Friday, 2 February 2018

[Resensi] Bayang-bayang Prasangka dan Kepercayaan

Dimuat di Tribun Jateng, Minggu 21 Januari 2018 


Judul               : Kejujuran Seorang Maling
Penulis             : Fyodor Dostoyevsky
Penerjemah      : Noa Dhegaska
Penerbit           : Basabasi
Cetakan           : Pertama, Oktober 2017
Tebal               : 232 halaman
ISBN               : 978-602-6651-43-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

Naskah asli sebelum ada editing dari redaksi Tribun  Jateng 

Kumpulan cerpen ini ditulis oleh Fyodor Dostoyevsky—merupakan penulis asal Rusia yang cukup berpengaruh di masanya. Dalam setiap karyanya dia memiliki ciri khas mengeksplore aspek-aspek psikologi dengan tokoh cerita yang cenderung berasal dari kelas menengah-bawah.  Selain membahas aspek psikologis, penulis juga kerap menggarap cerpennya dengan pembahasan yang pendalam perihal politik, sosial juga spiritual.  Tidak ketinggalan dalam setiap cerita yang diangkat penulis memiliki kecenderungan bermain misteri. Terdiri dari enam cerita,  buku ini cukup menarik dan membuat kita penasarannya. 

Sebut saja cerpen berjudul “Sebuah Kisah dalam Sembilan Surat” ketika membaca cerita ini kita harus sabar mengurai percakapan  antara Pyotr Ivanitch dengan Ivan Pertovitch melalui surat. Mengungkap apa yang  mereka perdebatkan dan kenapa mereka harus saling  mengirim surat.  Tapi yang lebih menarik adalah mengungkap siapa sebenarnya yang melakukan kebohongan dan kelicikan dalam kisah mereka.

Mengingat sebenarnya mereka dulunya adalah sepasang sahabat. Namun karena sebuah masalah, mereka melaukan perbebatan panjang melalui surat yang jujur saya bulang cukup pelik dan membingungkan.

“Aku tak tahu  sampai selama ini apa yang menahanku untuk menyatakan kebenarannya. Sekarang dengan gamblang kubilang bahwa sepertinya kau menelan ludahmu sendiri atas kesepatakan-kesepakatan kita mengenai perjanjian itu.” (hal 15).

Ada pula kisah berjudul “Istri Pria lain atau Sesosok Suami di Bawah Ranjang”  sebuah kisah yang cukup pelik tapi menarik untuk kita cari kebenarannya. Di mana suatu hari ada seorang pemuda sederhana bertemu dengan pria bermantel bulu rakun—di sini memang tidak dijelaskan secara gamblang nama-nama pria tersebut—si pria bermantel bulu rakun sedang mencari seorang wanita yang konon adalah istri dari temannya. Sedang si pemuda ini tengah menunggu pacarnya.  Yang menjadi pertanyaan apakah mungkin mereka sedang menunggu wanita yang sama?  Mungkinkah ini tentang sebuah perselingkuhan?

“Maafkan, maksudku, apakah kau sempat melihat seorang wanita dengan mantel bulu rubah, dengan tudung beludru gelap dan kerudung hitam?” (hal 35).

Tidak kalah menarik adalah cerpen “Kejujuran Seorang Maling”. Mendengar judul itu pasti kita akan bertanya-tanya. Bernakah seorang maling bisa jujur? Mengingat kebiasaan para maling adalah melakukan tipudaya dan tidak ingin tertangkap basah. Di sinilah menariknya.  Dengan bahasa yang tidak rumit, penulis sukses memebuat kita terperangah dengan sebuah kisah sederhana ini.  Kisah tentang Astavy Ivanovitch dengan pemilik rumah kosnya juga dengan teman lamanya Emelyan Ilyitch.

Dari kisah-kisah yang termatub di sini, penulis mengkritisi tentang rendahnya tingkat kepercayaan yang terbangun antara individu,  betapa manusia kerap kali diperbudak kerakusan akan uang, sehingga berani melakukan tindakan licik dan jahat, lalu banyak manusia yang gila kehormatan dan jabatan. Di sisi lain dari buku ini kita bisa mengambil pembelajaran bahwa kita harus menjauhi prasangka, cemburu buta dan dendam, kita juga harus membiasakan bersikap jujur. Karena ketidakjujuran hanya akan membuat kita dihantui rasa bersalah sampai kapan pun. 

Srobyong, 30 Desember 2017 

No comments:

Post a Comment