Judul : Swarna Alor
Penulis : Dyah Prameswarie
Penerbit : Metamind—Tiga
Serangkai
Cetakan : Pertama, Mei, 2015
Halaman : vi + 282 hlm.
Harga : Rp. 49.000,-
ISBN : 978-602-72097-4
Mendapati kenyataan tidak sesuai dengan
harapan membuat Lilo dan Mbarep cukup syok. Bayangan Paris pudar ketika mereka
sampai di Bandar Udara Seokarno Hatta dan baru diberitahu bahwa mereka akan
pergi ke Alor. Tempat yang menurut mereka tidak wah sama sekali. Memang apa
yang bisa dipelajari dari daerah terpencil yang jauh dari peradaban. Jauh dari
hiruk piruk fashion dan Bayangkan untuk mencari sinyal internet saja
susahnya minta ampun.
Lilo merasa sangat kecewa. Apalagi ketika datang
dia langung diajak berburu binatang invertebrata; teripang dan mengumpulkan
buah tongke. Dia ini bukan calon pemburu tapi calon perancang busana.( hal. 3) Setelah
berburu Teripang, hewan itu direbus, dan airnya digunakan untuk mewarnai. Dan
ini betolak belakang dengan Lilo yang seorang anggota Green World. Dia tidak
mau merusak ekosistem laut. Kenapa tidak memakai cara moderen saja. dari pada
memakai cara lama yang merusak peradapan makhluk lain.
Mbarep pun punya perasaan yang sama dengan
Lilo. Kecewa. Apalagi sejak datang dia belum diberitahu apa tugasnya. Dan ketika
ada pemotretan, dirinya bahkan dianggap profesional. Keinginannya untuk ikut
pemotretan di bawah laut saja dilarang dengan berbagai alasan. (hal. 37)
Namun kejadian demi kejadian yang mereka alami
sedikit banyak telah membuka pikiran Lilo dan Mbarep. Bahwa Alor meski desa
terpencil tapi memiliki keindahan yang luar biasa. menyadari bahwa jangan
melihat sesuatu hanya dari luarnya saja. Dan mengingatkan bahwa Indonesia itu
memang indah dengan segala keindahan dan kekayaannya. Selain itu juga
mengajarkan akan sebuah usaha ketika ingin mencapai mimpi. Nahasnya di saat
mereka menyadari itu, sebuah bencana besar datang. Pak Libana hilang, itu
berarti festival swarna Alor terancam gagal.
Novel yang syarat makna. Tentang persahabatan
dan perjuangan dalam meraih impian. Bahwa untuk mencapai mimpi itu memang tidak
mudah dan butuh perjuangan dan kesabaran. Recomended untuk dinikamti. Juga mengingatkan seberapa
kita mengenal budaya asli negeri sendiri. Mengajarkan untuk
mencintai tanah air.
Dari novel ini banyak kata-kata yang bagus dan nyetil dan
menebar semangat.
-Sebaiknya
kamu belajar membuka mata lebih lebar, mendengar lebih sabar, dan berbicara
dengan hati, bukan dengan mulut. (hal. 47)
-Bahwa dalam mencapai impian
itu butuh kesabaran (hal. 216).
-Bahwa manusia tak pernah
berhenti bermimpi. Yang membedakan adalah apakah kita mau bekerja keras
mewujudkannya atau sekedar mimpi tentang sukses. (halaman 276)
-What important is not teh destination, but
what dan whom we find along the way. [Perjalanan bukan lagi tentang tempat yang
kita tuju, tapi apa dan siapa yang akan kita temukan sepanjang perjalanan.] (hal. 277)
Srobyong, 4 November 2015.
Terima kasih ya sudah mau membaca dan me-review :)
ReplyDeleteKok nggak ada kritikannya? :)
Sama-sama Mbak ^^.
ReplyDelete