Tuesday 2 December 2014

[Dongeng] Lucia, Peri Gigi dan Dua Kurcaci

By Kazuhana El Ratna Mida




            Lucia dengan semangat menghabiskan kue hadiah dari ibunya, karena mendapat nilai tertinggi ketika menggambar di sekolah. Gadis kecil itu memang sangat suka dengan segala jenis kue dan makanan manis. Setiap hari, dia selalu meminta ibunya untuk membelikan banyak kue.


             Lucia menghabiskan semua kue hingga tidak bersisa.


            “Ibu kuenya sudah habis,” lapor Lucia pada sang ibu yang sedang asyik membaca buku di sisinya.


            “Besok, ibu belikan lagi, ya,” ucap sang ibu lembut.


            “Asyik!” teriak Lucia senang.


            “Sekarang, Lucia pergi sikat gigi, lalu tidur, ya,” ucap Ibunya.


            “Lucia tidak mau sikat gigi, Bu. Lucia langsung tidur saja, ya,” pinta Lucia.


            Sang ibu menggelang. “Kamu harus sikat gigi, Lucia. Biar gigi kamu sehat. Ayo. Kalau tidak mau sikat gigi, besok ibu tidak mau membelikan kue lagi,”


            Lucia luluh dengan rayuan ibunya, dia akhirnya memilih sikat gigi dan kemudian tidur.


*****


            Betapa Lucia kaget ketika, dia bangun dan berada dengan banyak kue yang begitu enak disekelilingnya. Meski dia tidak tahu di mana sekarang, Lucia sangat senang. Dia berjalan hati-hati mencari tahu apakah ada orang lain di sini.


            “Kamu siapa?” tanya Lucia ketika melihat ada dua kurcaci yang sedang membuat adonan kue.


            “Kami, pemilik rumah ini, gadis kecil,” ucap salah seorang kurcaci yang bernama Logos.


            “Namaku Lucia. Ini di mana?” tanya Lucia lagi.


            “Ini Negeri Awan, Lucia. Negeri kurcaci dan peri, kamu bebas bermain dan menikmati kue yang berada di sini,” kurcaci satunya lagi yang bernama Mola menjelaskan.


            “Jadi aku boleh memakan kue-kui itu?” Lucia menunjuk pada kue yang berjejer di ruangan sebelah.


            “Iya, Lucia. Selamat datang di Negeri Awan,” ucap Mola dan Logos dengan tersenyum.


            Lucia senang sekali. Segera dia memakan kue dengan lahap. Banyak aneka kue yang menarik yang tidak ada di bumi.


            “Ini enak sekali,” Lucia mengambil kue berwarna biru mirip awan yang sangat besar.


            Setelah kenyang, Lucia pergi tidur di kamar yang sudah disiapkan dua kurcaci tadi. Tempat ini sungguh menyenangkan. Tidak hanya Lucia tapi juga banyak anak kecil yang menginap di sini.


            Lucia tersenyum. Di sini tidak ada ibu, jadi dia bisa tidur tanpa harus sikat gigi dulu. Lucia paling malas sikat gigi jika tidak di paksa ibunya. Kalau sikat gigi rasa kue yang tadi di makan bisa hilang dan  dengan busa yang muncul di mulut.


            ****


            Esok harinya ketika bangun. Lucia menangis keras. Dia merasa giginya sakit sekali. Dia memegang kedua pipinya menahan sakit. Dia jadi tidak tertarik untuk makan kue meski sebenarnya dia ingin.


            “Ibu, gigiku, sakit,” ucap Lucia dengan menangis. Lucia bingung bagaimana dia harus kembali dan meminta tolong pada ibunya.


            “Kamu kenapa, adik manis?” tanya  seorang peri yang tiba-tiba mucul di depan Lucia.


           “Gigiku, sakit sekali. Kamu  siapa?” tanya Lucia karena merasa tidak pernah melihat wanita cantik di depannya.


            “Aku Peri gigi. Namamu siapa gadi manis?” tanyanya dengan tersenyum.


            “Aku Lucia, Ibu Peri. Gigiku sakit. Kamu bisa membantuku?” Lucia masih menangis.


            “Mendekatlah padaku!” perintah Peri Gigi.


            Lucia berjalan mendekati peri gigi, masih dengan memegang ke dua pipinya. Peri gigi meminta Lucia untuk membuka mulutnya. Lalu sang peri membersihakan gigi Lucia yang berlubang, yang menimbulkan sakit.


            Lucia menangis kencang, namun kemudian dia sadar rasa sakitnya telah hilang.


            “Terima kasih, Peri Gigi. Gigiku sudah sembuh. Aku bisa makan kue lagi,” ucap Lucia senang.


            “Sama-sama Lucia. Tapi setelah makan kue jangan lupa sikat gigi, ya? Biar gigi kamu sehat tidak mudah di serang kuman,” ucap peri gigi.


          “Kamu tahu, makanan manis itu bisa membuat gigi berlubang, jika tidak dirawat dengan  baik bisa sakit gigi. Dan kalau sudah parah gigimu bisa dicabut,”peri gigi menjelaskan.


            Lucia mengangguk. Dia jadi teringat pesan ibunya untuk selalu sikat gigi setelah makan-makanan manis dan sebelum tidur.


            Dia sadar telah salah karena telah melupakan nasihat ibunya. Jadi giginya sakit, tadi.


            *****


            “Lucia, Sayang. Bangun yuk. Sudah jam enam, nanti ke sekolah,’kan?”


            Lucia membuka mata melihat ibunya yang duduk di sisi kasurnya. Lucia langsung memeluk ibunya.


            “Ibu, maafin Lucia, ya. Selama ini malas sikat gigi. Suka kabur dan marah jika di paksa,” Lucia merasa bersalah.


“Lucia, janji mulai sekarang akan rajin sikat gigi,” Lucia tersenyum.



            Ibunya bingung mendengar ucapan Lucia yang tiba-tiba. Tapi ibu Lucia tetap mendengarkan semua ucapan Lucia.


 Lalu Lucia bercerita tentang Negeri Awan yang penuh kue. Dia makan dengan senang. Dan bertemu dua kurcaci logos dan Mola. Juga bertemu peri gigi yang baik hati.


            “Putri ibu, mimpi indah, ya.”

Lucia bingung apakah ini memang sungguh benar mimpi? tapi kenapa dia menemukan ada bekas sayap peri gigi yang jatuh di kasurnya.



           Lucia ingat, dia merogoh saku baju tidurnya. Oleh-oleh dari peri kecil dan dua kurcaci masih di simpannya. kalau kue itu ada berarti bukan mimpi.

"kenapa diam, Sayang. Ayo, mandi,"

“Ini bukan mimpi, Bu,” Lucia menunjukkan Kue kecil yang memiliki banyak warna, pada ibunya.

"Semoga, lain kali dia bisa ke sana," harapan Lucia sebelum berangkat ke sekolah.



            ---The End---

Srobyong, 28 November 2014.

No comments:

Post a Comment