Tuesday 2 December 2014

[Dongeng] Lala dan Negeri Dongeng


Judul: Lala dan Negeri Dongeng

Oleh : Kazuhana El Ratna Mida/ Ratna Hana matsura




Lala mendengarkan cerita ibunya dengan senang. Cerita tentang peri HUJAN dan pangeran KODOK yang sungguh membuat Lala penasaran. Dia berharap suatu hari bisa mengunjungi Negeri Dongeng. Bertemu pangeran kodok dan para peri yang ibunya ceritakan. Semoga pangeran kodok bisa berubah menjadi manusia lagi.

“Ibu, bagaimana Lala, bisa ke sana? Lala mau bertemu Putri Hujan,” ucap Lala.

Sang ibu hanya tersenyum, sambil melihat Lala yang lucu, berharap bisa pergi ke Negeri Dongeng.

“Lala, mau ke sana?” tanya sang Ibu.

Lala mengangguk dengan suka cita.

“Mau, Bu. Mau sekali. Pasti menyenangkan bisa bertemu peri hujan yang baik hati,”

“Suatu saat, Lala bisa ke sana. Sekarang tidur dulu, ya.” Ucap Ibu Lala bijak. Sang ibu mencium kening putrinya yang sudah siap tidur.

“Benarkah? Ibu akan mengantar Lala?”

“Iya, kalau Lala rajin, tidak nakal, dan menurut sama ibu, pasti ibu antar,”

“Baiklah, Lala janji akan rajin belajar dan tidak nakal.”

Setelah itu Lala tertidur nyenyak dengan senyum lebar.


*****
Sudah beberapa hari sejak ibu berjanji akan mengajak Lala jalan-jalan ke Negeri Dongeng. Tapi, sang ibu belum memenuhinya juga. Padahal Lala sangat ingin. Dia merengek pada ibunya.

“Maaf, ya, Sayang. Ibu belum bisa mengantarmu,” ucap ibunya sungguh bersalah. Lala hanya diam dan memilih pergi ke kamarnya.

Lala duduk dengan kesal, merasa ibunya sangat jahat dan tidak menyayanginya. Dia sungguh ingin ke sana. Tapi ibunya tak juga mengantarnya.
“Ibu, kenapa, sih. Padahal sudah berjanji.”

Dilihatnya buku bergambar yang menceritakan tentang Negeri Dongeng. Rasa penasaran Lala semakin besar.

Tiba-tiba sebuah cahaya keluar dari buku bergambar yang dibawa Lala. Dilepasnnya buku itu, dan dia mundur ke belakang. Seorang peri cantik mucul dan mengulurkan tangan pada Lala.

“Si-apa ka-mu?” tanya Lala terputus-putus.

“Aku peri hujan, Manis. Kau mau ikut aku ke negeriku?” peri itu tersenyum.

Tanpa banyak berpikir, Lala langsung setuju. Dia menerima uluran tangan Peri Hujan, dengan senang hati.

Sampailah Lala di Negeri Dongeng yang sangat cantik. Banyak bunga dan buah tumbuh di sana. Di mana mata memandang isinya penuh dengan tanaman cantik dan buah-buahan yang membuat Lala tersenyum bahagia.

“Cantik sekali, Peri,” ucap Lala takjub.

“Oh, iya, namaku siapa gadis manis? Aku akan menunjukkan sesuatu yang lebih bagus dari ini. Nanti akan aku ajak kesuatau tempat juga.”
“Namaku, Lala, Peri.”

Dengan kekuatan Peri Hujan. Lala diajak mengelilingi Negara Dongeng dengan terbang tinggi. Selain banyak bunga yang tumbuh dengan indah, juga ada rumah permen yang begitu besar.

“Nanti, aku ajak ke sana juga,” peri hujan sepertinya bisa membaca pikiran Lala, ketika melihat Lala yang terus memperhatikan rumah permen.
“Asyik, benarkah?” Lala senang sekali.

“Nah, kita sampai,” peri hujan menurunkan Lala, di sebuah rumah kecil yang agak jauh dari istana.

“Ini, di mana, Peri?” tanya Lala bingung.

“Masuklah! Nanti aku akan mengenalkanmu pada seseorang.”

Lala menurut, tapi di dalam dia tidak bertemu siapa-siapa hanya seekor kodok yang ada di sana.

“Halo, aku Malvian,” kodok itu bersuara. Lala terkejut melihat kodok yang bisa berbicara.

Peri hujan tersenyum. “Jangan takut Lala, dia itu pangeran kodok.”

“Tapi, kenapa dia menjadi katak,” Lala bingung.

Sang katak mulai bercerita tentang kisahnya. Dulu dia adalah pangeran tampan yang sangat suka hujan, dia ingin bermain ketika hujan turun bersama teman-temannya. Tapi, sang ibu melarang karena takut pangeran akan terbawa arus ketika BANJIR datang.

Pangeran marah pada ibunya dan diam-diam Pangeran Malvian bermain hujan. Dia melanggar perintah ibunya, sehingga dia terbawa arus. Lalu bertemu penyihir jahat yang merubah dia menjadi katak.

Lala terdiam. Dia jadi ingat dengan ibunya. Tadi diakan marah pada sang ibu, karena tidak mau mengantarnya ke Negeri Dongeng.

“Peri Hujan, aku mau pulang,” ucap Lala. Tiba-tiba dia merasa rindu pada ibunya dan ingin segera minta maaf.

Peri hujan tersenyum. Begitu juga pangeran kodok.

“Pangeran, aku pulang dulu. Semoga kau cepat sembuh, ya,” ucap Lala dengan telus. Ajaib sekali kodok itu sekarang sudah berubah menjadi seperti semula.

Pangeran berucap terima kasih pada Lala yang memiliki hati yang tulus. Lalu bersama peri hujan, mereka mengantarkan Lala pulang.

****
“Ibu, maafkan, Lala!” teriak Lala. Dia memeluk ibunya erat. Dia merasa bersalah telah membenci ibu dan pergi tanpa izin ibu.

“Ibu, selalu memaafkan kamu, Sayang, maaf kan ibu juga ya, selalu sibuk dan tidak bisa menemani kamu,” sang ibu tersenyum.

Lala mengangguk. “Tidak apa-apa, Bu. Lala tadi sudah pergi ke Negeri Dongeng kok dengan peri hujan. Aku juga bertemu dengan pangeran kodok,”
“Benarkah?”

Lala mengangguk lagi, diperlihatkannya buku bergambar yang ada gambar peri hujan, dan pangeran kodok yang tersenyum lebar. Digambar pangeran kodok sudah berubah menjadi Pangeran Malvian.

Sang ibu sungguh kaget dibuatnya.

Di sisi lain, nampak peri hujan dan Pangeran Malvin tersenyum melihat Lala yang sudah baikan dengan ibunya. Mereka mengacungkan jempol. Lala tersenyum melihatnya.

--The End--- Srobyong, 29 November 2014

No comments:

Post a Comment