Seperti inilah rasanya
dicampakkan. Kau berdiri di pojokan jalan, diabaikan seperti kulit pisang yang
dibuang sembarang. Orang-orang berlalu –lalang di sekitarmu tanpa menyadari kau
betul-betul ada. Tanpa tahu kau sungguh-sungguh nyata. Tak ada yang benar-benar
peduli pada apapun penderitaannmu. Atau tumpahan airmatamu. Kau sudah berupaya
memantaskan diri. Mendinginkan kepalamu. Melapangkan hatimu. Menarik
ujung-ujung bibirmu. Tapi tak ada satu pun yang terjadi padamu. Kecuali, kau
kebasahan di dalam hujan.
Dulu aku pikir aku takkan pernah
dicampakkan.
Ya. Dulu.
Tetapi segala sesuatu selalu
berbeda dari waktu ke waktu. Dan kali ini, hal yang tak pernah kubayangkan akan
terjadi, akhirnya terjadi.
Aku menatap langit. Ini hujan
atau air mata? Bukankah tadi langitnya biru? Aku ingin tahu mengapa kini begitu
gulita.
Sembilan puluh hari yang lalu,
harimu masih cerah. Merasakan kenikmatan hidup bergelimang harta dan cinta.
Yah, begitulah adanya. Wajah cantikmu selalu dirindukan. Setiap hari kau
mengosoknya hingga selalu bersinar. Memakai baju mahal yang melekat pada
tubuh indahmu . Tak ketinggalan berbagai macam aksesoris yang melingkar di
leher jenjangmu juga tangannmu yang semulus permata. Membuatmu semakin
menawan. Siapa yang tidak mengenal dengan dirimu? Wanita tercantik di
kota ini. Yang selalu dipuja dan dalam usia muda sudah menjadi wanita sukses
membuat banyak wanita lain iri juga mengagumimu. Yah, wajarlah itu terjadi. Kau
terlahir dari keluarga kaya dan memang sangat pintar.
~*~
“Em ..., kau cantik sekali, Sayang.” Pria berkacamata itu menatapmu lekat. Dari
atas hingga bawah. Menelanjangi setiap jengkal tubuh indahmu. Dan kemudian
terpaku pada bibir ranummu. Kau sendiri hanya tersenyum. Merekah. Juga menatap
pria di depanmu dengan pandangan menggoda. Mengalungkan tanganmu pada
leher pria di depanmu. Membuat pria itu tak lagi mampu mengendalikan diri,
segera pria itu melumat ranum bibirmu dengan bibirnya. Memujamu dengan
cinta. Dan malam pun menjadi saksi gelung mesra kalian. Sepasang
suami istri yang baru berikrar janji.
Semua orang tahu. Dia adalah suamimu. Dari sekian banyak pria yang
mengejarmu dan yang coba ayahmu sodorkan, kau memilih pria berkacamata itu.
Pria yang menurutmu sempurna. Karena pria itu memang memiliki tubuh tinggi
proporsional dengan wajah menawan, hidung mancung dan tatapan mata elang. Sejak
dulu memang begitulah seleramu. Selalu tertarik dengan pria-pria yang menawan.
Lalu tanpa menunggu lama kau memohon pada ayahmu untuk segera dinikahkan dengan
pria itu. Kau bersikeras ingin membangun bahtera rumah tangga dengan pria itu.
Tidak dengan yang lainnya. Pria itu pun juga menunjukkan gelagat sama. Berusaha
memperjuangkan cinta untukmu. Pram mencoba mengambil hati ayahmu.
“Ayah, aku sangat mencintai dia. Aku hanya ingin menikah dengan Pram. Bukan
yang lainnya.” Kau membujuk ayahmu, ketika kau tahu ayahmu ingin
menjodohkanmu dengan salah satu anak dari relasi yang dikenal.
Ayahmu menghela napas. Sikapmu memang sangat keras kepala. Apa yang kau
inginkan maka haruslah kau dapatkan. Ayahmu tahu itu. Jadi meski sejatinya
ayahmu tidak terlalu setuju dengan pilihanmu, ayahmu memilih pasrah. Membiarkan
kau menikah dengan Pram—pria yang entah bagaimana bisa membuatmu luluh dalam
sekejap waktu.
Masih teringat jelas dalam ingatan. Kau bertemu Pram tanpa sengaja di sebuah
toko buku. Lalu entah bagiamana ceritanya Pram mengajakmu berkenalan dan
terjadilah kisah cinta diantara kau dan Pram. Pria yang menurut ayahmu entah
darimana asal usulnya—tidak jelas. Tapi pada kenyataannya Pram juga berhasil
mengambil hati ayahmu. Itu sangat hebat.
Pernikahan anatara kau dan Pram pun kemudian digelar. Dengan pesta yang
spektakuler. Tentu saja. Hari itu adalah hari terindah dalam hidupmu.
Pada awal pernikahan kau dan Pram nampak bahagia. Tidak ada tanda-tanda akan
ada sebuah tragedi besar. Ayahmu pun sudah ikhlas menerima Pram menjadi
menantunya. Pram sudah berhasil mengambil simpati ayahmu. Dan lagi, ayahmu
sudah tidak dapat melakukan apapun untuk memisahkan kau dan Pram. Melihat kau
sangat mencintai Pram. Dan begitupun Pram. Seolah kau dan Pram itu tidak bisa
dipisahkan. Hati siapa yang tidak luluh?
Karena itu, ayahmu mulai mendidik Pram untuk menjadi pria berkelas yang bisa
dibanggakan. Kau pun menyetujui usul ayahmu. Melihat Pram menggantikan
posisimu. Mengurusi perusahaan ayahmu. Kau mengatakan ingin fokus menjadi ibu
rumah tangga. Ibu dari anak-anakmu dan Pram tentu saja.
“Kau yakin akan melepas pekerjaanmu?” Pram menatapmu meminta kepastian di hari
kelima belas kau dan Pram menjadi suami istri. Pram duduk di tepi ranjang. Dan
kau menyisir rambut panjangmu.
“Em.” Kamu berbalik dan menatap suamimu lalu mengangguk pasti. Kau sudah
tidak ingin menjadi pusat perhatian lagi. Sejak kau mengenal Pram, kau hanya
fokus pada pria itu. Tidak pernah lagi bergonta-ganti pacar seperti dulu. Kau
yakin Pram adalah belahan jiwamu. Jadi kenapa harus takut menyerahkan milikmu?
“Aku sangat senang jika kamu yang meneruskan perusahaan ayah. Aku yakin kau
pasti bisa.” Kau dan Pram saling tatap. Tatapan penuh kasih. Pram lalu
memelukmu erat. Membenamkan tubuh sintalmu dalam dekapannya. Dan kau sangat
menikmati saat-saat seperti itu. Hatimu terasa tenang.
“Terima kasih sudah mempercayaiku, Ran.” Pram melepaskan pelukan, Pram memegang
bahumu. Menatapmu dengan tatapan yang membuncah.
“Aku sangat mencintaimu.” Lalu
Pram mengecupmu di dahi dan perlahan lalu ke bibir. “Aku juga.” Kamu membelas
apa yang dilakukan Pram. Dan kemudian kau dan Pram pun tenggelam dalam cinta
yang membuncah. Kebersamaan dengan Pram adalah fase terindah yang kau
harap akan terus berjalan dan tak pernah luruh.
Namun harapanmu tinggal-lah
harapan. Malam itu ternyata malam terakhir sebelum akhirnya kejadian yang tidak
pernah kau duga datang. Pram yang dulunya selalu memujamu, menghujanimu
dengan cinta perlahan berubah. Kau pun menjadi gelisah. Lalu dengan
sembunyi-sembunyi mulai menyelidiki apa yang sebenarnya telah terjadi
dengan Pram.
Dan kau sangat syok dengan
kenyataan yang akhirnya kau temukan. Yah, hari ke delapan puluh lima kau dan
Pram menjadi pasangan ..., tanpa sengaja kamu mendengarkan semuanya. Di balik
munculnya Pram dalam kehidupanmu. Juga melihat hal yang tak pernah kau
bayangkan.
Marah dan kecewa itulah yang kau
rasakan kala itu. Gegas kamu pulang dan mencari ayahmu. Kini kau
menyadari bahwa kecurigaan ayahmu dulu benar. Pram adalah penipu. Kau diliputi
rasa bersalah. Tapi sampai di rumah kau tak menemuka ayahmu. Yang ada
hanyalah sebuah panggilan singkat yang kemudian membuatmu gemetar.
Kegelisahanmu pun semakin
bertambah. Malam itu menjadi malam terpanjang yang kau miliki. Terjebak dalam
perasaan yang tak menentu. Kau terus menggigit bibir dan gegas menuju rumah
sakit. Kabar yang kau terima itu sungguh menyakitkan. Kau menangis ...,
meraung. Menyesali semua yang telah terjadi. Tapi semua sudah terlambat.
Itulah akhir dari kisah indahmu.
Kehidupan yang dulunya sangat berpihak padamu perlahan menghilang. Dan semua
itu karena pria yang kau cintai. Pria itu ternyata tidak tulus. Hanya
memanfaatkanmu untuk kepentingannya sendiri. Menjadikanmu jembatan kesuksesan.
Itulah jawaban kenapa kau di
sini. Terjebak dalam kegelapan. Tak ada seorangpun yang memedulikanmu. Tak
melihat wujud nyatamu yang menangis dalam rintik hujan. Meski kau sudah
berusaha tampil cantik dan menawan, mencoba berlapang dada. Membagi cinta yang
sama sekali tak kau inginkan. Tapi tak seorang pun peduli. Pun dengan Pram.
Lagipula suamimu itu sudah memilih wanita lain. Cinta yang sejak dulu
disembunyikan dengan rapi. Tak hanya itu Pram pun mengambil segalanya yang kau
miliki. Menggenggamnya dengan kepuasan.
Dan satu lagi kenyataan yang
harus kau tahu. Pram juga membuatmu tak lagi bernapas setelah membekapmu di
hari ke sembilan puluh kau dan Pram menjadi pasangan. Dan kau pun akhirnya
meregang nyawa dengan tangan priamu. Kau telah mati. Dibunuh suamimu demi
keserakahan yang tak terkendali.
Srobyong, 11 Maret 2016
Diikutkan dalam tantangan menulis cerpen di Grup Titik Temu
Aku suka cerpennya ini mbk. Alurnya bagus banget. Meski konteks ceritanya udah sperti tema2 kbnyakan. Tapi pengemasan ceritanya memukau dan dalem banget. Smoga lolos ya mbk. Hhhee
ReplyDeleteAamiin, makasih Rohma atas doanya. Juga makasih sudah berkenan mampir ke sini ^^
DeleteKupikir dia jadi orang gila, makanya dicuekin. Eh, taunya malah jadi hantu, hihihi
ReplyDeleteIya kepikiran pertama pengen membuat tokohnya mati. ^^ Terima kasih sudah mampir ya
Delete