Dimuat di Malang Post, Edisi; Minggu 28 Februari 2016
Kazuhana El Ratna Mida *)
Kardi
menatap lekat kotak persegi yang ada di depannya. Kotak yang sengaja dia beli
beberapa hari lalu untuk menyempurnakan ide yang dimiliki, tepatnya mungkin
keputusan yang diambilnya. Kardi tak merasa ragu. Toh, dengan melakukan ini,
dia bisa menjadi lebih baik dalam menjaga diri—pandangan dan menghapus
keburukan yang selama ini telah dilakukannya.
Kardi menarik napas. Memegang kotak, lalu membuka perlahan. Di sana ada sebuah pisau kecil yang sengaja
dibelinya. Dia sengaja memilih yang paling tajam, agar ketika dia mengambil
matanya, proses pengambilannya bisa dilakukan dengan cepat. Tanpa ada rasa
sakit yang menusuk-nusuk. Kardi pun mulai mengarahkan pisau itu ke wajahnya.
Lalu perlahan dia mengambil bola matanya dengan sehati-hati mungkin. Setelah
satu bola mata kiri berhasil diambil, segera Kardi memasukkannya ke dalam kotak
penadah mata yang ada di depannya. Senyum tersungging di bibir Kardi.
~*~
aku baca ini hampir mirip cerpen yang dimuat di kompas yang judulnya perempuan-perempuan yang menjahit bibirnya sendiri, mbak
ReplyDeletetapi ini bisa dan jauh lebih baik mbak :D
sukses terus mbk Ratna
Terima kasih sudah mampir, Rohma. ^_^ iya cerpen itu sangat menarik dan dalem ^_^
DeleteKeren mbak. Agak ngeri juga kalau kejadian bener
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Nurus, sudah berkenan mampir. ^_^
DeleteNgeriiii. Kardi yang malang. Huhu
ReplyDeleteSeperti biasa, ada unsur religinya.
Dari segi typo, hihi, ini udah lebih baik dari cerpen yang lalu. Sukses terus, Mbak. Semoga ke depan makin oke. :D
Hhhe, itu entah kenapa susah ngilangin unsur religinya, hehh selalu kebawa. terima kasih sudah mampir ya Mbak leli ^_^
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlways like ... ^_^ Selalu suka baca tulisan Mbak Ratna. Flashback ke sebuah FTV yang pernah kutonton saat SMA. Seorang wanita mencongkel kedua matanya.
ReplyDeleteTerima kasih, jadi terhura. Makasih sudah mampir Liza :)
DeleteDalam sekali maknanya...betapa kita sering membutakan mata hati tanpa cahaya Illahi....very nice story mbak :)
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Dwi sudah mau mampir membaca dan sudah suka. ^_^
Delete