Dimuat di Koran Jakarta, Senin 5 Februari 2018
Judul :
Novel Baswedan : Biarlah Malaikat yang Menjaga Saya
Penulis :
Zaenuddin HM
Penerbit :
Mizan
Cetakan :
Pertama, November 2017
Tebal :
272 halaman
ISBN :
978-602-441-046-9
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
Siapa yang tidak mengenal Novel Baswedan? Dia
merupakan salah satu tokoh yang tengah
disoroti, karena usahanya dalam memberantas korupsi di Indonesia. Dia adalah
penyidik KPK yang paling berani dalam pemberantaskan korupsi. Banyak kasus
korupsi besar yang berhasil dia bongkar. Meski hal itu harus dia bayar mahal.
Dia dikriminalisasi—motornya ditabrak, tubuhnya terluka, bahkan pada insiden
terakhir Novel hampir buta karena disiram air keras (hal 19).
Namun yang mengesankan, meski nyawa menjadi
taruhannya, dia tidak pernah gentar. Dia malah semakin berani dalam membongkar
praktik korup di republik ini. Sikapnya
itu semakin menunjukkan betapa dia memiliki integritas tinggi dalam memerangi
korupsi di negara ini. Selain itu dalam membabat habis para pelaku korupsi,
Novel ini tidak pernah pandang bulu. Jika memang bersalah maka harus ditindak,
bahkan jika itu atasannya. Hal inilah yang membuat Novel dianggap sebagai
simbol tokoh penegak hukum dan antikorupsi di Indonesia.
Dalam sudut pandangnya, korupsi itu bukan masalah
sepele. Korupsi jauh lebih parah daripada perampokan. Oleh karena itu korupsi
harus diperangi, karena itu merupakan kewajibannya sebagai salah satu warga
yang mencintai bangsa dan negara. Dia tidak mau bangsa dan negara Indonesia
dirusak, bahkan diruntuhkan perilaku korupsi. Mengingat akibat korupsi yang
terjadi ini mengganggu kepentingan bangsa dan negara, merampas hak-hak seluruh
warga negara, merampas hak negara untuk bisa berkembang dan maju. (hal 90).
Beberapa kasus yang pernah Novel ungkap adalah kasus korupsi atau suap cek pelawat pada
pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia tahun 2004—di mana kasus ini
menjerat mantan Wakil Kepala Polri
Komjen (Purn) Adang Daradjatun, Nunun Nurbaeti dan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia, Miranda S. Goeltom. Selain
itu Novel juga membongkar pratik korupsi ketua Mahkamah Konstitusi, Akil
Mochtar. Dia juga membongkar kasus suap atau korupsi Seskemenpora yang
melibatkan Muhammad Nazaruddin, Bendahara Partai Demokrat. Tidak ketinggalan
adalah kasus korupsi dalam masalah E-KTP dan masih banyak lagi (hal 91-93).
Komitmen
Novel dalam memberantas korupsi, sudah
tidak diragukan lagi. Sebagai penyidik KPK, dia sangat loyal pada
tugas-tugas dan tanggung jawabnya. Dia tidak mudah dipengaruhi, baik itu
koleganya, bahkan orangtuanya pun tidak bisa mempengaruhinya. Dalam salah satu
sumber di KPK memaparkan, “Novel tidak dapat diintervensi oleh siapa pun dengan
berbagai ancaman yang ada. Dia sosok penegak hukum sejati.” (hal 112).
Hal ini-lah yang kemudian membuat banyak para pelaku
korupsi yang takut bahkan membenci Novel. Di mana demi melemahkan mentalnya,
mereka melakukan banyak teror—beberapa kali ditabrak hingga disiram air
raksa—terhadap Novel. Akan tetapi, teror
itu sama sekali tidak pernah menyurutnya semangat Novel dalam upayanya
memerangi korupsi di negeri ini. Sebaliknya
dia malah semakin tertantang dan semangat untuk berjuang mengalahkan korupsi.
Dia pernah berkata, “Selama kita berbuat benar, tidak
ada alasan untuk takut.” Karena dalam prinsipnya hanya Allah yang patut
ditakuti. Mengingat segala sesuatu di atas dunia ini adalah atas kehendak
Allah. Masih menurut apa yang di katakan
Novel yang dimuat di Tempo, dia berkata, “Benar itu tidak mengurangi umur, takut juga tidak menambah umur.
Jadi, kita tidak boleh menyerah. Jangan
memilih takut karena Anda akan menjadi orang tidak berguna.” (hal 170).
Buku ini
dipaparkan dengan bahasa yang lugas dan aktual, yang membuat kita tidak
kesulitan mencerna kisahnya. Sebuah buku yang sangat patut kita apresiasi.
Sepak terjang Novel dalam memberantas korupsi tentu sangat patut kita teladani.
Kita harus mendukung upaya yang dilakukan dalam menegakkan hukum yang adil di
negeri ini. Selain itu, dari buku ini sudah
sepatutnya kita meneladani sikap Novel yang tidak pernah menyerah dalam
berbagai situasi yang sulit. Selalu ada
Allah tempat bersandar dan malaikat yang selalu melindungi kita. Sebuah buku
yang mencerahkan dan memotivasi.
Srobyong, 2 Februari 2018
No comments:
Post a Comment