Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 23 Oktober |
Judul
: Cinta Segala Musim
Penulis : Maya Lestari Gf
Penerbit
: Indiva
Cetakana : Pertama, Juni 2016
Halaman : 224 hlm
ISBN : 978-602-1614-59-4
Peresensi : Ratnani Latifah
Setiap orang sudah pasti mendambakan
memiliki rumah tangga yang sakinah mawadah wa rahmah. Dalam artian rumah tangga itu bahagia dalam segi finansial,
jasmani dan rohani. Namun tentu saja hidup tidak akan seindah
dongeng cinderella. Bahagia selemanya setelah melakukan ikrar janji setia.
Hidup akan berputar. Mengalami pasang surut. Ada cobaan untuk belajar saling
menguatkan. Hanya saja, mampukan pasangan itu tetap saling bersisian mewujudkan
mimpi rumah tangga yang diidamkan?
Novel ‘Cinta Segala Musim’ ini, merupakan
pemenang harapan pada Lomba Menulis Indiva
(LMNI) 2014. Mengisahkan
tentang suka duka dalam membangun rumah tangga.
Pada awalnya pernikahan Rae dan Rampak begitu sempurna. Rampak sangat sukses dengan pekerjaanya
sebagai developer. Rae menjadi seorang istri yang sangat bahagia. Namun
ternyata sebuah badai tiba-tiba menyerang rumah tanggah indah mereka.
Perusahaan Rampak dilaporkan
masyarakat ke polisi karena dianggap merusak lingkungan. Berita tentang dirinya
dipampang di berbagai surat kabar Sumatra Barat. Dia dianggap sebagai penipu
karena membangun kompleks perumahan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan.
(hal. 16). Dia dituntut untuk mengganti
rugi pada semua pihak, yang kemudian membuat harta bendanya habis. Karirnya
hancur.
Di sinilah kehidupan rumah tangga
mereka diuji. Rampak sangat terpukul dengan kehancuran yang menimpanya. Dia
menolak menggantungkan nasib dengan bantuan ayah atau ayah mertuanya, karena
masalah harga diri. Namun begitu dia
tetap berusaha yang terbaik untuk memperbaiki ekonominya. Rampak berusaha
menghubungi teman-temannya. Hanya saja, tak seorang pun yang berani
mempekerjakan Rampak setelah insiden itu.
Meski merasa sedih dengan keadaan
mereka saat itu, ada sebuah kabar bahagia yang membuat mereka bertahan dan
terus berusaha. Kehamilan yang sejak dulu dirindukan Rampak dan Rae akhirnya
terwujud (hal. 64). Namun, siapa sangka
kebahagiaan itu hanya sebentar. Cobaan kembali datang. Rae mengalami keguguran
(hal. 105)
Di sinilah, hubungan Rae dan Rampak dipertaruhkan.
Keguguran membuat Rae sangat terpukul. Dia marah pada keadaan juga pada Rampak
yang terlalu keras kepala. Dan ketika Rampak memberi pilihan, Rae menyuruh laki-laki itu pergi. Benarkah hanya sampai ini kesetiaan Rae? Dan
mampukah Rampak bangkit dari keterpurukan dan mengembalikan kepercayaan
Rae?
Selain dua pertanyaan ini sejatinya
masih banyak misteri yang membuat novel ini sangat menarik. Pada novel ini
nanti akan ditemukan nama Rampak kembali
diberitakan di berbagai koran besar di Padang.
Novel ini dipaparkan dengan gaya
bahasa yang enak dan mengalir. Penulis
yang berasal dari Padang—Sumatra Barat, ini memang sudah tidak diragukan lagi
dalam karya-karyanya. Banyak penghargaan yang telah diraih dan coretannya bisa
ditemukan di berbagai media.
Membaca novel ini, seolah diajak
mengenal lebih jauh tentang pekerjaan seorang arsitek dan filosofi-filosifi
yang inspiratif, tentang pemaknan rumah di mata Rampak. “Rumah bukan hanya
sekadar tempat berteduh saja. Rumah adalah sebuah konsep tentang kehidupan yang
manusiawi.” (hal. 28). Hal yang
sering dilupakan orang saat membangun rumah adalah, tidak membuatnya sedekat
mungkin dengan kehidupan si pemilik rumah. Mengapa orang merasa bahagia bisa
tinggal di resort bergaya tradisional?
Itu karena mereka merasa dekat dengan semua unsur pembuatannya. (hal.
185-186)
Keunggulan lain dari novel ini
adalah penokohan yang kuat, sehingga kisah teras hidup. Dan penjabaran
settingnya pun, tertata dengan rapi. Karena penulis mengambil setting asal
daerah sendiri
Hanya saja untuk beberapa bagian ada
yang terasa agak membosankan, masih ditemukan beberapa typo. Serta konfliknya terasa agak datar. Tapi lepas dari itu, penulis berhasil meramu dan
mengeksekusi cerita dengan sangat apik. Membuat pembaca enggan melepaskan kisah
ini sebelum tamat. Mengesankan.
Setelah membaca novel ini, dapat
disimpulkan bahwa selalu ada badai dalam rumah tangga. Dan untuk mempertahankan
harus dilakukan oleh kedua pihak untuk saling memahami dan berbagi baik suka
atau duka. Selain itu novel ini juga mengajarkan banyak hal. Di antaranya
kegagalan bukan akhir dari segalanya. Jangan mudah menyerah dan terus berusaha.
“Selalu ada jalan keluar dari setiap masalah,
selama yakin dan bertahan untuk sabar. Selalu ada hikmah dari setiap musibah.” (hal. 222)
Srobyong, 16 Oktober 2016
Buku yang rasanya begitu dekat dengan keseharian pasangan suami istri. Bagai belajar untuk menjelang berrumah tangga.
ReplyDeleteIya, Mas. Bener banget.
Delete