Judul :
Matahari
Penulis
: Tere Liye
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Terbit Pertama : Juli, 2016
Cetakan
: Kedua, Agustus 2016
Halaman
: 400 hlm
ISBN
: 978-602-03-3211-6
Hidup adalah petulangan. Semua orang memiliki petualangan
masing-masing, maka jadilah seorang petualang yang melakukan hal terbaik. (hal.
362)
Novel Matahari masih berkutat dengan kisah
petualangan tiga sahabat—Raib, Ali dan Seli. Pada buku sebelumnya—Bumi
dan Bulan, Raib diceritakan memiliki kekuatan Klan Bulan. Raib bisa
menghilang. Bahkan dijelaskan bahwa Raib masih keturunan putri di Klan Bulan.
Sedang Seli adalah anak yang memiliki darah Klan Matahari. Seli bisa
mengeluarkan petir. Dan Ali, sebagai makhluk paling rendah—Klan Bumi, bisa
berubah menjadi beruang raksasa.
Pada
seri sebelumnya, Raib, Ali dan Seli sudah berpetualang ke Klan Bulan[1]
dan Klan Matahari.[2]
Maka pada seri ini,
mereka ingin melanjutkan petualangan ke Klan Bintang. Sebuah Klan yang
sampai saat ini belum diketahui keberadaannya dengan pasti. Bahkan ada yang
beranggapan Klan Bintang hanyalah sebuah mitos dan tidak pernah ada.
Ali berusaha membujuk Raib agar mau membuka
portal menuju Klan Bintang melalui buku kehidupan yang
dimiliki.
“Kita bisa ke sana, Ra! Bayangkan! Kita bisa ke
klan paling jauh, bagian dari dunia paralel misterius. Ayolah, Ra,
sedikit sekali yang pernah pergi ke Klan Bintang. Bahkan Av tidak tahu-menahu
di mana lokasi klan tersebut. Buku-buku di perpustakaannya juga tidak pernah
menulis tentang klan yang seolah hilang itu.” (hal. 33)
Namun dengan keras pula, Raib menolak ajakan Ali
yang menurutnya gila. Mereka tidak tahu bahaya apa yang akan menunggu mereka di
Klan Bintang. Apalagi Av melarang Raib menggunakan buku matematika itu untuk
membuka portal apa pun.
Pada awalnya Ali tidak bisa berkutik dengan
penolakan itu. Tapi beberapa bulan kemudian, Ali yang jenius itu, bermodal
hadiah dari Av—sebuah soft copy seluruh buku di perpustkaan
Klan Bulan, telah berhasil mengira-ngira di mana letak Klan Bintang berada. Ali
akhirnya menemukan satu buku yang pernah menyinggung tentang lorong-lorong, dua
ribu tahun silam, saat pertempuraan si Tanpa Mahkota dengan saudara tirinya.
Ali berasumsi bahwa Klan Bintang itu bukan
berada di atas awan. Tapi sebaliknya, klan itu justru berada di bawah—di perut
bumi. (hal. 69) Seli antara percaya tidak percaya. Lagi pula di
sana sudah pasti ada magma yang sangat panas. Tapi lagi-lagi berhasil
menjelaskan kemungkinan yang tidak pernah terpikirkan oleh Raib dan Seli.
“Itu tidak masalah bagi teknologi Klan Bintang
yang memang paling maju dari klan lain. Lagipula, jika mereka mengeduk
kedalaman tiga ribu kilometer misalnya. Itu tetap masih jauh dengan inti bumi,
masih tiga ribu kilometer lagi. Menurut perhitunganku, penduduk Klan Bintang
awalnya pernah tinggal di permukaan, mungkin pendudukanya campuran dari tiga
klan sekaligus. Kemudian entah dengan alasan apa, mereka pindah ke dalam sana,
membentuk peradaban baru. Mereka membuat lubang menuju perut bumi.” (hal. 70-71)
Selain menemukan jalan menuju ke Klan Bintang,
ternyata Ali juga berhasil membuat sebuah kapsul yang diberi nama ILY[3] yang memiki kekuatan
gabungan antara kekuatan Klan Bulan dan Klan Matahari. Ada alasan tersendiri
kenapa Ali menamakan kapsul itu dengan nama sahabat barunya itu.
Pada akhirnya Raib dan Seli setuju dengan
ajakan Ali, untuk berpetualang ke Klan Bintang. Mereka berangkat setelah
ujian semester akhir—tepat pada masa liburan. Pada awal perjalanan, baik,
Raib, Seli dan Ali nampak menikmati petualangan baru yang mengasyikkan
itu. Mereka melewati pengunungan berselimut kabut, melintasi sungai
besar di dataran tinggi lalu melewati lembah perkebunan luas dengan beberapa
perkampungan permai di tengah-tengahnya. (hal. 111)
Namun tentu saja tidak ada yang namanya
perjalanan mulus. Di tengah perjalanan, saat mereka berusaha menghancurkan
sebuah lorong, ular besar menghadang mereka. Ular itu sangat gesit dalam
berkelit. Membuat Seli dan Raib cukup kelelahan. Tak hanya ular, mereka
juga harus menghadapi kelelawar yang besarnya hampir menyerupai
seekor sapi. Mereka dalam keadan terdesak. (hal. 157)
Beruntung, mereka akhirnya bisa sampai di tempat
yang dituju—Klan Bintang. Di sana mereka disambut ramah oleh Faar—salah satu
penduduk Klan Bintang yang masih keturunan Klan Bulan. Tapi ternyata tidak
dengan Dewan Kota Zaramaraz—dewan tertinggi di Klan Bintang. Mereka memiliki
pendapat berbeda dengan kedatangan tiga sahabat itu. Mereka menganggap Raib,
Seli dan Ali yang memiliki kekuatan adalah orang yang berbahaya dan harus
diringkus—mereka menjadi buronan. (hal. 209) Lalu bagaimana petualangan
Raib, Seli dan Ali di sana? Mungkinkah akan ada bantuan dari Av dan Miss
Selena?
Selama ini Tere Liye dikenal sebagai
penulis yang produktif dalam menghasilkan karya. Bisa dibilang, setiap tahun penulis ini selalu
mengeluarkan karya baru. Dan hampir semua bukunya selalu masuk jajaran
buku best seller. Dan pada tahun ini pun Tere Liye hadir
menyapa penggemarnya dengan dua buku terbaru yang sama-sama diterbitkan di
Gramedia Pustaka Utama. Hujan yang terbit 28 Januari 2016. Dan
berselang beberapa bulan, Tere Liye kembali hadir dengan novel
Matahari—seri ketiga dari serial ‘Bumi’ pada 25 Juli 2016. Pantaslah jika
kemudian, Tere Liye mendapat penghargaan sebagai Writer of The Year 2016 pada acara Indonesia
International Book Fair (IIBF) oleh IKAPI—Ikatan Penerbit Indonesia.
Berbeda dari buku-buku sebelumnya, kali ini Tere
Liye mengambil genre science fiction dengan sentuhan fantasi
juga. Sebuah genre yang bisa dibilang memiliki tingkat kesulitan
yang lebih tinggi daripada genre yang lain. Karena sudah pasti penulis
harus melakukan riset yang mendalam dalam berbagai hal. Tapi pada kenyataannya
Bumi disambut hangat di pasar Indonesia. Karya-karyanya itu memberi warna pada
literasi di Indonesia dan menunjukkan kepiawaian penulis dalam menulis berbagai
genre.
Kelebihan pada novel ini adalah kisah dikemas
dengan gaya bahasa santai dan renyah. Penokohan di garap dengan baik dan kuat.
Sehingga ketika membaca novel ini, pembaca seolah bisa merasakan apa yang
dirasakan tokoh tersebut. Seperti Ali yang sangat jenius dan Raib yang
judes dan selalu tidak percaya dengan Ali. Juga kekonyolan Seli yang
sangat menggemari drama Korea.
Selain itu adalah tentang setting juga
digarap dengan sangat teliti, hingga tidak terkesan tempelan saja. Setting yang
baik akan membuat pembaca seperti berada di lokasi kejadian. Dan saya merasakan
itu dalam setiap perjalanan yang dilakukan tiga sahabat itu. Lalu percakapan
antara tokoh yang semakin menghidupkan kisah petualangan Raib, Ali dan Seli.
Ditambah memakai alur maju mundur yang juga memiliki kekuatan tersendiri untuk
memancing rasa penasaran pembaca untuk menyelesaikan membaca novel ini.
Pemilihan pov satu dari tokoh Raib juga turut membantu keseruan cerita.
Meski pada awalnya, saya pikir pov akan berganti
pada setiap seri. Yaitu pov Raib pada novel Bumi, pov Seli di novel Bulan dan
pov Ali di novel Matahari. Tapi ternyata saya salah. Penulis tetap konsisten
memakai pov satu dari tokoh Raib pada setiap novel. Dan ini menarik.
Membaca buku ini seperti diajak berpetualangan
ke dunia paralel. Mengasyikkan dan mendebarkan. Kita juga diajak memaknai arti
persahabatan. Di mana sahabat itu harus saling memahami dan
membantu dalam segala situasi. Lalu mengajarkan akan perlunya berjuang
dalam segala situasi.
Saya pikir, adanya novel ini mengokohkan Tere
Liye sebagai penulis multilatenta dengan berbagai genre yang
selama ini digarapnya.
Dan kelemahannya saya rasa berada pada masalah plot.
Di mana plot sudah bisa dibaca sejak awal, karena memiliki pola yang mirip dengan
seri sebelumnya. Serta masih ditemukan beberapa kesalahan kepenulisan di
sini. Beberapa kesalahan tulis yang saya temukan.
*Aku tersentum tpis = Aku tersenyum tipis. (hal. 79)
*Anak itu pastil genius sekali
= Anak itu pasti genius sekali. (hal. 105)
*Tapi sudah menjad tugasku =
Tapi sudah menjadi tugasku. (hal. 239)
*Seandinya pun gagal = Seandainya pun gagal. (hal.
363)
*Getaran itu melewati tubuku =
Getaran itu melewati tubuhku. (hal. 367)
Satu hal lagi bagi saya yang merasa kurang seru
sejak membaca seri ini dari awal adalah tentang bahasa dari Klan Bulan, Klan
Matahari dan Klan Bintang. Alangkah lebih baik jika penulis menjelaskan lebih
detail akan bahasa itu dan tidak terasa memakai bahasa Indonesia.
Sebenarnya pada halaman 170 pada novel ini, ada sedikit disinggung tentang
bahasa Klan Bulan yang patah-patah diucapkan Faar ketika menyapa Raib. Namun
bahasa itu masih tetap terlihat seperti bahasa Indonesia. Mungkin jika di
seri selanjutnya soal bahasa khusus setiap Klan bisa dibuat biar lebih hidup.
Sebagaimana dalam Lord of The Ring—ada bahasa khusus elf.
Misalnya saja.
Namun begitu, secara keseluruhan novel ini
keren dan tetap asyik buat dinikmati. Memiliki sisi kejutan di
akhir cerita dan itu memberi kepuasan tersendiri setelah membaca. Bagi yang
suka genre science fiction, fantasi, novel ini sangat
direkomendasikan untuk dibaca. Apalagi ditambah bumbu persahabatan dan serta
tambahan ilmu pengetahuan alam lewat si jenius Ali. Di antaranya :
“Lapisan-lapisan bumi secara sederhana dibagi
menjadi tiga. Paling atas disebut dengan lithosphere atau crust,
dalamnya 100 kilometer. Lapisan kedua disebut mantle. Tebalnya
hingga 2.900 kilometer. Mantle adalah bagian terpenting
yang menentukan masa depan permukan bumi. Lapisan ketiga atau terakhir disebut inti
bumi, yang dibagi menjadi dua, outer core dan inner
core.” (hal. 124-125)
“Kebanyakan ular merasakan getaran udara melalui
organ yang disebut membran typhani. Ular akan mendeteksi segala
sesuatu yang ada di sekitarnya dengan menggunakan lidahnya yang bercabang.
Itulah sebabnya mengapa ular sering menjulurkan lidah. Sebab lidah tersebut
digunakan untuk menghimpun informasi melalui partikel udara.” (hal.142)
“Ubur-ubur abadi tidak pernah mati. Ditemukan di
laut Mediterana dan perairan Jepang, ubur-ubur ini bisa bertansformasi,
mengubah sel-selnya dari usia dewasa kembali menjadi bayi.” (hal. 185)
Tidak ketinggalan pada novel ini, terdapat
quote inspiratif yang bisa dipetik pelajaran. Misalnya. “Setiap klan
memiliki keistimewaan masing-masing.” (hal. 194) seolah
mengajarkan agar setiap orang itu saling menghargai antara klan
yang ada.
Lalu “Selalu ada jalan keluar sepanjang
kita terus berpikir positif.” (hal. 338) dari quote ini kita bisa
belajar agar selalu berpikir positif, selalu semangat dalam
berjuang tidak mudah menyerah.
~*~
Hasil ini tentu saja sangat mengejutkan, bagi saya. Karena saya sadar sekali dalam lomba ini sudah pasti akan banyak saingan. Hai ini Tere Liye! Ini yang mengadakan Gramedia! Tapi pada akhirnya tetap nekat ikutan. Dan omo ... ternyata Allah punya rencana indah buat saya.
[1] Bisa dibaca di
buku “Bumi.”
[2] Bisa dibaca di
buku “Bulan.”
[3] Terinspirasi
dari nama sahabat ketika berpetualang di Klan Matahari. Bisa dibaca di buku
“Bulan”
Untuk seri yang ini saya sama sekali belum tertarik membaca. Soalnya aneh saja. Saya sudah nyaman dengan genre drama yang biasa Bang Tere buat di buku-bukunya. :)
ReplyDeleteKembali ke masalah selera Mas, kalau menurut aku. Tapi keberanian Tere Liye menulis novel genre ini cukup membuktikan dia penulis yang multitalen. :)
DeleteNice, mbak. (Y) Lengkap banget resensinya. Detail. Walau belum baca, jadi punya gambaran deh tentang keseruan petualang para tokohnya. :)
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Leli. Ayo dang diburu dan baca novelnya. ^_^
Deleteresensinya bagus sekali! :D
ReplyDeleteTerima kasih, sudah berkenan membaca resensi ini ^_^
DeleteResensinya kereen, Mbak :-)
ReplyDeleteTerima kasih, ^_^
Deleteselamat atas kemenangannya. Resensinya keren :D
ReplyDeleteTerima kasih :) Dan selamat juga buat kemenangan kamu ya ^_^
Deletehehe iya sama-sama. :)
DeleteBtw udah dihubungi sama panitianya?
Sampai sekarang, belum dihubungi Yohananada
Deleteberarti sama, aku kira cuma aku yang belum dihubungi. Terimakasih infonya :)
DeleteSama-sama :)
Deletepunten, klo sudah dikabari panitia tolong kabar2in juga yak
Delete* udah gak sabar mau make vouchernya soale, hehehe
Yup, insya Allah nanti aku kabari, kalau kebetulan dapat kabar ^_^
Deletemasih belum ada kabar, ya. Hehe :')
DeleteBelum ada Yohanda :)
DeleteMba Ratna... Tahu ga, setelah baca resensi mba Ratna saya jadi kepengin beli dan baca novelnya. Padahal sebelumnya, waktu utek utek gramed, baca sinopsisnya aja males.. ga mudeng soalnya. Belom pernah baca genre ini.. keren mba Ratna...
ReplyDeleteMonggo diburu Ari, semoga suka. Dan terima kasih sudah mampir ke blog ini :)
DeleteSaya punya novel ini, tapi belum kelar bacanyaa
ReplyDeleteSemoga bisa kelar secepatnya, Mbak. Dan temukan keseruannya ^_^
Delete