Judul : Not A Perfect
Wedding
Penulis : Asri Tahir
Editor : Afrianty P Pardede
Penerbit : Elex Media Komputindo
Cetakan : Maret, 2015
Halaman : 312 halaman
ISBN :
978-602-02-5897-3
Pernikahan itu sesuatu yang sakral.
Karena dari pernikahan akan menyatukan dua hati yang awalnya berbeda latar
belakang keluarga, bahkan sifat yang dimiliki. Dan ketika ijab qabul sudah diikrarkan, maka pasangan
itu sudah menjadi satu. Akan menjalani hidup dengan saling mencintai, memahami dan mengayomi.
Yah, itu jika dalam pernikahan memang dilandasi cinta antara dua belah pihak,
tapi ketika pernikahan itu hanya sebuah keterpaksaan—tuntutan, akankah pernikahan itu akan menjadi sesuatu
yang sakral dan berbuah kehagiaan?
Novel ini menceritakan tentang
Raina, wanita berusia 25 tahun. Dia sudah tidak sabar dengan pernikahan
sempurna yang sudah direncakan dengan kekasihnya—Raka. Pria itu pun sungguh
tidak sabar menunggu hari bahagia itu. Membayangkan akan menghabiskan waktu
dengan orang yang paling dicintai, tentu saja itu sebuah kebahagiaan tersendiri.
Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Raina bukannya meninkah dengan Rara, tapi
dengan orang yang baru dikenalnya—Pram—kakak Raka. Dia adalah pengantin
pengganti karena sehari sebelum pernikahan antara Raina dan Raka, mempelai pria meninggal.
Raina sungguh syok dengan keadaan
ini. Dia marah pada juga pada keluarganya. Bagaimana mungkin mereka membiarkan
dia menikah dengan orang asing? Selain menyimpan kemarahan, Raina juga terjebak
pada kesedihan yang tak berujung. Dia menyiksa diri karena harus kehilangan
orang yang sangat dicintainya. Bahkan dia melakukan aksi nekat bunuh diri dan
meminta Tapi perlahan Raina menyadari bahwa sesungguhnya bukan hanya dia yang
bersedih dengan kepergihan Raka.
Perlahan Raina sudah menerima
kehadiran Pram dalam hidupnya. Selama ini Prama memang memperlakukannya dengan
sangat baik. Pria itu ada saat Raina dalam keadaan terpuruk. Bahkan ketika
berkali-kali Raina meminta pria itu menceraikannya. Pria itu tetap memilih
bertahan melanjutkan pernikahan yang sejatinya permintaan dari Raka. Raina
mengalah dan menyetujui ajakan Pram untuk mencoba menjalankan apa yang sudah
terjadi. Meskipun memang belum ada cinta di antara Raina dan Pram. Itu memang
kenyataan. Tapi ketika hal yang mulanya
asing jika terus ada di sekelilingnya, hal itu pun lama-kalamaan sudah menjadi
kebiasaan. Raina sudah mulai mempercayai Pram. Tapi ketika kepercayaan itu
sudah mulai terbangun, seseorang dari masa lalu Pram muncul. Clara-sahabat yang
mencintai Pram juga Sashi—wanita yang selama ini dicintai Pram. Bagaimana akhir pernikahan Pram dan Raina?
Novel yang diceritakan dengan gaya
bahasa yang asyik untuk dinikmati. Mengajarkan bahwa setelah kesedihan akan ada
kebahagiaan. Bahwa setiap orang tidak harus terjebak pada masa lalu. “Jangan coba memaksa untuk melupakannya.
Biarkanlah semua berlalu dengan beriringan waktu.” (hal. 114)
Suka dengan alurnya yang cepat dan
tidak bertele-tele, sehingga tanpa disadari kita sudah melewati bab per bab
dengan mulus tanpa kebosanan. Konflik psikologi dari para tokoh sangat menarik
untuk diikuti. Meski sejatinya ending bisa ditebak, tapi penulis mampu menyihir pembaca untuk terus melanjutkan
novel ini hingga tuntas. Apalagi dengan hadirnya tokoh-tokoh yang cukup
berkesan. Pram dengan sikap dewasanya, namun juga sikap pengecut yang kadang
masih terjabak pada masa lalu yang membuat gregetan. Tapi tetap saja tokoh itu
punya magnet membuat wanita tetap memujanya. Ada juga tokoh Pasha dan Arman,
kakak Raina yang sangat melindungi adiknya.
Sepertinya asyik memiliki dua kakak
laki-laki yang perhatian seperti itu. Lalu bisa jadi ketika membaca novel ini,
kita akan dibuat sebal dengan tokoh Raina yang terkesan sangat manja dan egois
dan selalu berpikir dari sudut pandannya sendiri. Ada juga Clara yang sempat membuat sebal
karena sikap-nya dan Sashi yang agak mencurigakan tapi ternyata tak sepici yang
saya pikirkan.
Hal yang menarik dari novel ini
adalah prolognya yang singkat tapi menggelitik. Membuat orang yang ketika
membaca langsung tertarik melanjutkan bacaan. Salut dengan penulis yang mampu
membuat pembaca jatuh cinta pada kali pertama membaca prolog. Saya juga suka pemilihan pov-nya. Di mana
ketika penulis memakai pov 3 pembaca lebih bisa melihat para tokoh secara
objektif.
Hanya saja saya masih menemukan
beberapa kesalahan kepenulisa. Lalu saya
merasa setting belum terlalu detail pada beberapa adegan. Juga
tentang kehidupan Pram sendiri. Bagaimana pergaulan dan kehidupannya di London?
Hubungannya dengan Clara dan Sashi. Porsi mereka hanya sedikit. Seperti pemanis
yang muncul sekejap dan menghilang.
Meski memang, kehadiran mereka cukup menggoyahkan hubungan rumah tangga
Pram dan Raina.
Tapi lepas dari kekurangannya novel
ini sangat asyik untuk dinikmati. Membaca bagaimana hubungan antara Pram dan
Raina, seperti menonton sebuah drama. Seru. Apalagi dari novel ini saya
belajar, bahwa cinta itu memang bisa datang karena sebuah kebiasaan. Dan yang
penting tentangan pandangan pernikahan dalam novel ini, “pernikahan bukan
tentang cara kamu bersikap kepadaku, Pram. Tapi tentang sebuah pondasi yang
kuat untuk menjalaninya” Sebuah cinta. Sebuah kejujuran. Sebuah kepercayaan.
(hal. 123)
Dan saya juga suka quote ini, “Menghilangkan
rasa sakit itu bukan dengan menciptakan rasa takut yang baru. Yang kita
perlukan adalah menghadapinya.” (hal. 178) Quote ini mengajarkan untuk
selalu memandang ke depan dan tidak terpaku pada masa lalu. Recomended untuk dibaca.
Aku kurang suka novel-novelnya elex mak, entah kenapa.. Weheeheh. Biasanya aku baca terbitan gramed yg amore..
ReplyDeleteItu soal selera mungkin. ^_^ Aku sih baca novel apa saja yang penting menarik dan bisa buat belajar :) Nggak mandang penerbitnya hehhh
Deletewah, seru nih kayaknya. saya pecinta novel drama cinta.. cari ah
ReplyDeleteMonggo dicari, iya ceritanya bikin gemes dan baper. hehh
Delete