Wednesday 21 February 2018

[Resensi] Pendidikan Budi Pekerti Anak

Dimuat di Kabar Madura, Kamis 1 Februari 2018 


Judul               : Topi Warna-Warni
Penulis             : Dian Kristiani
Ilustartor         : Alvin Andhi
Penerbit           : Kanisius
Cetakan           : Pertama, 2017
Tebal               : 24 halaman
ISBN               : 978-979-21-5173-2
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

Budi pekerti berhubungan erat dengan nilai-nilai moral,  akhlak juga perangai atau watak. Dan sebagaimana kita ketahui, kita harus belajar dan mengenal tentang permasalahan budi pekerti. Karena budi pekerti yang kita miliki ini,  menunjukkan jati diri  kita.  Pendidikan budi pekerti sendiri bermakna sebuah usaha dalam mengenalkan nilai-nilai moral yang baik kepada anak agar memiliki jiwa luhur dan memiliki akhlak yang baik, baik terhadap diri sendiri, masyarakaat atau kepada Tuhan. 

Oleh karena itu sejak dini, sudah semestinya kita mengajarkan pendidikan budi pekerti kepada anak.  Karena anak adalah aset bangsa dan merupakan generasi penerus perjuangan di Indonesia. Jika penerus bangsa tidak dibekali dengan pendidikan moral yang baik, bagaimana mereka bisa berjuang untuk kemajuan bangsa? Mengingat bahwa negara yang baik adalah negara yang selalu menjunjung tinggi budi pekerti yang baik. Jika tidak memiliki budi pekerti yang baik, suatu negara pasti akan runtuh.   Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam syair Syauqie Bey yang artinya, “Suatu bangsa dikenal jaya karena akhlaknya, bila akhlaknya rusak, maka rusaklah bangsa itu.”

Kiai Nadhim Syaikh Ahmad Nawawi bin Syaikh Abdul Hamid Al-Qasimy, dalam kata pengantarnya ketika  menulis kitab “Jawahirul Adab”, memaparkan bahwa sopan satu—bisa diartikan budi pekerti itu sebagai pembeda antara manusia dan binatang. Dan adab budi pekerti itu adalah sebagian dari agama, bisa memberi ketenangan dan kententeraman. Dan  jika kita meninggalkan budi pekerti tersebut, maka hal itu berdampak pada kerusakan pada peraturan di dunia.

Dalam usaha mengenalkan budi pekerti pada anak, salah satu cara yang menarik adalah melalui kisah-kisah yang seru dan membuat anak penasaran. Mengingat pada masa anak-anak, merupakan  tahap emas. Yaitu mudah menyerap apa yang diajarkan. 

Buku berjudil “Topi Warna-warni” merupakan salah satu buku yang patut dibaca. Di mana buku ini memang memuat banyak pembelajaran yang bisa dicontoh anak-anak. Misalnya saja dalam usaha untuk bersyukur atas karunia yang dimiliki, tidak iri, saling tolong menolong,  tidak berpikiran buruk pada orang lain dan banyak lagi.

Berkisah tentang seekor siput yang selalu suka dipuji teman-temannya. Setiap hari dia selalu berharap mendapat pujian karena kecantikan yang dimiliki.  Sayannya usaha yang dia lakukan tidak berhasil. Apalagi sejak kedatangan seekor jerapah. Hewan-hewan lain lebih suka memuji si jerapah yang tinggi dan bisa melakukan apa saja (hal 5). Kenyatan ini tentu saja membuat siput sedih, iri dan marah. Dia merasa telah dilupakan. Dia pun bertekad melakukan sesuatu, agar teman-temannya kembali memujinya.

Misalnya saja saat kerbau tiba-tiba sakit, siput dengan semangat pergi menjenguk kerbau. Dia juga sudah menyiapkan hadiah terbaik.  Si siput berharap dengan memberikan hadiah bagus, maka kerbau akan memujinya. Begitu pula dengan hewan lainnya. Namun, lagi-lagi siput gagal,  teman-temanya tetap memuji Jerapah yang selalu baik hati, dan selalu tahu apa yang dibutuhkan hewan lain. (hal 15).
Dilengkapi dengan ilustrasi manis dan  bonus snail board pastinya akan membuat anak semakin tertarik dengan membaca.  Buku ini sangat ringan dibaca anak berusia 6-9 tahun. Selain mengajarkan budi pekerti, buku ini juga bisa dijadikan salah satu media untuk mengajarkan anak membaca dan bisa dimasukkan dalam gerakan literasi sekolah yang dicanangkan oleh Anies Baswedan.  Rekomended.

Srobyong, 23 September 2017 

No comments:

Post a Comment