Wednesday, 10 May 2017

[Resensi] Surealis dan Mitologi dalam Balutan Cerita yang penuh Mistis

Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 28 April 2017 

Judul               : Air Mata Shakespeare
Penulis             : Ida Fitri
Penerbit           : LovRinz Publishing
Cetakan           : Pertama, November 2016
Tebal               :  vi +   153 hal
ISBN               : 978-602-6330-71-0
Peresensi         : Ratnani Latifah.

Surealisme adalah seni yang memberi kebebasan dalam berkreativitas hingga kadang berada di luar batas kelogisan manusia. Dalam kbbi diartikan sebagai aliran dalam seni yang mementinngkan aspek bahwa sadar manusia dan nonrasional dalam citraan ( di atas atau di luar realitas atau kenyataan). Sedangkan Mitologi sekumpulan mitos dan legenda yang berkisah tentang para dewa dan pahlawan. Keduanya ini disatupadaukan oleh penulis dalam rangkaian cerita yang apik dan memikat. 

Dan yang lebih mengejutkan adalah adanya unsur mistis yang semakin membuat cerita-cerita yang termaktub dalam kumpulan cerpen ini unik dan berbeda. Penulis asal Aceh ini, memang memiliki keunggulan sendiri dalam meramu kisah-kisahnya. Kuat dan sangat kaya akan imajinasi.  Terdiri dari  19 kisah, kita akan diajak pada petualangan yang mendebarkan dan menarik.

Sebut saja kisah berjudul “Magena” cerpen dengan judul singkat dan padat ini sangat menarik. Berkisah tentang Magena, gadis keturunan  Geronimo, kepala suku Indian dari Chirikahua Apache. Entah kenapa dia sangat membenci Spanyol. Tapi anehnya ketika dia menatap Alhambra yang penuh dengan simbol-simbol magis dan tiba di Hausyus Sibb, Magena justru tersenyum sangat indah.

Di sana dia melihat seorang gadis berkerudung kuning, yang entah kenapa begitu menarik perhatiannya. Padahal selama ini dia bukanlah orang yang mudah akrab dengan orang baru. Tapi pada kenyataanya, dia mendekati gadis berkerudung itu (hal 12). Gadis bernama Aisha seolah menyihir Magena untuk mengikuti setiap jengkal langkahnya.  

Sampai kemudian percakapannya dengan Aisha menyadarkan Magena, siapa sejatinya gadis berkerudung itu. Takut dan marah itulah yang pada akhirnya menggelayuti benak Magena. Cepat dia berbalik dan menyusul Mike, suaminya. Namun, ketika sampai Magena melihat sesuatu yang tidak terduga. Dan seketika dia mengingat perkataan Aisha.  “Aku sedih setiap seseorang meninggalkan orang yang mencintainya.” (hal 14).

Ada pula kisah “Lambe” tokoh dalam kisah ini entah kenapa begitu terobsesi dengan bibir. Setiap kali dia melihat bibir indah dia ingin mengambil dan memilikinya.  Dia tidak segan-segan melakukan tindak bengis demi bisa mengambil bibir itu dan memasukannya dalam tas cangklong miliknya.  Dan hal itu terus saja terjadi lagi dan lagi. Hingga tak terhitung lagi berapa bibir yang telah dalam dia ambil  demi kesanangannya. Tapi yang mengejutkan adalah akhir dari cerpen ini yang mengejutkan dan menghentak.

Tidak kalah menarik adalah cerpen berjudul “Maop”. Berkisah tentang sosok gadis Mirah yang  selalu diingatkan Nek Tu,  agar tidak mengikuti jejak sang ibu. Yang bagi Mirah sendiri dia tidak terlalu kenap dengan ibunya. Di sisi lain di tempat tinggal Mirah, tersebar rumor tentang sosok  hitam dengan tubuh tinggi besar yang menakutkan. Konon sosok itu diberi nama Maop.  Rumor jelek tentang Maop itu pun cepat tersebar, termasuk bagi Mirah.

Karena itu Mirah juga selalu berhati-hati agar tidak sampai mendapat masalah dengan Maop. Tapi harapan tinggallah harapan, setelah dia tidak mengindahkan nasihat Nek Tu, Mirah bertemu dengan sosok yang selama ini dia hindari.  Pertemuan itu pun berujung pada kejutan yang tidak pernah terduga (hal 42).

Ada juga kisah berjudul “Rawa Linge”. Jeumpa sudah diperingatkan oleh Maknya tadi untuk tidak pergi terlalu jauh. Namun  Jeumpa memiliki pemikiran lain. Dia sudah sampai ke Bener Meriah, rasanya rugi jika tidak menemukan apa-apa.  Tapi jantung Jeumpa langsung mau copot ketika melihat makhluk bermulut guritta—badannya ditumbui bulu. Perawakannya menyerupai tikus tanah Amerika Utara. Dan pada detik itu juga, Jeumpa menyesali keputusannya mendekati Rawa Lingge (hal 93).

Selain yang sudah dipaparkan tentu saja masih banyak cerpen-cerpan lain yang menarik. Seperti  White House, Hujan Batu di Samalangga, Bidadari Berbulu Hitam dan banyak lagi. Semua dipaparkan dengan gaya bahasa yang renyah,menarik dan memikat.  Setiap cerita juga unik dengan pemilihan judul—sehingga langsung membuat pembaca tertarik untuk membaca. Tidak ketinggalan adalah kepiawaian penulis dan mengeksekusi cerita hingga twist ending yang memukau.  Meski pada beberapa cerpen masih ada beberapa kesalahan tulis dan ending yang bisa tertebak, namu lepas dari itu kumpulan cerpen ini tetap asyik dinikmati dengan pesan-pesan tersirat yang menarik.

Srobyong, 10 April 2017 

No comments:

Post a Comment