Dimuat di Jateng Pos, Minggu 11 Februari 2018
Judul :
Kartu Cinta Ibu
Penulis : Christine Lerin
Ilustrator :
Cinisowen
Penerbit :
Kanisius
Cetakan :
Pertama, Desember 2017
Tebal :
24 halaman
ISBN :
978-9799-21-5379-8
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama Jepara
Buku ini mengambil tema tentang hubungan seorang
anak dan ibu yang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kisah ini
terasa sangat nyata dan merasuk. Apalagi penulis menceritakannya dengan apik
dan mudah dicerna. Buku ini saya rasa selain baik dibaca anak-anak, buku ini
layak dibaca seorang ibu. Karena nilai-nilai moral yang termaktub di sini patut
dijadikan teladan.
Sebagaimana kita ketahui, menjadi seorang ibu tentu
bukan perkara mudah. Banyak tantangan yang harus ditaklukkan dan dihadapi.
Apalagi jika selain berperan sebagai ibu, dia juga memiliki karir. Oleh karena
itu seorang ibu harus pandai-pandai mengatur waktu agar dua kehidupannya—peran
seorang ibu dan wanita karir—tetap berjalan seimbang dan tidak berat sebelah.
Karena perlu kita sadari, ketika seorang ibu
memiliki anak yang masih kecil, dia
harus ingat bahwa anak tetap memerlukan pantauan dan didikan dari ibu yang
merupakan madrasah pertama. Jangan
sampai karena kepadatan pekerjaan, sampai melalaikan tugasnya sebagai ibu. Sebagai madrasah pertama, ibu memiliki tugas
mendidik dan mengenalkan anak pada nilai-nilai kebaikan dan pendidikan akhlak.
Mengingat pendidikan akhlak akan menjadi bekal anak
hingga dewasa kelak. Dengan bekal pendidikan yang baik, maka anak pun akan
tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, mmiliki empati, menghormati
orangtua dan tidak ceroboh. Di sisi
lain perlu kita sadari keberadaan ibu atau kasih sayang ibu juga memiliki peran
penting dalam membangun psikologi anak. Anak yang mendapat kasih sayang utuh
seorang ibu tentu akan berbeda dengan anak yang tidak mendapat kasih sayang
ibu.
Di sisi lain, sebagai anak, kita juga harus memahami posisi seorang
ibu. Seorang anak tidak boleh egois dan berpikir sempit atau berpikir negatif
terhadap ibu. Anak harus menghormati
ibu. Karena ibu-lah yang telah mengandung selama sembilan bulan dengan penuh
perjuangan, bahkan siap berkorban nyawa.
Anak tidak boleh membenci ibunya apalagi sampai durhaka. Oleh karena
itu, agar hubungan anak dan ibu bisa berjalan baik dan harmonis, diperlukan
keterbukaan dan saling pengertian. Kisah
dalam buku sangat rekomendasi untuk dibaca dan dijadikan renungan untuk kita
semua—baik anak atau ibu.
Kisah ini sendiri bercerita tentang hubungan antara
Talia dengan ibunya. Sejujurnya Talia sangat menyayangi ibunya. Namun di sisi lain dia juga sebal
dengan ibunya. Setiap hari Talia melihat ibunya terlalu sibuk dengan
pekerjaannya (hal 3). Ibunya hanya bertanya ini-itu tentang kegiatannya tanpa
pernah berada di sisinya. Sang ibu lebih sering bertanya lewat telepon. “Belajar
apa? Ada Tugas atau tidak? Sudah makan atau belum?” Itulah yang membuat
Talia sedikit kecewa (hal 6).
Di rumah dia lebih sering bersama Mbak Sri—pembatu
rumah tangga di rumah. Padahal Talia
sangat ingin ibunya ada di sisinya. Dia ingin dimasakkan opor kesukannya.
Saling bercerita dan bercanda seperti ibu dari teman-temannya. Tapi sepertinya
itu tidak mungkin, apalagi beberapa hari lalu, Talia diberi kabar kalau ibunya
mau keluar kota. Hal itu pun semakin membuat Talia yakin, kalau ibunya lebih
mencinta pekerjaan dari pada dirinya (hal 8).
Tapi suatu hari saat dia menceritakan kekesalannya
pada Mbak Sri, soal sikap ibunya, Talia mendapati kenyataan yang mengejutkan.
Dari Mbak Sri, dia akhirnya tahu kalau ibunya sangat perharian dan peduli
padanya. Semua itu dia temukan pada kartu ucapan yang sering ditulis ibunya,
namun tidak pernah Talia baca, karena memelihara sikap benci. Kira-kira apa isi kartu tersebut, ya?
Membaca kisah ini benar-benar akan membuat kita
sadar tentang pentingnya kasih sayang dan perhatian ibu pada seorang anak.
Selain itu kita diingatkan untuk tidak membiasakan berburuk sangka. Kita juga
harus meminta maaf jika melakukan kesalahan. Saya rasa buku ini cukup ringan
dibaca anak, sebagai langkah awal menularkan virus baca sejak dini.
Srobyong, 20 Januari 2018
No comments:
Post a Comment