- Tema Pertama
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir. (QS. Ar-Rum : 21)
Mendengar kata mawaddah pasti sudah tidak asing lagi. Karena
hampir setiap ada keluarga, sanak saudara, tetangga atau teman akan
melangsungkan pernikahan, kita akan mendoakan agar keluarga yang akan dibina
itu menjadi keluarga; sakina, mawaddah wa rahmah. Tapi, sebenarnya apa sih arti mawaddah
itu? Dan ada dampak apa jika dalam
sebuah kelurga tidak ada mawaddah? Buku “Sayap-Sayap Mawaddah” karya Riawani
Elyta dan Afifah Afra membahas dengan
tuntas mengenai mawaddah. Buku ini
merupakan sekuel dari buku sebelumnya yaitu, “Sayap-Sayap Sakinah”.
Mawaddah sendiri berasal dari fiil madhi “wadda” yang artinya
cinta. Jika ditasrifkan sesuai ilmu
shorof akan menjadi seperti ini, wadda-yawuddu-wuddun-mawaddatan. Jadi mawaddah
bisa diartikan sebuah perasaan cinta yang bersifat passionate—gairah
yang dimiliki antara dua orang berbeda jenis kelamin. Perasaan itu berupa rindu,
cinta hingga menimbulkan keinginan untuk selalu dekat dan mengayomi. Mawaddah
yang baik itu akan terwujud dengan adanya ikatan suci bernama pernikahan. Sehingga ketika melakukan jima’ maka akan mendapatkan pahala.
Dalam membangun rumah tangga, mawaddah merupakan kunci untuk mencapai keluarga yang
harmonis dan penuh kasih sayang. Karena itu jika tidak ada mawaddah,
kehidupan rumah tangga bisa terasa kering dan hampa. Sudah menjadi naluri
manusia bahwa antara laki-laki dan perempuan itu akan memiliki ketertarikan
seksual atau Gharizah an-nau’. Karena
itu untuk menghindari perbuatan zina, Allah membuka jalan untuk menghalalkan
hubungan antara laki-laki dan perempuan lewat pernikahan. Agar ketika mereka
melakukan jima’, hal itu bukanlah dosa, tapi sebuah ibadah.
Banyak
disinyalir kurangnya mawaddah antara suami dan istri bisa mengakibatkan keretakan hubungan antara suami dan istri, bahkan berujung pada perselingkuhan, percerain atau malah berpoligami. Karena
itu-lah dalam sebuah pernikahan seharusnya dilandasi cinta pada Allah. Jika
bersandar pada Allah, maka kita akan menjaga cinta yang dimiliki agar bisa
menjemput rahmat Allah. Pernikahan yang baik itu adalah yang sesuai syariat Islam—melalui
ta’aruf, bukan pacaran. Pernikahan bukanlah ajang untuk menunjukkan siapa yang
paling berkuasa. Bukan pula hanya untuk mengahalalkan hubungan antara dua insan
demi memuaskan nafsu belaka. Benar bahwa dalam sebuah pernikahan sangat
diperlukan mawaddah—cinta, agar kehidupan yang dibangun dibersama itu bisa membawa pada
jalan ke surga-Nya.
Dan untuk mencapai mawaddah maka diperlukan juga sakinah. Sakinah
sendiri bisa diperoleh dari sebuah perjodohan yang menyatukan dua jiwa berada
pada satu titik yang akan menimbulkan, kehangatan dan kenyamanan. Jika sakinah dikelola dengan baik akan terwujud mawaddah dan rahmah. Tapi harus
diingat antara mawaddah dan rahmah itu harus seimbang agar tidak tecipta kebosanan jika berlebihan. Sering
kita dengar, bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Allah selalu
mengingatkan hamba-Nya untuk mengambil sesuatu sewajarnya.
Untuk mewujudkan mawaddah dalam sebuah pernikahan, hal yang harus
dilakukan suami dan istri adalah saling memiliki pengertian, kepercayaan dan
komunikasi. Yah, antara suami dan istri itu intinya harus memiliki hubungan
yang baik, mengayomi dan kasih sayang. Jika ada masalah harus dibicarakan dan
diselesaikan baik-baik dengan kepala dingin. Bukan dengan saling menghujat atau
berburuk sangka. Itulah kenapa komunikasi yang baik sangat penting dimiliki. Jika
ingin lebih jelas lagi, mungkin kita bisa membaca kisah inspiratif yang bisa dijadikan teladani. Yaitu
kisah yang dihadirkan dari pemenang Lomba Menulis Kisah
Sejati “Miracle of Love in Marriage”. Tulisan
para pemenang ikut dicantumkan dalam buku “Sayap-Sayap Mawaddah”
Jadi buku ini, sangat cocok untuk dibaca sebagai bekal mewujudkan rumah tangga sakinah,
mawaddah dan rahmah. Baik itu dibaca bagi yang sudah berkeluarga
juga yang masih lajang. Tambahan saja
ada juga ulasan tentang seksologi dalam
kaitannya dengan pembahasan mawaddah oleh dr. Ahmad Supriyanto. Apa itu
seksologi? Bisa langsung membaca buku ini sendiri.
Judul Buku : Sayap Sayap Mawaddah
Penulis : Afifah Afra & Riawani Elyta
Penerbit : Penerbit Indiva (Indiva Media Kreasi)
Tahun Terbit : Juli 2015
Tebal Buku : 208 hlm
ISBN : 978-602-1614-65-5
widiihhh masih ada promo itu ya mbk bukunya.. hhhee
ReplyDeleteIya ini masih ada promo, dan ada kusinya juga, lho. Ayuk ikutan ^^
Delete