Tuesday 2 December 2014

[Cerpen] PACAR RAINE


PACAR RAINE




Raine tertegun beberapa saat, ketika melihat ada seseorang yang sedang main basket. Raine segera melihat jam tangannya. Sudah jam setengah empat. Rasanya tumben banget inikan hari senin, bukankah jadwal latihan basket itu hari selasa?

Raine tidak paham, udahlah terserah! Dia langsung ngeloyor begitu saja ninggalin sekolah yang sudah sepi, dia pengen cepat pulang, kalau saja tadi dia tidak dapat tugas untuk menyelesaikan proposal dari sang ketua OSIS, uch! Boro-boro Raine mau pulang sorean kayak gini.

Ya, ini semua demi tugasnya sebagai seorang sekretaris, jadi nyesal kenapa dulu dia mau menerima jabatan ini. Tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur.

“Hoi, tungguin!” teriak seseorang yang membuat langkah Ranie terhenti saking kagetnya. Dia menoleh kearah asal suara.

Wow! Girl! Cakep banget!

Raine benar- benar surprise melihat face dari itu cowok, nggak nguatin, bikin klepek- klepek. Ranie jadi bengong dibuatnya.

“Hai, nama gue Shine,” cowok itu menyadarkan Raine dari kekagetannya.

Dengan agak malu- malu Raine menyambut uluran tangan itu sambil nyebutin namanya.

“Jam segini kok baru cabut?“ tanya Shine.

“ Lu sendiri ngapain main basket sendirian, sampai sore lagi,” balas Raine cuek.

Mereka lalu tergelak bersama. Bukankah nasib mereka sama saja, Uch dasar!

Jadinya , hari itu Raine pulang bareng sama cowok  yang baru dikenalnaya beberapa menit, tapi orangnya lumayan asyik, so Raine jadi tidak bete dibuatnya.

Mereka menelusuri jalan-jalan kecil yang sudah sepi, padahal biasanya, ‘kan banyak banget yang nongkrong. Tapi, untung hari ini tidak ada, kalau ada biasanya selalu godain Raine, dan itu membuat dia risih.

Tidak terasa, ternyata Raine sudah sampai di depan rumah. Wuih! Cepat sekali berjalannya waktu, but cowok itu sepertinya rumah yang dituju masih jauh, jadi sebelum Raine masuk rumah dia mengucapkan terima kasih dulu pada cowok itu.

Cowok itu menanggapinya dengan senyum dan berlalu begitu aja sambil melambaikan tangan pada Raine. Tanpa sadar Raine jadi tesenyum sendiri. Kenapa? Who Knows!

Tiba di rumah Raine langsung rebahan di kasur empuk kesayangannya. Maklum lelah sekali, dia jadi malas melakukan apa-apa, termasuk mandi. Nanti dulu itu yang ada dipikirannya.

Tidak terasa, waktu berlalu dengan cepat, bagaimana tidak , sekarang Raine itu sudah akrab dengan Shine.

Raine jadi suka pulang  agak sore demi menunggu Shine latihan basket, padahal dulu dia selalu ingin cepat-cepat pulang. Tapi, semenjak kedatangan Shine dikehidupan Raine, semua berubah. Kecuali satu sifat cueknya.

 “Sorry, udah lama nunggunya ya!” Shine menghampiri dimana Raine berdiri.

“Nggak juga kok,” jawab Raine tenang.

“Kalau gitu, yuk, ah!” hine langsung menarik tangan Ranie, genggaman tangannya kuat sekali.

Deg!

Jantung Raine langsung kobat kabit, deg-deg-an tidak karuan.

Dalam perjalan pulang, mereka lebih banyak diam, mereka asyik dengan pikiran mereka masing-masing, tidak seperti biasanya yang mengobrol ke sana ke mari tapi nggak jelas yang penting happy.

“Emm …,” Shine sepertinya mau buka mulut.

“Nie!” panggilnya pelan, tapi Raine masih bias menangkapnya.

“Ya, ada apa? “ tanyanya langsung menatap Shine.

Bukan menjawab, Shine malah diam sambil  menatap Raine. Dia jadi salah tinggkah,

“Aku suka kamu,” ucap Shine lancar.

Giliran Raine yang bingung. Dia ditembak? Oleh Shine?

Karena sangat kaget dan merasa bingung, Raine jadi menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

“Mau nggak kamu jadi pacar aku.”

Shine sudah tidak pake gue-elo, tapi aku-kamu.

Gubrakkk!

Shine sungguh to do point.

Raine jadi benar-benar bingung untuk bicara apa, ini pertama kalinya Raine ditembak cowok. Maklumlah, selama ini dia memilih jomblo.

“Gimana kalau gue jawabnya besok,” pinta Raine, dia masih bingung untu menjawabnya, jadi perlu waktu buat berpikir.

Shine hanya mengangguk sambil mengulum senyum yang manis sekali, seperti permen.

Raine menarik nafas lega, akhirnya sampai juga di depan rumah. Rasanya sudah tidak sabar  untuk curhat pada diarynya.

****
Oh My God!

Ternyata tangannya masih digandeng Shine. Raine tidak sadar kalau dari tadi mereka jalan bareng sambil gandengan tangan, kirain sudah dilepasin, jadi malu.

Raine jadi ketawa sendiri pas mengingat kejadian itu, dia langung menutup muknya dengan bantal. Malu plus senang! Campur aduk,  tidak menentu.

Entah sejak kapan ya ada perasaan suka di antara mereka, tidak jelas, semua mengalir bergitu saja.

Sampai saat itu datang. Yup! Shine menembak Raine dan besoknya Raine mengiyakan nya. Senang, akhirnya dua hati manusia telah menyatu.

BRUKKK!

“Aduh sakit!” teriak Raine sambil berusaha berdiri dari tempat di mana dia jatuh.

Olala! Gara-gara masih kepikiran Shine dia jadi jatuh bangun.

Ketika Raine datang, ternyata kelas masih sepi. Tumben, ini dimanfaatkan Raine untuk mencari Shine. Cowok itu bilang dia di kelas XII Ipa. Jadi, Raine segera ke sana, tapi dia tidak menemukan batang hidung Shine.

Mungkin belum datang, akhirnya dia kembali ke kelas tanpa membawa hasil.

“Wah, Raine senyum-senyum sendiri, hayoo lagi ngelamunin siapa?” April mengangetkan Raine.

“Eh, elo Pril. Dasar ngagetin orang aja,” Raine melotot.

“Ya maaf, habis elo senyum-senyum sendiri, ‘kan? Jadi penasaran. Udah gila ya?” ucap April sambil memegang dahi Raine.

Raine langsung menepisnya. Enak saja dibilang gila.

“Siapa yang gila?” Raine berucap.

“Jangan marah dong say, just kidding ok!” tawa April renyah.

Raine tidak begitu merhatikan ucapan sahabatnya, dia malah celingak-celinguk ke sana ke mari. Pasti lagi mencari Shine.

Raine langsung senyum-senyum sendiri, melihat Shien yang melambai padanya.

“Hoi! Lagi lihat siapa sih, bagi dong,”  April ikut celingak-celinguk, tapi kasihan dia tidak sempat  melihat Shine. Lagi pula mereka belum kenal, tidak mungkin tahu.

“Mau tahu aja,” jawab Raine ngegemesin.

“Ya, nggak setia kawan banget sih, lo” protes april.

“Biarin, dari pada elo embat,” jawab Raine cuek dan sekenanya.

“Hah! Apa elo bilang? Jangan-jangan yang tadi elo lihat itu cowok elo ya?, mana- mana beritahu, sumpah gue bukan bukan pagar akan tanaman.”

Rainee malah ketawa ngakak melihat ulah sahabatnya yang berlebihan. April jadi manyun deh. Raine makin tidak kuat menahan tawanya.

“Sejak kapan elo jadian? Sama siapa? Kok nggak pernah cerita sih,”  April merenggek ingin tahu dan bertanya bertubi-tubi.

Raine malah tertawa penuh arti dan bikin April makin penasaran, pasti usilnya udah kumat. Tapi, melihat wajah April yang udah segitunya, Raine jadi tidak tega dan terbukalah semua rahasia yang ada.

Akhir-akhir ini, Raine marerasa ada banyak orang di sekolah yang membicarakannya, sambil memandang yang rada aneh gitu deh.
Semua melihat Ranie dengan tatapan aneh. Bodoh Amat !

Raine tidak peduli, tidak ada gunanya. mungkin mereka iri melihat Reina berpasangan dengan Shine. Ketua tim basket.
****
 “Shine, jadi nggak kita nonton? tanya Raine mengingatkan.

“Sip semua sudah beres,” ucap Shine sambil memperlihatkan dua tiket ditangannya. Raine melonjak kegirangan. Senyum mengembang di wajahnya.

Enak sekali punya cowok seperti Shine, itu menurut pengakuan Raine, katanya Shine itu orangnya care.  Satu sifat yang nggak jauh beda sama persis dengan Raine ya, sama- sama cuek.

Ah!  Malam ini pasti akan  menjadi malam terindah. Raine dan Shine asik berkencan.

Ternyata waktunya singkat banget, padahal baru saja. Ternyata sudah selesai filmnya dan harus segera pulang.

Tapi tiadak apa-apa. Lagian besok masih bisa bertemu. Dan ini juga mau dianterin Shine pulang.

 “See you tomorrow, bye,” ucap Raine ketika  dianterin  Shine untuk masuk k erumah.

“See you, good night and have a nice dream,” gantian Shine yang ngomong.

****
Hari ini bener- benar hari yang teramat bahagia dan menyenangkan  buat Raine.

Dalam tidurnya aja sampai masih terbanyang-bayang terus dengan Shine, tidak peduli itu senyum,  suara ,pokoknya semuanya.

Music mengalun menemani kegembiraan Ranie, musik itu mengalun lancar  sampai si empunya tidur.

 Padahal, ‘kan baru memejamkan mata, tapi sinar mentari pagi sudah unjuk gigi dan menyilaukan mata. Mau nggak mau Raine bangun dan bersiap untuk sekolah.

Keluar dari rumah Raine dikagetkan dengan keberadaan Shine yang sudah di pintu pagar rumahnya.

Raine dan Shine segera berangkat, takutnya terlambat dan mendapat hukuman.

Sampai di sekolah Raine tidak melihat batang hidung April. Dia akhir- akhir ini sering menghilang. Padahal sudah Raine bela belain membawa Shine langsung untuk di kenalkan padanya.

Lama menunggu, April tak juga muncul, akhirnya Raine dan Shine pergi ke taman sekolah yang agak sepi. Siapa tahu April ada di sana.

“Shine nggak ap-apa, ‘kan?  Nemenin gue buat nyari April.”

“Nggak apa-apa tenang aja,” ucap Shine sambil tersenyum.

“Rai! Hai!  elo bicara sama siapa?” tanya April yang tiba- tiba sudah ada di dekat Raine.

“Pril! Ini, Shine, di samping gue, katanya elo mau kenalan?” jelas Raine.

“Mana? Nggak ada seseorang di samping elo Raine, jangan ngigau deh,” April berusaha melihat.

Kenapa? Kenapa April tak melihatnya, jelas-jelas Shine ada di samping Raine. Dia kebingungan.

EPILOG

Raine baru tahu kalau Shine adalah ghost, tidak mungkin, bagaimana bisa?dia tidak menyangka sekali. Dia memang siswa di sini dan di kelas XII Ipa, tapi dia sudah pergi untuk selamanya gara-gara kecelakaan satu tahun yang lalu ketika dia akan mengikuti turnamen basket. Raine yang anak pindahan tentu tidak tahu dengan cerita itu, memang katanya Shine masih sering muncul di sekolah dan berlatih basket sendiri,
Jadi selama ini, Raine jalan dan jadian sama hantu, jikan ingat Raine jadi merinding sendiri, karena ngeri dan tidak habis pikir.



Diedit : Srobyong, 30 November 2014

No comments:

Post a Comment