Wednesday 16 March 2016

[Review] Antara Cinta, Restu dan Budaya


Judul               : Wajah Sakura di Cermin Dilla
Penulis             : NR. Ristianti
Penata Aksara : Dekik Yassir
Penerbit           : AE Publishing, Dunia Dekik Media
Cetakan           : Pertama, Agustus 2015
Halaman          : x + 226 hlm
ISBN               : 978-602-1189-55-9

Cinta itu memang sejuta rasanya, tapi ketika cinta tidak mendapatkan restu dan berbentur budaya ..., maka jalan mana yang akan kau pilih dalam melangkah?

Novel ini menceritakan tentang kisah cinta yang tak sampai karena terbentur akan budaya dan restu dari orangtua. Hingga Nadia memilih membesarkan hidup dengan caranya sendiri. Serta menyimpan rahasia besar yang entah kapan akan dibeberkan.

Dilla—itulah nama anak Nadia. Benih yang dia dapat dari laki-laki yang sangat dicintainya. Putrinya itu  tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berwawasan luas. Hanya saja Dilla merasa ibunya terlalu sibuk dan tak lagi memiliki waktu untuk dirinya.

Nadia bukannya tidak ingin memerhatikan Dilla. Hanya saja sejak dia memutuskan menangani dua perusahaan, waktunya memang banyak tersita. (hal. 22) Dan semua ini dialkukan demi Dilla. Dia tidak ingin anak gadisnya itu kekurangan. Apalagi sebentar lagi Dilla akan masuk perguruan tinggi.  (hal. 27)

Keduanya memandang permasalah dari sudut pandang masing-masing. Sehingga pertengkaran-pertengkaran kadang tidak bisa dihindari antara ibu dan anak ini.  Puncaknya terjadi ketika Nadia yang sudah janji akan datang pada penyerahan penghargaan karena Dilla memenangkan lomba design, yang ternyata lagi-lagi Nadia ingkar.

Dilla marah dan memilih kabur dengan menginap di rumah salah satu tetangganya—ibu Rara, sahabatnya Dilla.  Namun, dalam pelariannya itu dia malah mendapat kabar ibunya dalam keadaan drop. Dilla sangat khawatir bagaimana jika penyakit lupus ibunya kambuh lagi?

Dari kejadian itu mereka sebenarnya sudah mulai saling memahami satu sama lain. Tapi prahara datang lagi ketika tanpa sengaja Dilla menemukan sebuah kota kayu bercat hitam di kolong lemari. (hal. 55) Dilla menemukan foto mamanya bersama alelaki Jepang. Dan dia baru mengetahui bahwa selama ini mamanya berbohong. Dia bukan anak dari ayah yang selama ini diziarahi.  Dilla pun menuntut penjelasan.

Meski sempat ragu, Nadia akhirnya memilih menceritakan semuanya.  Masa lalu yang selama ini dia simpan. Tentang cinta di masa lalunya ketika berada di Jepang, juga tentang orangtua sang lelaki  yang tidak merestui hubungan mereka.

Karena itu-lah, Dilla akhirnya berada di Jepang. Mencari kebenaran yang selama ini ditutupi mamanya. Hanya saja mampukan Dilla mendapat apa yang diharapkannya? Sebuah kasih sayang dari ayah,  kakek dan nenek? Juga tentang sebuah kisah lain yang dia temukan ketika di Jepang. Pertemuannya dengan pemuda Jepang bernama Taka.  

Satu masalah belum selesai, Dilla kembali dihadapkan pada masalah besar lainnya. Tentang penyakit mamanya yang semakin parah juga permintaan mamanya untuk meminta maaf pada kakek dan nenek dari pihak mamanya. Entah apa lagi yang disimpan mamanya. Dan sanggupkan Dilla memenuhi permintaan mamanya?

Novel ini diceritakan dengan dua pov dari masing-masing tokoh. Membuat cerita terasa lebih hidup. Menunjukkan kepiawaian penulis dalam mengeksekusi naksahnya. Dalam penceritaan setting Jepang pun cukup detail dan hidup.

Hanya saja  dalam pembagian pov-nya terasa kurang seimbang. Masih didominasi Pov Dilla. Karena saya pernah membaca novel dengan pov seperti ini tapi dalam pembagiannya sam porsi. Jadi terasa pas.  Lalu masih banyak  ditemukan typo. Semisal dalam penulis coklat yang harusnya cokelat. Atau kata asing yang harusnya ditulis miring tapi tidak.  Juga agak kecewa ketika ada beberapa lagu Jepang yang dimasukkan tapi tidak diberi arti. Karena tidak semua orang memahami lirik bahasa Jepang. Berbeda dengan lagu Inggris. Jadi kalau dalam lagu itu diberi catatan kaki artinya pasti akan lebih membuat pembaca masuk dalam cerita karena mengeri makna lagu. 

Lepas dari itu semua, novel ini tetap asyik dibaca. Memberi banyak  pelajaran yang berharga. Seperti; bahwa kebahagiaan seorang anak bukan masalah dia diberi harta melimpah, tapi seorang anak juga membutuhkan kasih sayang orangtua.  Sikap keras kepala hanya  akan merugikan diri sendiri dan akan menyiki orang lain.


Srobyong, 16 Marte 2016 

No comments:

Post a Comment