Judul : Days of Terror
Penulis : Ruwi Meita
Penerbit : Bukune
Cetakan : 1 April 2015
Halaman : vi + 134 hlm
Harga : Rp. 34.000
ISBN : 602-220-155-1
Hanya karena sebuah kalender, hidup seseorang berubah. Hanya karena rasa
penasaran dan keingintahuan, kematian telah menunggu. Sebuah kesalahan karena
mengambil sebuah barang tanpa tahu manfaat dan mencoba sesuatu tanpa tahu akibatnya,
sekarang menimbulkan penyesalan dan ketakutan.
Ori seorang siswi SMU yang selalu mendapat kesialan. Dia juga punya sifat
pelupa dan ceroboh. Dan entah kenapa kesialan yang dialami Ori selalu
berhubungan dengan air. Sampai-sampai temannya—Fla meganjurkan dirinya untuk
memakai jas hujan saja. Habis setiap ketemu Ori gadis itu selalu saja basah.
Tadi pagi saja dia terkena siraman bekas cucian tukang mie ayam. Sampai suatu ketika kehidupan Ori berubah.
Ori kaget melihat sesuatu yang ada di meja belajarnya. Bentuknya seperti
kelender meja. Lalu ada sebuah pena yang berada satu tempat dengan kalender
itu. Juga batu pipih berwarna merah. Dan
ketika melihat lebih saksama Ori melihat tulisan almanak di sana. Ori ingin
melihat lebih dekat tapi panggilan ibunya membuat dia harus urungkan niat. Tapi
karena baju yang harusnya dicuci tertinggal, Ori kembali ke kamar, di sana dia
kembali melihat kalender itu, dan menyadari warna batunya telah berubah.
(halaman 14)
Tidak hanya itu Ori juga menemukan sesuatu yang luar biasa. Sebuah tulisan
yang kemudian dibacanya dengan pelan-pelan. “Kau sang penjelajah waktu.
Hanya kau sang empunya masa. Bukalah lembaran kayau. Lantunkan sebuah mantera.
Waktu maju maju waktu mundur. Pada suatu ketika waktu beku. Semua bisa terjadi saat kau... auww!” (halaman 22) Bersamaan
Ori membaca tulisan itu tiba-tiba kucingnya yang bernama Boni mencakar
tangannya hingga dia tidak tahu lanjutannya.
Bulu kucing itu tegak mengelilingi alamanak itu. Aneh sekali.
Dan sejak itu Kehidupan Ori berubah. Kesialan yang kadang menerpanya
berubah menjadi keberutungan yang tidak terduga. Semua berkat alamanak itu. Ori
bisa menjelajahi waktu ke manapun yang dia mau. Ori bahkan bisa menghindari
bencana air yang biasanya selalu mengusiknya. (halaman 44). Dan pelajaran biologi
dadakan yang diadakan dimana teman-temannya mendapat nilai maksimal 6, Ori
mendapat nilai sempurna—9,8. (halaman 46)
Tapi di saat kehidupan menyenangkan itu memihak Ori. Kejadian lain yang
menakutkan mulai menghantui Ori. Gadis SMA Itu seperti mengalami teror
menakutkan yang mengikutinya hingga ke sekolah. Ori selalu dihantui wajah
separuh nenek-nenek yang mengintainya. Matanya menatap Ori dengan tajam.
Separuh badan nenek itu tembus tembok. (halaman 49) Lalu tidur pun tidak
nyenyak karena sering mimpi buruk. (halaman
59)
Belum lagi tentang bayangan yang sering menghantui Ori. Ketika dia
bercermin dia melihat sosok tua renta yang membuatnya bergidik ngeri. Tapi dari
kejadian itu Ori menyadari sesuatu yang membuatnya memutuskan untuk berpetualangan
dengan waktu untuk mencari kebenaran. Dan kebenaran itu sungguh membuat Ori
terperanjat. Ori harus menebus
keserakahannya kini harus diganti dengan nyawa.
Entah mungkin ada cara lainnya atau memang hanya itu cara yang bisa
ditempuh.
Novel misteri yang cukup menegangkan dan membuat penasaran sejak awal.
Ketegangannya membuat penasaran. Tapi
tidak hanya misteri saja tanpa ada amanah yang tersirat. Dalam novel ini mengajarkan tentang
mensyukuri nikmat. Jangan mengubah takdir sesuai kehendak Tuhan. Karena pasti
akan ada balasannya. Ada juga pesan yang tersirat bahwa jangan mudah mencoba
sesuatu jika tidak mengetahui kegunaan benda itu. Lalu sindiran dalam novel
yang begitu menyentil. “Ori, kamu sial karena tidak hati-hati,” (halaman
18) menunjukkan bahwa kesialan bukan karena kutukan atau apapun tapi lebih pada
sikap yang dimiliki seseorang. Jika tidak ceroboh pasti bisa terhindar.
Ada juga beberapa kesalahan tulis dalam tanda baca. Tapi tentu tidak
menutup kenikmatan untuk membacanyaa hingga selesai. Recomended untuk yang suka
misteri. Karena sejak awal pembaca diajak menebak-nebak. Kalau masalah horor
belum sampai membuat merinding. Dan ringan karena buku ini tidak terlalu tebal.
No comments:
Post a Comment