Judul : Bunga Lara
Penulis : Nay Kiara
Penyunting : ShaBi Dan
Penerbit : LovRinz Publishing
Cetakan : Pertama, 2015
Halaman : vi + 191 hlm
ISBN : 978-602-04849-02-7
Endorsement
Ketika sahabat memintamu untuk
menikahi untuk menikahi lelaki yang pernah membuatmu hampir bunuh diri, apa
yang akan kamu lakukan? Ini novel tentang cinta, persahabatan dan pergaulan
yang terjaga. ~Asma Nadia, Penulis 49 Buku Best Seller~
Kisah ini menyadarkan betapa hidup
itu penuh kejutan. Seringkali terasa pahit. Membaca novel ini seolah ikut
terbawa haru biru nasib-nasib tokoh-tokohnya, sekaligus belajar arti bersabar
dan ikhlas serta bagaimana memupuk harapan. ~Arumi E, Penulis Novel Tahajud
Cinta di Kota New York dan Hatiku Memilihmu~
~*~
Novel ini menceritakan tentang
persahabatan antara dua insan—Rara dan Bunga dengan perbedaan karakter yang
cukup mencolok. Mereka memang sama-sama hijaber tapi penampilan mereka cukup
kontras—bertolak belakang. Jika Bunga termasuk penganut paham berkerudung
lebar, tidak dengan Rara. Dia memakai jilbab namun tetap tampil casual. Namun mereka tetap klop dan dekat.
Sebenarnya Rara pun sebenarnya dulu pernah
berprasangka buruk dengan muslimah macam Bunga, tapi setelah perkenalannya
dengan gadis baik itu, Rara baru tahu selama ini dia salah. Jadilah dia malah
menjadi sahabat kental itu. Rara bahkan menjadi pembela bagi Bunga yang masih
diperlakukan kurang sopan dan suka dicerca.
Masalah terjadi ketika setelah libur
kuliah, mendadak Bunga dikabarkan tak sadarkan diri karena disangka melakukan
percobaan bunuh diri. Tentu saja hal itu membuat Rara mencak-mencak. Kenapa sahabatnya
itu dituduh melakukan perbuatan hina seperti itu? Di mata Rara, Bunga adalah
sosok muslimah yang selalu bersahaja, solehah, baik hati dan selalu pemaaf. Bunga selalu shalat malam dan puasa
senin-kamis. (hal. 24)
Tak terima dengan tuduhan, itu Rara
mulai menyelidik apa yang terjadi dengan sahabatnya ketika dia tidak di Bogor. Penyelidikannya
itu mempertemukan Rara dengan seorang mahasiswa Ilmu Komputer—David, masih
keturunan bule.
Rara sempat mencurigai David, tapi
nyatanya cowok itu cukup baik dan malah membantu Rara dalam menjaga Bunga dalam
proses penyembuhan. Dan lambat laun mereka pun semakin dekat. David orangnya
santai dan asyik. Rara pun mencoret
David dari daftar kecurigaan. Rara kemudian membidik teman-teman ceweknya juga
mungkin teman Bunga sendiri, yang notabene dulu suka mengolok-olok Bunga.
Atau mungkin ada mahasiwi yang tidak
suka melihat kedekatannya Bunga dengan Lim hingga melakukan fitnah kejam pada
sahabatnya? Memang Lim adalah mahasiswa yang cukup populer dan dikagumi para
mahasiswi. Bahkan dia juga merasa nyaman
jika bersama Lim. Dan kebetulan karena satu organisasi Bunga cukup dekat dengan
Lim.
Namun lagi-lagi kecurigaan Rara
tidak terbukti. Dia pun akhirnya fokus membantu proses penyemuhan Bunga. Mungkin
ketika sahabatnya sadar nanti dia akan menemukan jawaban yang sebenarnya. Tapi
jawaban yang diterima Rara ketika Bunga sadar malah seperti godaman palu. Jadi
selama ini dugaannya benar? Rara sungguh bingung dengan kenyataan yang
dihadapinya. Lalu langkah apa yang kemudian akan diambil Rara? Siapa orang di
balik kejadian bunuh diri yang menimpa Bunga?
Novel ini diceritakan dengan gaya
yang cukup berbeda. Ada beberapa pesan yang bisa diambil dari kisah ini. Yaitu ajakan untuk selalu bersabar, menjaga
ucapan—lisan, bersikap tulus, serta berbaik sangka. Hanya saja masih ditemukan beberapa typo dan
ada beberapa bagian dalam novel ini yang
masih terkesan loncat-loncat. Dan pemaparan tokoh berlum terlalu kuat.
Lepas dari itu semua novel ini
memiliki keunikan sendiri dan patut dibaca. Ada quote yang saya suka dari novel
ini, mengajarkan arti kesabaran. “Ujian tidak hanya dalam kehidupan, tapi
juga dalam sekolah atau kuliah. Jika menghadapi ujian kuliah saya sudah merasa
berat bagaimana menghadapi ujian hidup yang pastinya akan lebih dari itu.” (172)
Srobyong, 17 Maret 2016
No comments:
Post a Comment