Tuesday 1 March 2016

[Cerpen] Kotak Penadah Mata


Dimuat di Malang Post, Edisi; Minggu 28 Februari 2016


Kazuhana El Ratna Mida *)

            Kardi menatap lekat kotak persegi yang ada di depannya. Kotak yang sengaja dia beli beberapa hari lalu untuk menyempurnakan ide yang dimiliki, tepatnya mungkin keputusan yang diambilnya. Kardi tak merasa ragu. Toh, dengan melakukan ini, dia bisa menjadi lebih baik dalam menjaga diri—pandangan dan menghapus keburukan yang selama ini telah dilakukannya.

Kardi menarik napas. Memegang kotak, lalu membuka perlahan.  Di sana ada sebuah pisau kecil yang sengaja dibelinya. Dia sengaja memilih yang paling tajam, agar ketika dia mengambil matanya, proses pengambilannya bisa dilakukan dengan cepat. Tanpa ada rasa sakit yang menusuk-nusuk. Kardi pun mulai mengarahkan pisau itu ke wajahnya. Lalu perlahan dia mengambil bola matanya dengan sehati-hati mungkin. Setelah satu bola mata kiri berhasil diambil, segera Kardi memasukkannya ke dalam kotak penadah mata yang ada di depannya. Senyum tersungging di bibir Kardi.
~*~

11 comments:

  1. aku baca ini hampir mirip cerpen yang dimuat di kompas yang judulnya perempuan-perempuan yang menjahit bibirnya sendiri, mbak

    tapi ini bisa dan jauh lebih baik mbak :D
    sukses terus mbk Ratna

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir, Rohma. ^_^ iya cerpen itu sangat menarik dan dalem ^_^

      Delete
  2. Keren mbak. Agak ngeri juga kalau kejadian bener

    ReplyDelete
  3. Ngeriiii. Kardi yang malang. Huhu
    Seperti biasa, ada unsur religinya.

    Dari segi typo, hihi, ini udah lebih baik dari cerpen yang lalu. Sukses terus, Mbak. Semoga ke depan makin oke. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hhhe, itu entah kenapa susah ngilangin unsur religinya, hehh selalu kebawa. terima kasih sudah mampir ya Mbak leli ^_^

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Always like ... ^_^ Selalu suka baca tulisan Mbak Ratna. Flashback ke sebuah FTV yang pernah kutonton saat SMA. Seorang wanita mencongkel kedua matanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, jadi terhura. Makasih sudah mampir Liza :)

      Delete
  6. Dalam sekali maknanya...betapa kita sering membutakan mata hati tanpa cahaya Illahi....very nice story mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mbak Dwi sudah mau mampir membaca dan sudah suka. ^_^

      Delete