Monday, 21 March 2016

[Resensi] Belajar Cara Menjaga Kelestarian Gajah Lewat Novel



Ratnani Latifah
Judul               : Rahasia Pelangi
Penulis             : Riawani Elyta & Shabrina Ws
Editor              : Bernard Batubara & Yulliya
Penerbit           : GagasMedia
Cetakan           : Pertama, 2015
Halaman          : x + 326 halaman
ISBN               : 979-780-820-3

Isu konflik antara gajah dan manusia pernah terjadi di Riau. Para gajah merusak ladang sawit dan menyerang warga hingga ada korbannya. Namun, apakah semua itu salah gajah? Padahal gajah hanya mengikuti instingnya.

Gajah tidak akan memulai penyerangan itu jika habitatnya tidak dirusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab  manusia. Novel ini menceritakan tentang Anjani, seorang mahout (penjaga gajah). Dulunya dia mendapat pelatihan di Way Kambas.

Dia dilatih oleh Chayood Pratham, mahout dari Thailand. Seorang pelatih yang tidak pernah menggunakan kekerasan ketika melatih gajah. Chay tidak pernah memakai gancu—tongkat pengait. “Kalau  diperintahkan dengan suara dan tepukan sudah menurut, kenapa kita harus menggunakan cara yang kasar? Gancu dan rantai memang biasa digunakan untuk mengendalikan gajah, tapi tidak harus. Kuncinya dengan hati.”(hal.48-49).

Kemudian Anjani ditugaskan di TNTN ( Taman Nasional Tesso Nilo). Di sana ternyata dia kembali bertemu dengan Chay. Anjani melatih gajah bernama Beno dan Chay melatih Indro. Mereka pun menjadi dekat, apalagi setelah kejadian di mana mereka harus menangani gajah bernama Rubi yang melahirkan.

Lalu ada juga Rachel. Dia bekerja di CWO—Change World Organization dan ditugaskan ke TNTN untuk untuk Progam Forest Camps bersama Ebi. Rachel adalah gadis yang ceria, ramah, terbuka, supel namun agak ceroboh. Sifatnya berbanding dengan Anjani yang pendiam.

Kedatangan Rachel membuat Anjani tidak nyaman, karena Rachel dengan mudah bisa bergaul dan akrab dengan Chay. Anjani pun mulai mengambil jarak. Dia lebih fokus pada pelatihan pada Boni. Apalagi saat itu isu penyerangan gajah tengah terjadi. Dikatakan gajah dari Fling Squad—Tim Patroli Gajah Latih menyerang ladang sawit.

Namun ketika dicek di sana, gajah yang dikatakan menyerang terbukti bukan dari tim Fling Squad. Dan gajah yang dikatakan menyerang malah ditemukan mati tanpa dikekatahui sebabnya dan gajah itu kehilangan gadingnya. (hal. 121) Karena penyerangan tidak hanya sekali, warga meminta bantuan Fling Squad  untuk mengatasi penyerangan itu.

Tapi dalam patroli itu malah terjadi kecelakan yang tidak terduga. Akibat kecerobohannya sendiri, Rachel menjadi korban. (hal.  151) Entah bagaimana nasib Rachel setelah dinjak gajah, dan tentang perasaan Anjani serta penyelesaian konflik antara gajah dan manusia.

Novel yang mengambil tema unik dan berbeda. Mengangkat tema kepedulian pada alam khususnya tentang gajah dan bagaimana cara pelestariannya. Serta dibumbui kisah cinta yang manis. Diceritakan dengan bahasa yang lugas, mudah dicerna.  Settingnya juga terkesan nyata dan hidup. Novel ini mengajak kita kembali ke alam. Bagaimana cara menjaga alam yang baik agar tidak sampai merusak habitat makhluk lain.

Mengingatkan kita untuk menjaga kelestarian hidup gajah sebagai hewan yang dilindungi, melatih tanpa kekerasan dan tidak mencuri gadingnya, serta tidak merusak habitat yang dimiliki. Isu yang pernah terjadi bisa jadi sepenuhnya bukan salah gajah. Manusia juga memiliki andil karena telah  merusak habitat mereka hingga gajah marah.

Selain itu, novel ini juga mengajarkan untuk menghadapi segala masalah dengan pikiran terbuka, bukan malah cepat menyerah. Dan mengajarkan tentang, hakikat cinta yang termaktub dalam sebuah quote manis. “Cinta bukan seberapa banyak kau mengatakan, melainkan sejauh mana kau membuktikan.” (hal. 317) Hanya saja masih ditemukan beberapa typo dan sebuah nama baru yang muncul terlalu mendadak.

Lepas dari itu semua novel ini recomended untuk dinikmati. Mengajarkan banyak hal tentang pelestarian gajah serta banyaknya quote manis dan  inspiratif. Seperti “Alam memberi banyak hal daripada yang ia dapatkan. Sementara, kita mencari banyak alasan untuk memberi pada alam.”  (hal.7)

*Penikmat buku dan literasi dari Jepara

[Dimuat di Jateng Pos, Edisi, Minggu 20 Maret 2016]

2 comments:

  1. Sepertinya aku sedikit banyak bisa mengambil perbedaan dari tulisan yang kita bicarakan tadi malam mbak....
    hhhee
    smoga bisa kayak mbak Ratna :D
    mkasih untuk sharingnya ya mbak ^_^

    ReplyDelete