Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 13 Mei 2018
Judul :
Seberapa Capek Jadi Orangtua dan Cerita Lainnya
Penulis :
Niken Purwani, dkk
Penerbit :
Lingkarantarnusa
Cetakan :
Pertama, Juni 2017
Tebal :
x + 214 halaman
ISBN :
978-602-6688-01-9
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Sering kita mendengar bahwa menjadi orangtua itu
sebuah tantangan berat. Kita dituntut
mengetahui berbagai pengetahuan tentang bagaimana cara mengasuh anak yang
baik. Kita akan dibuat repot dengan
berbagai keperluan anak, dari memberi ASI, menganti popok hingga masalah urusan
bersih-bersih. Selain itu orangtua juga
harus menjadi madrasah pertama bagi anak. Di mana kita dituntut pintar dalam mendidik karakter anak,
memberi teladan yang baik, agar kita tidak salah dalam memberi contoh.
Tantang selanjutnya adalah stok kesabaran yang harus
kita siapkan ketika menghadapi pertumbuhan anak. Melihat anak tumbuh kembang
dengan segala keaktifan dan kreativitas yang mereka miliki. Bagaimana cara kita
menjelaskan berbagai persoalan yang
kadang sulit dimengerti anak, dengan sususan bahasa yang mudah dicerna,
atau tentang bagaimana menanggapi rasa ingin tahu anak yang begitu tinggi. Suka
duka menjadi orangtua, meski memang kadang membuat kita lelah, namun dari sana
juga, kita juga belajar arti kehidupan dan belajar menjadi sosok yang lebih
sabar dan kreatif.
Buku ini terdiri dari
25 kisah nyata tentang suka duka yang dialami para ibu—orangtua dalam mendidik
dan mengasuh anak. Sebuah buku yang mengajak kita memahami tentang suka duka
menjadi seorang ibu atau orangtua. Bahwa
sesungguhnya peran kita menjadi orangtua secara tidak sadar, selain membimbing
dan merawata anak, kita juga belajar menjadi pribadi baru yang lebih peka,
peduli dan penuh kesabaran.
Sebut saja kisah berjudul “Seberapa Capek Jadi Orangtua?” yang ditulis oleh Dian
Nofitasari. Dia mengisahkan, meski dia harus lelah dan capek ketika kita menjadi
orangtua—di mana dia harus siap melakukan berbagai hal, dari menemani anak
bermain, memasak, mencuci baju, membersikan rumah, dan banyak pekerjaan lain
yang harus dilakukan. Akan tetapi semua pekerjaan itu tidak pernah membuatnya
capek atau mengeluh, Karena semua yang dia lakukan adalah demi anak-anak
tercinta. Meski kadang dia sempat mengeluh, hal itu tidak akan berlangsung
lama, karena keberadaan anak adalah sumber energi positif dan motivasi orangtua
untuk terus berjuan (hal 4).
Ada pula kisah berjudul “Punya Anak
= Tak Punya Waktu?” karya Vira Luthfia Annisa. Dia memaparkan meski waktunya terpakai cukup
banyak dalam urusan merawat anak, nyatanya Annisa mampu menikmatinya. Baginya
punya waktu atau tidak adalah bagaimana cara kita memanage waktu itu
sendiri. Apalagi kebersamaan dengan anak
yang sedang mengalami fase tumbuh kembang, adalah masa-masa terindah. Karena di
sana tersimpan kelucuan, keluguan yang tidak akan ditemukan ketika anak sudah
tumbuh dewasa (hal 68).
Tidak kalah menarik ada kisah
berjudul “Dua Sisi yang Berbeda” karya Niken Purwani. Sadar atau tidak sebagai
orangtua kita sering memaksakan kehendak pada anak. Kita sering meminta anak
mengikut hal yang kita sukai. Begitu pula yang dilakukan Niken kepada putrinya.
Dia mendidik Aisha untuk menyukai Bahasa Inggris—yang merupakan basic Niken.
Namun siapa sangka Aisha ternyata lebih menyukai Bahasa Arab. Di sinilah
orangtua harus belajar menghargai apa yang disukai anak, dengan tidak
memaksakan kehendak. Orangtua harus memberi kesempatan anak untuk berkembang
(hal 201).
Selain tiga kisah tersebut, masih
banyak kisah-kisah lainnya yang tidak kalah menarik. Semua memiliki keunikan
masing-masing, yang mampu membuat kita ikut terawa dan terhanyut dengan
kisah-kisah yang termaktub di sini. Di sini kita diajarkan untuk menjadi
pribadi yang lebih sabar dalam merawat dan mendidik anak.
Hanya saja dalam buku ini masih
saya temukan beberapa kesalahan tulis, serta font penulisan judulnya
kurang menarik karena membuat kita kesulitan dalam membaca. Namun lepas dari
beberapa kekurangannya buku ini cukup menghibur dan banyak memberi wawasan
tentang pengalaman menjadi orangtua dan suka duka yang pernah dialami para
penulis.
Srobyong, 20 April 2018
No comments:
Post a Comment