Dimuat di Tribun Jateng, Minggu 21 Januari 2018
Judul : Kejujuran Seorang Maling
Penulis : Fyodor Dostoyevsky
Penerjemah : Noa Dhegaska
Penerbit : Basabasi
Cetakan : Pertama, Oktober 2017
Tebal : 232 halaman
ISBN : 978-602-6651-43-3
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatu Ulama, Jepara
Naskah asli sebelum ada editing dari redaksi Tribun Jateng
Kumpulan cerpen ini ditulis oleh Fyodor Dostoyevsky—merupakan
penulis asal Rusia yang cukup berpengaruh di masanya. Dalam setiap karyanya dia
memiliki ciri khas mengeksplore aspek-aspek psikologi dengan tokoh cerita yang
cenderung berasal dari kelas menengah-bawah.
Selain membahas aspek psikologis, penulis juga kerap menggarap cerpennya
dengan pembahasan yang pendalam perihal politik, sosial juga spiritual. Tidak ketinggalan dalam setiap cerita yang
diangkat penulis memiliki kecenderungan bermain misteri. Terdiri dari enam
cerita, buku ini cukup menarik dan
membuat kita penasarannya.
Sebut saja cerpen berjudul “Sebuah Kisah dalam
Sembilan Surat” ketika membaca cerita ini kita harus sabar mengurai percakapan antara Pyotr Ivanitch dengan Ivan Pertovitch
melalui surat. Mengungkap apa yang
mereka perdebatkan dan kenapa mereka harus saling mengirim surat. Tapi yang lebih menarik adalah mengungkap
siapa sebenarnya yang melakukan kebohongan dan kelicikan dalam kisah mereka.
Mengingat sebenarnya mereka dulunya adalah sepasang
sahabat. Namun karena sebuah masalah, mereka melaukan perbebatan panjang
melalui surat yang jujur saya bulang cukup pelik dan membingungkan.
“Aku tak tahu
sampai selama ini apa yang menahanku untuk menyatakan kebenarannya.
Sekarang dengan gamblang kubilang bahwa sepertinya kau menelan ludahmu sendiri
atas kesepatakan-kesepakatan kita mengenai perjanjian itu.”
(hal 15).
Ada pula kisah berjudul “Istri Pria lain atau
Sesosok Suami di Bawah Ranjang” sebuah
kisah yang cukup pelik tapi menarik untuk kita cari kebenarannya. Di mana suatu
hari ada seorang pemuda sederhana bertemu dengan pria bermantel bulu rakun—di
sini memang tidak dijelaskan secara gamblang nama-nama pria tersebut—si pria bermantel
bulu rakun sedang mencari seorang wanita yang konon adalah istri dari temannya.
Sedang si pemuda ini tengah menunggu pacarnya.
Yang menjadi pertanyaan apakah mungkin mereka sedang menunggu wanita
yang sama? Mungkinkah ini tentang sebuah
perselingkuhan?
“Maafkan, maksudku, apakah kau sempat melihat
seorang wanita dengan mantel bulu rubah, dengan tudung beludru gelap dan
kerudung hitam?” (hal 35).
Tidak kalah menarik adalah cerpen “Kejujuran Seorang
Maling”. Mendengar judul itu pasti kita akan bertanya-tanya. Bernakah seorang
maling bisa jujur? Mengingat kebiasaan para maling adalah melakukan tipudaya
dan tidak ingin tertangkap basah. Di sinilah menariknya. Dengan bahasa yang tidak rumit, penulis
sukses memebuat kita terperangah dengan sebuah kisah sederhana ini. Kisah tentang Astavy Ivanovitch dengan pemilik
rumah kosnya juga dengan teman lamanya Emelyan Ilyitch.
Dari kisah-kisah yang termatub di sini, penulis
mengkritisi tentang rendahnya tingkat kepercayaan yang terbangun antara
individu, betapa manusia kerap kali
diperbudak kerakusan akan uang, sehingga berani melakukan tindakan licik dan
jahat, lalu banyak manusia yang gila kehormatan dan jabatan. Di sisi lain dari
buku ini kita bisa mengambil pembelajaran bahwa kita harus menjauhi prasangka,
cemburu buta dan dendam, kita juga harus membiasakan bersikap jujur. Karena
ketidakjujuran hanya akan membuat kita dihantui rasa bersalah sampai kapan
pun.
Srobyong, 30 Desember 2017
No comments:
Post a Comment