Judul : The Lady in Red
Penulis : Arleen A
Editor : Dini Novita Sari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, April 2016
Halaman : 360 hlm
ISBN :
978-602-03-2712-9
Tema cinta memang selalu laris untuk
diangkat dan akan terus menjadi tema yang menarik untuk dieksekusi. Sebagaimana novel ‘The Lady in Red’ yang
mencoba menawarkan kisah serupa. Tentang cinta dua anak manusia yang berbeda
kasta dengan berbagai macam intrik yang menarik. Itulah kenunikanya, meski mengambil tema sama, novel ini dikemas dengan cara berbeda. Apalagi dengan latar yang jarang dipakai.
Membuat novel ini patut untuk dinikmati.
Kisah ini terbagi dari dua bagian. Pada
bagian pertama terjadi 1920-1955. Mengisahkan tentang Betty Liu. Dia tahu
dirinya memang berbeda karena terlahir dengan membawa darah Tionghoa. Tapi dia
selalu yakin, dirinya adalah orang Amerika. Karena dia terlahir di sana. Setelah lulus kelas 9 dari Fort Bragg Public
School, Betty mendapat beasiswa untuk bersekolah di SMA
swasta terbaik di Fort Bragg—Rewood High School, berkat seorang gurunya
yang menyadari kepandain Betty yang di atas rata-rata. (hal. 14)
Robert Wotton adalah anak pemilik
Wotton Dairy Farm—peternakan sapi yang
memproduksi sapi dan menjualnya susu kedua tersebar di Fort Bragg. Karena sejak kecil kedua orangtuanya
bersekolah di Rewood, maka dia harus mengikuti jejak mereka, meski dia sebenarnya
tidak tertarik. Robert lebih ingin sekolah negeri. Tapi tentu saja
gagasannya ditolak mentah-mentah oleh kedua orangtuanya dan hanya bisa pasrah
dengan mengikuti keinginan orangtuanya.
Sampai kemudian Robert melihat siswi
dengan rambut yang sangat indah dan
selalu memakai pakaian berwarna merah—itulah Betty. Pertemuan yang kemudian membuat
mereka akhirnya sering menghabiskan waktu bersama dan saling jatuh cinta. Selain Robert dan Betty, ada juga Jerry dan
Wanda yang menjadi pewaris Stephens Farm—peternakan
terbesar setelah Wotton Dairy Farm. Kisah mereka pada akhirnya akan menjadi
benang merah kuat dalam kisah kehidupan keluarga Betty.
Kisah kemudian dilanjutkan pada
bagian dua. Dimulai dari 2003-2012. Menceritakan tentang kisah Rhonda. dia sangat tahu dirinya gemuk. Tapi peduli ada
dengan kegemukannya. Kenapa orang-orang harus repot mengomentari? Lagipula dia juga tidak pernah menyusahkan
orang lain dengan kegemukannya. Hanya tida
orang yang tidak pernah mengatainya gemuk; papanya, nenek buyutnya—Betty dan
Gregory Drew. (hal. 105) Gregory Drew,
dia adalah teman bagi Ronda, tapi juga sebagai pekerja di Wotton Dairy Farm. Mengingat sudah sejak
dulu, keluarganya turun temurun mengabdi di sana.
Sejak kecil Rhonda dan Greg tumbuh
bersama. Mereka sering menghabiskan waktu berdua. Kadang bertiga dengan Henry,
kakak Rhonda yang setiap akhir minggu pulang ke Wotton Farm. Tapi sejak Rhonda mulai sekolah dan mulai
memiliki teman lain, mereka sudah tidak lagi terlalu akrab. Rhonda sudah tidak mengajak Greg dalam
rencana-rencana yang dilakukan. Dan Greg tak lagi tahu gambar apa yang dibuat Rhonda.
(hal. 125)
Kedekatan mereka semakin jauh ketika
Rhonda memutuskan melanjutkan sekolah di Boston Arts Academy. Sebenarnya Greg tidak ingin Rhonda pergi. Dia
ingin selalu bersama gadis itu. Tapi dia sadar, dia bukanlah siapa-siapa selain
pelayan di peternakan itu. Belum lagi
ketika gadis itu kembali dengan mengenalkan Brandon yang membuat Greg semakin
merasa tersisih.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana
kisah Betty dan Robert? Juga bagaimana kisah Rhonda, Greg dan Brandon? Belum
lagi tiba-tiba Henry ditemukan mati. Selain
empat pertanyaan itu masih banyak lagi pertanyaan lain yang membuat penasaran untuk membaca novel
ini.
Novel ini diceritakan dengan gaya
bahasa yang menarik dan renyah. Seolah tengah membaca novel terjemahan. Novel romance ini asli membuat tertegun dan gemes.
Mengambil alur maju dengan dua
bagian cerita. Inilah yang terus menjadi pertanyaan ketika membaca novel ini.
Kenapa penulis membagi dua bagian dalam kisahnya, belum lagi ada interlude
yang menyinggung tentang kisah ‘Si Topi Merah’.
Tapi perlahan setelah mengikuti semua kisah, pertanyaan itu akhirnya terjawab
sudah. Penulis sangat lihai dalam
membuat kepingan puzzle dari kisah yang diuraikan dengan benang merah
yang kuat. Kejutan-kejutan yang tidak
terduga dalam pergantian bab, membuat enggan untuk berhenti sebelum
menyelesaikan novel ini sampai tuntas.
Tokoh-tokohnya juga terasa hidup dan
membuat ikut gemas. Tentang Nana Betty yang tahu segalanya tapi memilih
menunggu. Lalu sikap Rhonda yang asli, menyebalkan dan terlihat suka ragu dan
plin-plan. Rhonda masih suka labil. Sikap
Greg sendiri yang terlalu hati-hati, dan keberadaan Barndon yang malah membuat semuanya menjadi
semakin rumit.
Dan lebih menariknya lagi adalah
tentang pemilihan setting-nya. Peternakan sapi? Setting yang
jarang diambil oleh penulis. Dan hebatnya, setting dipaparkan dengan
baik dan tidak terasa tempelan. Tapi benar-benar hidup dan serasa ikut hadir
dalam Wotton Dairy Farm. Salut dengan Mbak Arleen.
Jujur, saya sangat menikmati ketika
membaca novel ini. Karena memang dari gaya bahasa dan aspek-aspek lainnya
sangat berbeda dengan kebanyakan novel yang saya baca. Unik dan menarik.
Dan pesan yang bisa saya simpulkan
setelah membaca novel ini adalah, keserakahan dan memelihara dendam hanya akan
merugikan sendiri. Dan mengajari tentang arti, cinta dan ketulusan.
Recomended
banget untuk dibaca.
~*~
Saya sungguh tidak menyangka, ketika melihat pengumuman ini. Bagaimana tidak ketika mencoba mengintip resensi dari peserta lain, semua bagus-bagus. Jadi sedikit minder dong. Hanya bisa pasrah. Ikut pun juga nekat sih. Tapi ternyata hasilnya di luar dugaan. Alhamdulillah.
Srobyong, 17 Juni 2016
Saya juga sudah baca novel ini :-)
ReplyDeleteWah sudah baca juga Mbak. Seru dan bikin gemes :)
DeleteNama2nya juga impor semua ya..
ReplyDeleteIya Mbak jadi berasa baca novel terjemahan
Delete