Dimuat di Koran Jakarta, Selasa 8 Mei 2018
Judul : Perempuan Pemimpin
Penulis : Betti Alisjahbana
Penerbit :
Mizan
Cetakan : Pertama, 1 Januari 2017
Tebal : 290 halaman
ISBN : 978-979-433-954-1
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumna Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), 49,75
persen dari penduduk Indonesia pada tahun 2013 adalah perempuan. Dengan
terbukanya pendidikan bagi perempuan, kita bisa melihat bahwa perempuan punya
kemampuan yang sangat tinggi, tidak kalah dengan pria (hal 8).
Misalnya saja di ITB (Institut Teknologi Bandung),
pada tahun akademik 2015-2016, meski
seleksi masuk sangat ketat, 40,5 persen mahasiswa yang diterima adalah
perempuan. Padahal di ITB sebagian besar program pendidikannya adalah sains dan
teknologi, bidang yang biasanya lebih dekat dengan laki-laki. Dalam hal predikat kelulusan, dari 349
sarjana yang lulus dengan predikat cumlaude, 41 persen adalah perempuan.
Saat ini para wanita sudah mulai berpartisipasi pada posisi kepemimpinan. Mereka menunjukkan
potensi yang dimiliki, yang ternyata kemampuan mereka tidak kalah dari kaum
laki-laki. Delapan dari 34 menteri (33,5
persen) di Kabinet Kerja Jokowi adalah perempuan. Di DPR, dari 560 anggota di
periode 2014-2019, 97 orang di antaranya (17,3 persen) adalah perempuan (hal
11). Buku ini dengan paparan yang menarik dan menginspirasi, mengajak kita
mengenal dan meneladani semangat juang, para wanita dalam meraih kesuksesan.
Sebut saja Atiek Nur Wahyu. Karena kegigihan dan
kualitas kerjanya yang apik dan terus berkembang, dia kini menui kesuksesan.
Dia memulai karirnya pada tahun 1989 di
stasiun RCTI, dan sekarang dia menjadi CEO Trans Media Gruop. Dalam prinsip kerjanya dia selalu berusaha
memberikan upaya terbaik dari setiap tugasnya. Dia memaparkan, “Untuk selalu
bisa menjadi yang terbaik, kita harus bisa mengelola kinerja.”
Masih menurut Atiek, “Dalam membangun tim dan
mengelola kinerja, sebagai pemimpin, kita harus membangun komunikasi yang baik
antar personal, maupun lintas departemen dan visi, sehingga terbentuk kerja
sama tim yang baik pula. Bahwa
kesuksesan dan kegagalan kita sangat ditentukan oleh kemampuan dalam
mengerjakan detail-detail pekerjaan.” (hal 14).
Ada pula Intan Abdams Katoppo. Dari tahun 2011-2015,
dia pernah menjabat sebagai Direktur
Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero). Untuk mencapai kesuksesan itu tentu
tidak mudah, Intan harus banyak belajar dari mentor. Dia selalu berusaha untuk open
heart, open will, dan open mind. Melalui buku ini, dia juga berbagi tiga resep
menjadi sukses. Pertama, jika
kita berhasil, kita tidak boleh meremehkan siapa pun dan apa pun. Kedua, kita
harus siap mendengar dan menerima masukan dari orang lain. Terakhir, kita harus
tahu kapan saat yang tempat untuk berhenti.
Kemudian Ligwina Poerwo-Hananto. Sejak kecil dia
memang sudah memiliki cita-cita menjadi pebisnis. Dia mendirikan bisnis perencana keuangan
dengan badan hukum PT Quantum Magna (QM) Financial, pada 2007. Akan tetapi bisnis
yang dia bangun tidak langsung sukses dan berjalan lancar. Banyak tantangan
yang harus dia hadapi sebelum tahun 2010. Akan tetapi dia tidak menyerah.
Ligwina terus belajar. Salah satunya dengan
mengikuti coaching. Dari coaching
dia belajar tentang pentingnya sikap jujur terhadap diri sendiri. Kita
harus mengakui kepintaran orang lain dan berani menerima kritik dan saran. Hingga akhirnya kondisi perusahannya
mulai stabil, bahkan melesat. Saat ini,
QM Financial sudah membuat lebih dari 1.000 rencana keuangan (hal 49).
Selain mereka, masih ada beberapa wanita sukses yang kisahnya tidak
kalah menginspirasi. Seperti Mira Amshorse—Direktur Utama PT Sarinah (Persesor)
2012-2014, Mira Lesmana—Produser Film, Founder Miles Films, Nurhayati
Subakat—Founder dan CEO PT Paragon Technology Innovation (Wardah Cosmetics) dan
banyak lagi. Di mana mereka ternyata memiliki misi yang sama, yaitu ingin
memperjuangkan perubahan positif bagi lingkungan sekitarnya.
Menunjukkan bahwa wanita juga pantas menjadi
pemimpin. Meski mereka memiliki kelemahan, wanita juga memiliki kelebihan dalam
hal meng-handle para pekerja dengan sikap mengayomi. Karena perempuan
memiliki sikap sabar, perhatian serta kepekaan emosi dan empati yang tinggi.
Perempuan adalah mahkluk multitasting, piawai berjejaring dan
bernegosiasi (hal 79).
Sebuah buku yang menarik untuk dikaji dan dibaca.
Dari buku ini saya menyimpulkan, bahwa perempuan memiliki potensi yang sama
dengan laki-laki dalam memperoleh kesuksesan.
Serta jika kita ingin menjadi seorang yang sukses, maka kita perlu
memiliki misi, mau belajar dari mentor, sabar, membangun jejaring luas, berani
keluar dari zona nyaman.
Srobyong, 5 Mei 2018
Diantara banyak wanita yang mbak review satu orang yang sudah saya kenal yakni Ligwina, pernah suatu saat beliau pembicara di acara kopdar sangat menginspirasi. Saya setuju bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk meciptakan karya tapi jangan sampai melalaikan fitrahnya.
ReplyDeleteWah, mantap Pak. Iya Pak meski sibuk berkarya harus tetap tanggung jawab dan tidak melalaikan fitrahnya. Terima kasih sudah mampir di blog saya ^_^
Delete