Judul : Janji Matahari
Penulis : Koko Ferdie
Penerbit : Diandra
Cetakan : Pertama, 2016
Halaman : 121 hlm
|
Blurb
Aku tidak pernah cukup paham tentang cinta.
Bertemu denganmu, bisakah kukatakan adalah suatu kebetulan?
Kau menyeretku begitu dalam,
Hingga membuat ruang di dada serta pikiranku hanya tertuju padamu.
Tatapanmu dingin dan menyimpan luka teramar dalam.
Bisakah aku menjadi penghapus akan kesedihanmu itu?
Namun, ketika aku berlari dan mencari tahu banyak hal tentangmu.
Aku justru kian menyadari,
Bila kita ditakdirkan bertemu namun tidak bersatu.
~*~
Cinta memang tidak bisa terprediski,
dia datang secepat mata memandang. Lalu bagimana agar cinta itu tidak menjadi
pesakitan? Karena cinta memang selalu memberi kejutan.
Novel ini menceritakan tentang Tomomi Kawaguchi. Gadis itu memilih melanjutkan pendidikannya
di Koishitai Gakuen. Ada beberapa alasan kenapa Tomomi memilih sekolah
ini. Salah satunya adalah alasan yang
sengaja dia rahasiakan (hal. 6) Hal ini masih da hubungannya dengan cerita masa
lalu.
Keputusannya untuk sekolah di sana,
mempertemukan Tomomi dengan Haruna. Teman SMP-nya yang tidak begitu akrab. Haruna juga punya alasan kenapa memilih
sekolah itu. Yaitu untuk mengejar cinta pertamanya—Makoto
Miura. Sebuah alasan yang cukup membuat
Tomomi terkejut. Kenapa Haruna jatuh
cinta dengan Makoto? Apa alasannya?
Menginta mereka berasal dari sekolah
yang sama di masa lalu ..., pada akhirnya membuat mereka dekat. Persahabatan pun tercipta di antara mereka. Apalagi
bagi Haruna yang dulu memiliki masa lalu suram tentang persahabatan. Begitupun dengan
Tomomi.
Selain itu, di tempat ini juga membuat Tomomi bertemu dengan
orang-orang yang tidak terduga. Salah satunya
adalah sosok laki-laki yang diusir dari sebuah kedai. Dan laki-laki itu
meninggalkan gantungan kunci yang
berbentuk lonceng, bertuliskan nama Haru. Laki-laki itu membuat Tomomi sangat penasaran.
Di sana
Ketika Tomomi masih memikirkan
bagaimana cara mengembalikan lonceng itu pada laki-laki misterius itu,
Tomomi malah dipertemukan dengan Makoto Miura (hal. 25-26)
Di sinilah masalah bermula. Siapa sangka ketika Haruna berjuang ingin
mengejar Makoto Miura, laki-laki itu malah menyukai Tomomi. Itu bisa dilihat
dari bahasa tubuh Makoto. Sedang Haruna
pernah berpesan pada Tomomi sesuatu yang mengejutkan.
“Aku menyukai kalian berdua. Dan,
aku hanya berharap kau tidak akan
menyukai Makoto-senpai karena aku akan membencimu. Begitu pula jika Makoto-senapai menyukaimu. Maaf
jika aku egois. Tapi Makoto-senpai sudah seperti kakak yang menyenangkan bagiku
setelah kakakku meninggal. Kau pun sama Tomomi.” (hal. 38)
Namun siapa yang bisa mencegah cinta
yang tumbuh tanpa bisa diduga itu? Di sisi lain, Tomomi juga mengalami hari-hari
yang tidak terduga dengan laki-laki yang bernama Haru itu. Entah mengapa mereka selalu dipertemukan. Dan Haru memiliki sisi yang membuat Tomomi
simpati. Ada pertanyaan yang menganga di hati Tomomi. Apa yang sebenarnya
terjadi dengan Haru?
Di tengah kebingungan Tomomi
memikirkan masa Haru, Tomomi juga harus berhadapan dengan kenyataan, bahwa
persahabatannya diambang kehancura. Entah apa yang ada dilakukan Tomomi. Belum lagi satu persatu misteri yang selama
ini menghantui Tomomi mulai terkuak. Ada apa dengan masa lalu Tomomi? Dan apa
alasan sebenarnya Tomomi memilih sekolah
ini? Selain dua pertanyaan ini, sebenarnya masih banyak pertanyaan yang lain
yang membuat pembaca akan bertanya-tanya.
~*~
Novel ini diceritakan dengan gaya
bahasa yang manis dan mengasyikkan. Mengambil tema sederhana tentang cinta,
persahabatan dan keluarga, membuat novel ini terasa dekat dengan pembaca.
Pertama membaca novel ini, saya
pikir kisahnya berpusat pada cinta itu sendiri. Semacam cinta segi tiga atau segi empat. Tapi, ternyata setelah membaca secara
perlahan, saya menyadari ada konflik lain yang ingin dibangun oleh penulis.
Memang ada cinta yang terlihat nyata
dari kekukuhan Haruna yang menyukai Makoto. Sedang Makoto malah tertarik dengan Tomomi. Di salin
sisi Tomomi bertemu Haru yang membuatnya simpati, juga sebuah janji masa
kecilnya. Tidak ketinggalan sebuah masa
lalu tentang keluarga Tomomi yang ingin dia pecahkan. Juga persahabatan yang diambang kehancuran. Kompleks
dan agar rumit, memang. Tapi itulah yang menjadi poin penting. Pembaca diajak mengurai satu persatu agar puzzle-puzzle
tersebut.
Novel ini cukup memikat. Saya menikmati
setiap lembar halaman yang ada. Hanya saja, saya merasa buku ini terlalu tipis,
kurang tebal. Dalam novel ini saya menemukan
banyak karakter tokoh yang ada. Namun saya belum merasakan ketuntasan pada setiap
tokoh, kecuali Tomomi yang paling menonjol.
Seolah tokoh selain Tomomi hanya singgah sebentar dan kemudian berlalu.
Tapi lepas dari itu, novel ini tetap
memikat dengan kelebihan yang dimiliki. Banyak pelajaran yang bisa saya petik
setelah membaca novel ini.
Saya belajar arti persahabatan yang
seharunya dibina dengan kejujuran. “Sahabat memang harus saling melengkapi.”
(hal. 95)
Begitupun dengan masalah keluarga. Kadang kenyataan
pahit itu harus diungkapkan agar tidak menjadi beban dan membuat orang lain
terluka lebih dalam. Selain itu, saya diajak untuk bisa move on dari
masa lalu. Maafkan, lah, maka hatimu
akan ringan. Begitulah, hidup tidak selamanya mengalami fase bahagia saja. ada
sedih juga suka. Jadi cobalah menjadi seorang pribadi yang selalu menerima
setiap fase hidup. Tegar dan teruslah melangkah. Selamat membaca.
Ini penulisnya orang Indonesia, kah? Tampaknya menguasai Jepang banget, dari pemberian nama-nama tokohnya. Jadi penasaran. :)
ReplyDeletePenulisnya orang Indonesia,Mbak. Tapi sepertinya penulis suka dengan dunia Jepang. ^_^ Entah itu anime, manga atau dramanya.
Deleteterima kasih reviewnya. Waktu melihat buku ini pertama kali, saya penasaran dengan judulnya Kok bunga matahari. Mungkin karena settingnya di Jepang ya ?
ReplyDeleteSama-sama, Iya Mas settingnya di Jepang. ^_^ Saya suka penggambaran settingnya.
Delete