Thursday, 15 June 2017

[Resensi] Menyingkirkan Jalan Terjal Menuju Pernikahan

Dimuat di Tribun Jateng, Minggu 28 Mei 2017 


Judul               : Ya Allah, Izinkan Kami Menikah
Penulis             : Dwi Suwiknyo, dkk
Penerbit           : Mahabbah, Diva Press
Cetakan           : Pertama, Januari 2017
Tebal               : 260 hlm
ISBN               : 978-602-391-307-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

Setiap orang sudah pasti ingin mendapat ridha Allah. Dalam hal ini, salah satu caranya adalah mengenapkan sunnah Nabi dengan menuju pernikahan suci. Karena dengan menempuh pernikahan hal itu akan menjauhkan diri dari perbuatan mungkar dan maksiat. Hati menjadi tenteram dan bisa mengekang pandangan dan syahwat.

Buku ini mengungkap kisah-kisah inspiratif perihal bagaimana perjuangan para muslim dan muslimah untuk merengkuh rida Allah menuju jalan kebaikan, menghalalkan hubungan agar terhindar dari fitnah.   Sebagaimana kita tahu hubungan laki-laki dan perempuan, jika tanpa adanya ikatan itu riskan menimbulkan fitnah.  Oleh karena itu Allah menyariatkan untuk segera menikah jika memang sudah mampu.

Tapi dalam menuju maghligai pernikahan pun tidak semudah yang kita bayangkan. Ternyata ada banyak jalan terjal yang harus ditempuh untuk mencapai jalan yang diridhai Allah.  Pertama perihal masalah restu orangtua. Disadari atau tidak pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua insan laki-laki dan perempuan, tapi juga menyatukan dua keluarga dengan berbagai perbedaan untuk saling menerima (hal 11).

Yang menjadi masalah kedua adalah berbedaan aliran—seperti memilih Muhammadiyah, Syiah atau NU—yang kadang menjadi pemicu timbulnya sebuah masalah.  Seperti kisah yang dialami salah satu penulis dalam buku ini.  Beruntung masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik, sehingga pernikahan yang sempat dikhawatirkan tidak akan terlaksana, ternyata tetap berjalan tanpa ada hambatan apa pun.

Masalah lainnya adalah, perihal adat yang berbeda yang juga membuat jurang pemisah. Misalnya masalah ke-suku-an yang kerap menjadi momok sebagian orang. Ada yang mengatakan jangan menikah dengan suku Batak, Madura atau Jawa.  Lalu ada juga perihal patokan mas kawin yang diajukan orangtua mempelai wanita. Padahal Rasulullah sendiri selalu mengingatkan jangan meminta mas kawin yang memberatkan.

Di sini berbagai kisah suka duka menunju jalan menghalalkan sebuah hubungan, demi meraih rida Allah, dipaparkan dengan memikat, memotivasi dan menginspirasi. Mereka ditantang dengan berbagai cobaan harus ditaklukkan. Apakah bisa ikhlas dan bertahan hingga akhir atau menyerah di tengah jalan.  Buku ini mengingatkan bahwa meski ada jalan terjal, ketika kita memang sudah berusaha sungguh-sungguh pasti bisa mencapainya.

Gaya bahasa yang renyah dan asyik. Meski pada beberapa bagian masih ditemukan beberapa kesalahan tulis, juga ada sebagian yang bahasanya masih kaku. Namun, lepas dari kekurangannya, buku ini bisa dijadikan renungan bagi siapa saja yang ingin menjemput pernikahan.

Srobyong, 19 Maret 2017 

No comments:

Post a Comment