Thursday, 15 February 2018

[Resensi] Ciptakan Keharmonisan Ibu dan Anak

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 11 Februari 2018 

Judul               : Kartu Cinta Ibu
Penulis             : Christine Lerin
Ilustrator         : Cinisowen
Penerbit           : Kanisius
Cetakan           : Pertama, Desember 2017
Tebal               : 24 halaman
ISBN               : 978-9799-21-5379-8
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama Jepara

Buku ini mengambil tema tentang hubungan seorang anak dan ibu yang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kisah ini terasa sangat nyata dan merasuk. Apalagi penulis menceritakannya dengan apik dan mudah dicerna. Buku ini saya rasa selain baik dibaca anak-anak, buku ini layak dibaca seorang ibu. Karena nilai-nilai moral yang termaktub di sini patut dijadikan teladan.

Sebagaimana kita ketahui, menjadi seorang ibu tentu bukan perkara mudah. Banyak tantangan yang harus ditaklukkan dan dihadapi. Apalagi jika selain berperan sebagai ibu, dia juga memiliki karir. Oleh karena itu seorang ibu harus pandai-pandai mengatur waktu agar dua kehidupannya—peran seorang ibu dan wanita karir—tetap berjalan seimbang dan tidak berat sebelah.

Karena perlu kita sadari, ketika seorang ibu memiliki anak  yang masih kecil, dia harus ingat bahwa anak tetap memerlukan pantauan dan didikan dari ibu yang merupakan madrasah pertama.  Jangan sampai karena kepadatan pekerjaan, sampai melalaikan tugasnya sebagai ibu.  Sebagai madrasah pertama, ibu memiliki tugas mendidik dan mengenalkan anak pada nilai-nilai kebaikan dan pendidikan akhlak.

Mengingat pendidikan akhlak akan menjadi bekal anak hingga dewasa kelak. Dengan bekal pendidikan yang baik, maka anak pun akan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, mmiliki empati, menghormati orangtua dan tidak ceroboh.   Di sisi lain perlu kita sadari keberadaan ibu atau kasih sayang ibu juga memiliki peran penting dalam membangun psikologi anak. Anak yang mendapat kasih sayang utuh seorang ibu tentu akan berbeda dengan anak yang tidak mendapat kasih sayang ibu.

Di sisi lain, sebagai  anak, kita juga harus memahami posisi seorang ibu. Seorang anak tidak boleh egois dan berpikir sempit atau berpikir negatif terhadap ibu.  Anak harus menghormati ibu. Karena ibu-lah yang telah mengandung selama sembilan bulan dengan penuh perjuangan, bahkan siap berkorban nyawa.  Anak tidak boleh membenci ibunya apalagi sampai durhaka. Oleh karena itu, agar hubungan anak dan ibu bisa berjalan baik dan harmonis, diperlukan keterbukaan dan saling pengertian.  Kisah dalam buku sangat rekomendasi untuk dibaca dan dijadikan renungan untuk kita semua—baik anak atau ibu.

Kisah ini sendiri bercerita tentang hubungan antara Talia dengan ibunya. Sejujurnya Talia sangat menyayangi  ibunya. Namun di sisi lain dia juga sebal dengan ibunya. Setiap hari Talia melihat ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya (hal 3). Ibunya hanya bertanya ini-itu tentang kegiatannya tanpa pernah berada di sisinya. Sang ibu lebih sering bertanya lewat telepon. “Belajar apa? Ada Tugas atau tidak? Sudah makan atau belum?” Itulah yang membuat Talia sedikit kecewa (hal 6).

Di rumah dia lebih sering bersama Mbak Sri—pembatu rumah tangga di rumah.  Padahal Talia sangat ingin ibunya ada di sisinya. Dia ingin dimasakkan opor kesukannya. Saling bercerita dan bercanda seperti ibu dari teman-temannya. Tapi sepertinya itu tidak mungkin, apalagi beberapa hari lalu, Talia diberi kabar kalau ibunya mau keluar kota. Hal itu pun semakin membuat Talia yakin, kalau ibunya lebih mencinta pekerjaan dari pada dirinya (hal 8).

Tapi suatu hari saat dia menceritakan kekesalannya pada Mbak Sri, soal sikap ibunya, Talia mendapati kenyataan yang mengejutkan. Dari Mbak Sri, dia akhirnya tahu kalau ibunya sangat perharian dan peduli padanya. Semua itu dia temukan pada kartu ucapan yang sering ditulis ibunya, namun tidak pernah Talia baca, karena memelihara sikap benci.  Kira-kira apa isi kartu tersebut, ya?
Membaca kisah ini benar-benar akan membuat kita sadar tentang pentingnya kasih sayang dan perhatian ibu pada seorang anak. Selain itu kita diingatkan untuk tidak membiasakan berburuk sangka. Kita juga harus meminta maaf jika melakukan kesalahan. Saya rasa buku ini cukup ringan dibaca anak, sebagai langkah awal menularkan virus baca sejak dini.

Srobyong, 20 Januari 2018

No comments:

Post a Comment