Thursday, 15 June 2017

[Resensi] Kisah Pengorbanan Anak demi Orangtua

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 28 Mei 2017


Judul               : Beauty and the Beast
Penulis             : Madame de Villeneuve
Penerjemah      : Andityas Prabantoro
Penerbit           : Qanita
Cetakan           : Pertama, 1 Februari 2017
Tebal               : 244 hal
ISBN               : 978-602-402-054-5
Peresensi         : Ratnani Latifah. Penikmat buku dan penyuka literasi, tinggal di Jepara.

Siapa yang tidak mengenal kisah Beauty and the Beast? Kisah putri cantik dan pangeran buruk rupa ini selalu disukai. Sastra klasik ini ternyata  sudah ada sejak 400 tahun lalu yang ditulis oleh Gabrielle-Susanne Barbot de Villenueve—yang juga dikenal dengan nama Madame de Villenueve pada tahun 1740.  Kisah ini berkali-kali telah diadaptasi menjadi berbagai pertunjukan opera, serial televisi dan film layar lebar. Salah satunya adalah animasi yang diproduksi oleh Walt Disney pada 1991. Dan di tahun 2017 ini, kisah ini akan diproduksi versi live-action. 

Kisahnya sendiri menceritakan tentang sosok Belle yang dengan penuh keikhlasan berkorban demi ayahnya. Belle tidak pernah menyangka permintaan sederhana yang sempat dia lontarkan, ketika sang ayah akan ke luar kota, telah membawa ayahnya pada jalan berbahaya—ayahnya mengambil satu tangkai mawar tanpa izin pemiliknya di sebuah istana yang ditemukan dalam hutan (hal 27).

Merasa bersalah dan rasa kasih sayang yang dia miliki pada sang ayah, membuat Belle menerima permintaan Beast—monster yang memiliki wajah menyeramkan untuk tinggal di dalam istana itu.  Dia rela menukar nyawa demi ayahnya.  Kenyataan ini tentu saja membuat ayah dan 6 saudara laki-lakinya  sangat sedih. Berbeda dengan saudara-saudara 5 perempuan Belle, yang sejak dulu memang tidak menyukai Belle. Padahal Belle adalah anak yang baik dan penurut.  Saudara Belle sepertinya iri karena Belle lebih cantik dan selalu menjadi kesayangan.

Selama tinggal di istana, Belle sempat bernyata-tanya kapan dia akan disantap oleh Beast. Namun setelah tinggal berhari-hari, dia menyadari Beast tidak seseram penampilannya. Dia sangat baik dan tidak pernah ingin membunuhnya.  Namun itulah masalahnya. Beast malah meminta Belle untuk menikahinya (hal 77).

Tentu saja hal ini membuat Belle ragu. Bagaimana mungkin dia menikah dengan monster yang memiliki wajah buruk rupa itu? Meski dia memang sangat baik, tapi Belle tidak menyukainya. Belle sudah memiliki orang yang dia sukai. Seorang pangeran tampan yang selalu mewarnai hari-harinya.  Pada siapakan nanti hati Belle akan berlabuh?  Dan apakah sesederhana itu saja kisah yang fenomenal ini?

Selain dua pertanyaan ini masih banyak pertanyaan lain yang menarik. Seperti apakah Belle akan menepati janji kepada Beast atau membiarkan monster itu meninggal, siapa sebenarnya sosok Belle dan ada hubungan apa antara pangeran dan Beast. Karena pada novel ini dibagi menjadi dua bagian. Satu tentang perkenalan antara  Belle dan Beast. Dan kedua tentang masa lalu Belle dan Beast.

Sebuah kisah yang memikat dan seru. Dipaparkan dengan renyah dan gurih. Novel ini patut dibaca. Banyak pesan moral yang bisa diambil penernungan. Di mana penulis mengajak kita untuk memiliki sikap peduli, welas asih dan keikhlasan yang tinggi. Membuka mata untuk selalu berbakti kepada orangtua. Serta anjuran jangan menjadi orang yang tamak dan sombong.  Kekuatan inilah yang mungkin membuat Beauty and the Beast selalu memiliki ruang tersendiri dari pembaca.

Srobyong, 9 April 2017 

4 comments:

  1. aku belum nonton filmnya. Tapi kisah ini udah melegenda banget yah. Dan masih asik buat disimak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga belum nonton kalu yang baru Mbak. Paling dulu pas ada kartun kalau nggak salah. Tapi ceritanya memang msih dan akan selalu asyik dinikmati

      Delete
  2. Aku cuma pernah nonton film animasinya nih, jadi pengen beli bukunya juga...😊😊

    ReplyDelete