Wednesday 10 May 2017

[Review Buku] Suka Duka Menjadi Janda

Judul               :  Wonder Fall
Penulis             :  Elextra Queen
Penerbit           : Twigora
Cetakan           : Pertama, Juli 2016
Tebal               : 328 hlm
ISBN               : 978-602-70362-6-0


Hidup menjadi seorang janda muda—28 tahun adalah tantangan bagi Amelie. Karena selama ini rumor jelek sudah menjadi cap bagi para janda. Bahwa status yang disandang menunjukkan sebagai wanita tidak baik yang suka menggoda laki-laki baik lajang atau sudah menikah.  Itulah yang kemudian membuat Amelie menjaga jarak dari laki-laki. Mengantisipasi apa yang tidak perlu.  Apalagi baginya sat ini yang paling utamanya adalah fokus pada pekerjaan dan merawat putrinya Elsa. Amelie masih terlalu trauma dengan sebuah pernikahan.

Memang benar dia menjadi janda karena suaminya meninggal dalam kecelakaan, hanya saja  ada sesuatu yang membuat Amelie merasa enggan untuk mengungkap sisi gelap pernikahannya yang membuatnya masih berpikir ulang dengan sebuah ikatan.

Dia bekerja di PT Drisana, sebuah perusahaan yang memproduksi alat tulis—sebuah perusahaan yang saat ini paling pesat berkembangannya. Amelie bertugas memeriksa semua laporan dari Bagian Kasir, salah satu divisi di Departemen keuangan (hal 7).  Dan dia sudah nyaman memiliki atasan—Pak Jonas yang sangat welcome dengan bawahannya. Sampai kemudian Zach Barata muncul, membuat dunia Amelie jungkir balik.

Pak Jonas menawari Amelie menjadi asisten Zach yang setelah Bu Rita pensiun, belum juga menemukan asisten yang cocok. Bahkan ini sudah kali ketiga asistennya ganti. Karena konon katanya Zach meski memiliki wajah menawan, dia adalah pria yang menakutkan. Dia suka marah-marah dan acap kali dengan kata-kata yang kasar dan kaku. Itulah yang membuat orang-orang tidak betah.

Dan sekarang Amelie ditawari menjadi asisten Zach untuk sementara. Dia tidak mungkin menolak dengan alasan yang tidak masuk akal sebagaimana gosip yang beredar, apalagi mengaku takut digosipkan. Hingga akhirnya dia mengangguk setuju. Itu benar-benar tidak profesional.  Benar saja Zach memang sebagaimana yang dikabarkan para karyawan. Galak, temperamen dan kaku. Sampai sebuah kejadian mengubah Zach.

Entah dapat dorongan darimana, Amelie mengungkapkan segala unek-uneknya perihal sikap bosnya itu. “Bapak tidak ramah. Maaf kalau Bapak tidak suka mendengarnya. Tapi, saya rasa semua orang akan kesulitan bekerja dengan Bapak kalau begini caranya. Kenapa harus selalu marah  kalau bisa menggunakan bahasa lain yang nyaman untuk telinga?” (hal 55). “Bapak disiplin dan pekerja keras, itu kelebihan yang tidak dimiliki semua orang. Tapi, Bapak juga sangat kaku dan galak. tidak keberatan mendapat teguran. Tapi caranya yang tidak pas.” (hal 57).

Pada fase ini Zach mulai mengagumi dan menghormati Amelie. Dia mencoba memperbaiki diri. Apalagi setelah berkali-kali Amelie membantunya dalam mengurus Lio, keponakannya yang sudah sejak kecil ditinggal kedua orangtuanya.  Tanpa disadar Amelia pun juga memiliki percikan-percikan lain yang sudah lama tidak bersemayam di dadanya. Apalagi Zach dengan mudah akrab dengan Elsa, putrinya yang tidak memiliki figur ayah.

Hanya saja masalahnya adalah ibu mertuanya, meminta Amelie menikah dengan Otto, kembaran dari suaminya—Ryan. Dia tidak pernah membayangka harus membangun keluarga lagi dengan pria yang memiliki wajah yang sama dengan suaminya.  Entah apa yang harus dia lakukan, karena ibu mertuanya adalah seorang yang otoriter yang belum rela melepas menantunya. Belum lagi Zach tiba-tiba marah dan menjauh dari Amelie.

Novel ini merupukan juara pertama dari lomba “Sweet And Spicy Romance” 2016 yang diadakan oleh penerbit Twigora.  Sebuah novel yang manis dan memikat. Dipaparkan dengan gaya bahasa yang renyah dan gurih, membuat novel ini sukses membuat saya terpesona. Sebagai awal debut, novel ini bagus dan unik. Ide yang  digambarkan penulis memang selalu menjadi buah bibir yang tidak pernah usai.

Untuk kekurangannya adalah ada beberapa bagian yang terasa masih lompat-lompat dan beberapa kesalahan tulis. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini recomended buat dibaca.

Membaca novel ini saya  belajar bahwa kita tidak bisa menilai seseorang dari luarnya saja. Dan jangan pernah terjebak pada masa lalu.  Selain itu  kita diingaktkan perihal adalah bagaimana membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Lalu bagaimana menjaga perkataan. “Bahwa kritik tidak kehilangan maknanya hanya karena diucapkan dengan bahasa yang enak didengar” (hal 59).

Srobyong, 29 Januari 2017 

2 comments: