasa—menurut data dalam wikipedia dipaparkan buku-bukunya telah terjual sebanyak lebih dari satu miliar eksemplar dalam bahasa Inggris dan satu miliar lagi dalam 45 bahasa asing (hingga 2003). Sebagai contoh kepopulerannya yang luas, dia adalah penulis paling laris di Perancis, dengan lebih dari 40 juta eksemplar novelnya terjual dalam bahasa Perancis (hingga 2003) dibandingkan dengan 22 juta untuk Émile Zola, saingan terdekatnya.

Karya yang sudah dihasilakn  Agatha Chirtie kurang lebih 80 novel yang kebanyakan merupakan kisah detektif dan misteri ruang tertutup. Salah satu tokoh besar dalam karyanya adalah Hercule Poirot. Agatha Christie memiliki kelihaian dalam mengatur plot yang tidak mudah ditebak. Selalu ada kejutan-kejutan tidak terduga yang membuat pembaca berdecak.  

Novel ini berkisah tentang Hercule Poirot yang mendapat undangan dari  Mrs. Ariadne Oliver—seorang novelis detektif—untuk mengunjungi The Greenshore Follly.  Mrs. Oliver sendiri diundang oleh keluarga Stubb untuk mengatur pembunuhan dalam sebuah festival besar yang akan dilakukan di Greenshore Folly.  Hanya saja Mrs. Oliver khawtir mungkin dalam fesitival yang akan terjadi ini akan ada pembunuhan secara nyata.  (hal. 42.)  Itulah alasannya mengundang Hercule Poirot—detective yang tersohor.

Lalu Mrs. Oliver menjelaskan siapa saja yang kemungkinan akan terlibat dalam pembunuhan di festival. Yaitu  Sir George Stubbs—pemilik Greenshore Folly, Laddy Stubb—Hattie dua puluh tahun lebih mudah dari sang suami yang menikah hanya karena harta, Michael Weyman—arsitek muda yang cukup tampan yang bekerja untuk memperbaiki Folly. Lalu ada Miss Brewiss—semacam sekretaris rumah tangga, Alec Legge dan istrinya Peggy—pasangan yang memiliki pondok di tepi sungai, Kapten Warborough—agen keluarga  Masterton, keluarga Masterton serta Mrs. Folliat. (hal. 46-47)

Berdasarkan asumsi itu Hercule Poirot mencoba mencari tahu benar atau tidaknya kecurigaan Mrs. Oliver.  Tentu saja melalui caranya yang khas dalam melakukan penyelidikan. Dan benar saja kecurigaan Mrs. Oliver berbuah nyata. Ketika festival terjadi Marlene Tucker yang memang bertugas menjadi mayat dalam misteri pembunuhan buatan itu benar-benar sudah tidak bernyawa. (hal. 109) Belum hilang rasa kekagetan itu, Hattie Stubb (Lady Stubb) dinyatakan hilang setelah tersiar kabar Paul Lopez—sepupunya akan datang berkunjung.

“Kelihatannya seolah-olah dua hal itu saling bertautan—pembunuhan itu dan hilangnya Lady Stubb. Tak mungkin keduanya peristiwa yang sama sekali tak ada sangkut pautnya.—terutama karena tak ada alasan bagi Lady Stubb untuk mendadak pergi seperti ini—“ Inspetur Bland berpendapat. (hal. 119) Belum lagi dalam pembunuhan itu tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban.  Hercule Poirot pun berpendapat, “Itu mudah dilakukan –jika dia mengenal pelaku. Bisa dibilang, itulah yang ditunggunya.”  (hal. 123) Lalu siapa sebenarnya pembunuh dari  Marlene Tucker dan ke mana hilangnya Lady Stubb?

Membaca karya Agatha Christie ini seperti memasuki labirin panjang yang entah kapan bisa keluar. Pembaca digiring pada praduga-praduga, yang ternyata pada akhirnya dikejutkan dengan jawaban yang membuat tidak percaya. Cara Agatha Christie mengelabui pembaca pun tidak sembarangan, karena dia memang sangat piawai dalam menyusun alur dengan fakta-fakta yang tidak bertabrakan. Jadi analisis yang dipaparkan akan membuat pembaca terkagum-kagum.

Bagi pecinta kisah detektif dan misteri, novel ini sangat recomended untuk dibaca. Gaya bahasa terjemahan pun lugas dan enak dibaca tidak membuat bingung.  Dalam novel ini saya belajar bahwa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga—bahwa kebohongan itu tidak akan bertahan lama dan kejahatan pasti pada akhirnya akan terungkap dan mendapat balasan. Hercule Poirot berkata, “Dengan seorang pembunuh tak ada yang namanya akhir.” (hal. 150)


Srobyong, 26 Agustus 2016 

2 comments:

  1. wiih keren kak, emang karya Agatha selalu awesome!

    mampir jg yuk kak di blog ku :) Join giveaway https://pena-edelweiss.blogspot.co.id/2016/10/giveaway-mencintai-tanpa-dicintai.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tulisan Agatha Christie selalu. Keren. Siap buku Mampir Mbak ^_^

      Delete