Judul : Rumah Tangga Surga
Penulis : Ikhsanul Kamil & Foezi Citra
Cuaca
Penerbit : Penerbit Mizania
Terbit : Agustus 2015
Cetakan : Kedua, April 2016
Halaman : 320 hlm
ISBN : 978-602-1337-73-8
Peresensi :
Ratnani Latifah, Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
Pernikahan bukanlah perkara
sembarangan, ia adalah mitsaqan ghalizhan, perjanjian kuat yang setara dengan
perjanjian para nabi dan Tuhan. Berani menjalaninya berarti perlu berani
memilih jalan yang akan tercipta, surga atau neraka. (hal. 24)
Rumah
Tangga, Surga adalah sebuah rumah yang di dalamnya menjadi surga bagi para
penghuninya. Rumah, Tangga Surga adalah sebuah rumah, yang menjadi tangga surga,
yang mengantarkan penghuninya berkumpul lagi di surga-Nya kelak. (hal. 292)
Setiap orang sudah pasti berharap
dalam membangun rumah tangga itu ingin menciptakan surga dalam rumah. Bukan
malah sebaliknya yang bercita-cita membangun neraka penuh dengan konflik. Yang
menjadi pertanyaannya adalah bagaimana merengkuh dan menciptakan rumah tangga
surga agar penikahan menjadi sakinah mawadah wa rahmah?
Buku karya Ikhsanul Kamil &
Foezi Citra Cuaca bisa dijadikan referensi untuk mengetahui kiat baik yang
akan menuntun para pasangan pernikahan dalam usaha menciptakan rumah tangga
surga. Sebagaimana yang dipaparkan Foezi Citra Cuaca, “Rumah kita. Rumah
yang kau dan aku bangun bersama, berfondasi iman, bertianglan Islam, dan
bertembokkan ihsan. Kita isi dengan cinta dan kasih sayang.” (hal. 34)
Menciptakan rumah tangga surga
memang bukan perkara yang mudah. Namun jika kita mau berusaha pasti akan
jalannya. Menurut penulis ketika ingin
merengkuh surga dalam biduk rumah tangga yang dibangun, maka ada tiga point
penting yang harus dilakukan. Yaitu, Cleansing, nurturing dan designing.
Cleansing adalah usaha untuk memaafkan segala masa lalu yang selama ini
menimbun dan tersimpan dalam diri kita. Baik itu tentang trauma masalah
orangtua, diri sendiri dan pergaulan yang pernah kita lalui. Dalam Cleansing,
pasangan diajak untuk mensyukuri segala apa yang pernah terjadi lalu mulai
memperbaiki diri dengan menata niat dalam ikatan pernikahan yang sudah
terjalin.
Proses cleansing ini akan menetralisasi trauma yang tersimpan,
membuang sampah-sampah emosi yang menyumbat dalam diri, serta membuat kita
menjadi pribadi yang lebih baru. (hal. 73) Mengajarkan diri untuk melepas masa lalu
dengan memaafkan. Karena memaafkan orang—baik itu orangtua atau teman—yang
pernah menyakiti di masa lalu, akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
bersikap dalam pernikahan.
Perlu diingat bahwa pernikahan bukan sekadar menuju kebahagiaan, tapi juga
tentang bagaimana ia menciptakan keberkahan. Salah satu pintunya adalah doa
orangtua yang meridhai, hingga Tuhan pun tersenyum memberkahi. (hal. 117)
Selanjutnya adalah nurturing yaitu
sebuah upaya lanjutan setelah melakukan cleansing. Tentang bagaimana
merawat cinta dalam pernikahan agar senatiasa harmonis, melanggengkan
pernikahan dalam ikatan cinta dan kasih sayang.
Dalam proses nurturing akan ada tiga prisip yang dipegang. Yaitu,
nyaman, percaya dan dukungan.
Cinta yang sempurna dalam rumah
tangga adalah ketika keduanya sadar tentang komitmen pernikahan, komitmen yang
menyerupai komitmen para nabi untuk mengemban risalah-Nya, dilengkapi dengan
membangun keintiman layaknya sahabat karib antara suami dan istri sehingga yang
satu menjadi tempat curhat ternyaman bagi yang lainnya, sambil menikmati gairah
untuk membuat api cinta semakin lama semakin membara. (hal. 202)
Terakhir adalah designing
yaitu menyemai bersama pernikahan dan keluarga yang harmonis. Canun berkata, “Kalau
pernikahan laiknya layar dalam sebuah kapal menuju pulau impian, aku yang jadi
nahkoda dan kau jadi navigatornya.” (hal. 267)
Pernikahan itu ibarat mengarungi
gelombang kehidupan bersama. Sayangnya, banyak yang (tanpa sadar) memilih
berlayar tanpa menentukan pulau tujuannya.
Jika pernikahan tidak jelas ke mana tujuannya, jangan heran jika kehidupa
pernikahan itu akan hambar. Oleh karena
itu pernikahan perlu kita desaain. Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita
desain. Yaitu, pulau impian yang dituju,
berbagi peran dan desain rules
dan SOP dalam rumah.
Dipaparkan dengan bahasa yang lugas dan bersahabat,
membuat buku ini sangat asyik untuk dibaca karena tidak terkesan menggurui.
Keunikan lain dari buku ini adalah penulis tidak hanya menjelaskan teori saja.
Namun juga dilengkap kisah-kisah nyata sesuai pembahasan dari peserta yang
mengikuti workshop yang dibina
penulis juga. Hanya saja agak tergangguu
dengan beberapa pembahasan yang kerap diulang-ulang. Lepas dari itu buku ini
patut dibaca. Selain itu banyak bertebaran quote menarik yang membuat buku ini
semakin cantik. Diantaranya, Ketika diri telah melakukan segenap ikhtiar, lengkapilah
dengan sabar. (hal. 245)
Srobyong, 9 Agustus 2016
No comments:
Post a Comment