Judul : Cinta dalam
Diam yang Ingin Diceritakan
Penulis : Dedul Faithful,
Eni NN, Dedek Fidelis Sinabutar, Iken Vidya
Penerbit : Unsa Press
Cetakan : Pertama, Februari 2016
Halaman : iv + 220 hlm
ISBN :
978-602-71176-9-3
Di
sebuah ruang tamu yang cukup luas, tujuh perempuan duduk di kursi yang telah
disusun membentuk sebuah lingkaran. Dan di kursi paling tengah dari lingkaran,
Vina Aulia duduk sambil menegakkan badannya, berdeham kecil, memastikan suara,
tubuh, dan hatinya cukup kuat untuk menceritakan kisah masa lalu yang telah
lama dikuburnya dengan label: cinta dalam diam.
Mereka
bertujuh menamai perkumpulan kecil itu: klub penyimpan cinta dalam hati. Tempat
di mana para perempuan yang pernah memiliki cinta-cinta dalam diam, cinta-cinta
yang tidak pernah terucapkan, cinta-cinta yang sedih, berkumpul, lalu menjadi
rahasia dan kesedihan mereka bersama.
Bukankah
setiap orang memang memiliki hati yang tidak mampu menampung semua hal yang
tidak terucapkan dan terpendam sekaligus dalam waktu terlampau lama untuk
dirinya sendiri?
~*~
Buku ini dikatakan sebuah kumpulan
cerpan. Namun saya pribadi lebih merasa membaca sebuah novel dengan potongan
kisah yang saling terkait dengan benang merah yang kental. Apalagi tokoh dalam novel ini sama. Dan dari
satu bagian memiliki kaitan.
Menceritakan tentang kisah cinta Vina
Aulia. Dimulai dengan pertamuannya dengan Adreas—tetangga barunya. Mereka berkenalan dengan cara lucu dan kemudian menjadi dekat, karena keduanya
sama-sama suka membca ‘The History of Love’. (hal. 13) Namun, ketika Adreas lulus SMA, Andreas harus
pergi. Dia mendapat beasiswa ke Australia. Hal ini tentu saja membuat Vina
sedih. Sebelum dia mengungkapkan perasaan sukanya, laki-laki itu telah pergi.
Kehidupan Vina pun berlanjut. Menjalani
hari-hari dengan menyimpan kenangan tentang Adreas. Tapi tentu saja, kenangan hanyalah sebuah
potret yang tidak bisa dijamah. Kenangan hanya bisa Vina simpan dalam sudut
hati terdalam. Tentang Adreas dan kisah mereka yang dulu sempat ada.
Pada masa SMA, sepeninggalnya
Andreas, Vina didekati Niko—sang kakak kelas. Tapi siapa sangka, ada udang di balik batu di
balik semua kedekatan itu. (hal. 37) Dan
waktu terus berjalan, yang kemudian mempertemukan Vina dengan Fidel. Namun sosok
itu tiba-tiba menghilang ketika mereka sudah mengikat janji untuk saling
menjadi kekasih. Sampai kemudian sebuah jawaban yang akhirnnya Vina temukan,
membuat gadis itu tidak percaya.
Selain dengan Niko dan Fidel, Vina
bertemu dengan berbagai macam laki-laki yang kemudian mengisi
hari-harinya. Ada Alit—si Jaket Biru.
Sosok yang sangat ini Vina rengkuh untuk menapai hidup bersama. Namun perbedaan
yang begitu mencolok dan larangan dari orangtua membuat mereka tak mampu
membantah.
Ada pula Ihsan, lelaki religius yang
sempat membuat Vina merasakan deburan jantungnya melompat-lompat. Sayangnya,
cara pandang berbeda yang dimiliki Ihsan, membuat cinta itu kembali
kandas. Tentu saja semua itu membuat
Vina bersedih. Kenapa setiap lelaki yang berada di sisinya, satu persatu pergi.
Padahal sebagai wanita pada umumnya, dia pun mendamakan kekasih yang
benar-benar bisa mengikrarkan janji setia dalam ikatan pernihakan. Tapi semua itu terasa masih sangat jauh
darinya. Bahkan ketika dia menerima sebuah perjodohan yang diatur kedua
orangtuanya, ending yang tidak terduga kembali membuat Vina merasa nelangsa. Lalu bagaimana kisah Vina selanjutkan? Pada
siapa akhirnya hati itu akan berlabuh?
Kisah ini diturukan dengan gaya
bahasa ringan sehingga mudah dicerna. Kejutan-kejutan yang ada di setiap bagian
bab membuat rasa penasaran yang cukup tinggi untuk melanjutkan untuk membaca. Dan akan ada pula kejutan di endingnya kisah.
Hanya saja saya merasa saat membaca
kisah ini, belum menemukan kisah yang benar-benar membahas tentang cinta dalam diam yang sesungguhnya.
Karena tokoh dalam kisah ini, selalu
memiliki kisah berganti-ganti dengan pasangan. Dugaan awal saya ketika melihat judulnya
adalah tentang cinta dalam diam yang sangat terjaga dan bergenre religi.
Ternyata saya salah. Lepas dari itu. Buku ini cukup menghibur untuk dibaca saat bersantai.
Srobyong, 18 Juni 2016
No comments:
Post a Comment