Wednesday, 20 June 2018

[CERNAK] Baju Lebaran buat Putri

Dimuat di Lampung Post, Minggu 10 Juni 2018


*Ratnani Latifah

        Malam hari setelah pulang dari tarawih, Sari mendekati ibunya yang sedang asyik membaca buku, di ruang keluarga.

            “Bu, belikan baju baru, lagi, ya,” rengek Sari.

            “Lagi ...?” ibunya meletakkan buku dan menatap Sari.

            “Iya, kan kemarin baru dibelikan satu. Teman-teman Sari punya baju baru banyak,” cerita Sari.
            “Ratih punya tiga baju baru, Sisil juga punya tiga. Luna punya dua. Masak ... Sari hanya punya satu, kan malu, Bu.” Sari menjelaskan panjang lebar.

            “Belikan, ya, Bu. Ya ... ya,” Sari terus memohon.

            “Kalau punya beberapa baju baru, kan bisa buat gonta-ganti, Bu.”

            “Coba ibu bayangkan ... masak, Sari harus memaki baju satu itu terus menerus. Ke rumah Nenek dan Bude pakai baju itu. Besoknya ke rumah Eyang masih baju itu.” Sari menggeleng-gelengkan kepala.

            “Sari nggak mau, ah. Malu.” Ucapnya lagi.

            “Kan, kamu masih ada baju lama, Sayang. Bisa dibuat gantian.” Ibunya menjelaskan.

            “Misalnya hari pertama kamu pakai baju baru, untuk ke rumah nenek dan Bude. Esok harinya bisa memakai baju lebaran kemarin.”

            “Tapi itu baju lama, Bu. Masak lebaran tidak memakai baju baru.” Sari masih ngotot.

            “Kalau ibu tidak mau membelikan baju baru, Sari nggak mau puasa lagi. Bukankah, ibu berjanji kalau Sari puasa tanpa bolong akan mengabulkan keinginan Sari?” Sari mengerucutkan bibirnya.

            Sang ibu pun akhirnya mengalah. Karena memang pernah menjanjikan. Dan selama ini Sari belum pernah bolong puasa. Dia selalu puasa sampai Maghrib.

            Keesokan harinya, yang bertepatan dengan hari Minggu, Sari pergi dengan ibunya ke swalayan untuk membeli baju baru. Sekalian  membeli persiapan lebaran lainnya.  Di sana tanpa sengaja, Sari bertemu dengan Putri, teman satu kelasnya dan sang ibu yang sedang berbelanja juga. Di sana Sari melihat, kalau Putri tidak ribut meminta baju baru. Putri hanya mengikuti ibunya, membantu mengambil barang-barang yang diperlukan.

            Diam-diam Sari penasaran dengan sikap temannya itu. Dia jadi teringat, kalau di sekolah, ketika teman-temannya membicarakan baju baru, Putri sama sekali tidak ikut bicara. Putri lebih suka duduk sambil membaca buku pelajaran, atau buku cerita yang dipinjam dari perpustakaan.

            Karena penasaran, keesokan harinya saat di sekolah, Sari mendekati Putri. Temannya itu seperti biasanya selalu fokus pada buku.

“Put, kemarin kamu ke swalayan tidak beli baju baru, ya?”

            “Iya, Sar.  Aku hanya menemani ibu belanja,” jelas Putri sambil tersenyum.

            “Lagi pula, baju lebaran tahun lalu, masih bagus dan bisa dipakai lagi,” lanjut Putri.

            “Kamu bener nggak ingin baju baru?” Sari kaget.

            “Pengen sih, tapi aku tahu, ibu belum punya uang untuk membeli baju baru saat ini,  jadi aku tidak berani minta.” Ucap Putri  sambil terseyum tersenyum.

            “Kan hanya satu tahu sekali, Put, buat beli baju lebaran baru.  Apa ibu kamu tidak menjanjikan dibelikan baju baru jika bisa puasa 30 hari penuh?” Sari bertanya lagi.

            Putri pun langsung menggeleng. “Memang hanya satu tahun sekali, Sar. Tapi kata ibu, merayakan idul fitri tidak harus memiliki baju baru, yang penting hati baru untuk saling memaafkan.”

“Dan  ibu selalu mengajarkan padaku, agar puasa dengan ikhlas karena Allah, bukan karena akan dapat hadiah atau alasan lainnya.”

             Mendengar jawaban Putri, tiba-tiba Sari merasa sangat malu. Selama ini dia berpuasa belum ikhlas karena Allah. Dia puasa karena ibunya menjanjikan hadiah, dibelikan baju dan sandal baru.  Selain itu selama ini dia juga tidak pernah bersyukur dengan nikmat yang diberikan padanya.  Sari selalu iri dengan milik orang lain.  Dia merasa belum puas dengan apa yang dimiliki.

            Tiba-tiba Sari memiliki ide bagus. Ketika pulang sekolah, dia segera menemui ibunya. Dia membisikkan sesuatu.

        “Kamu yakin, Sayang?” tanya ibunya agak bingung.  Entah kenapa tiba-tiba putri kesayangannya itu berubah. Padahal kemarin Sari memaksa sekali untuk dibelikan baju baru.

            “Yakin, Bu. Kan kata ibu, baju Sari masih banyak.  Masih bagus dan bisa dipakai lagi. Memberi satu ke teman yang membutuhkan tidak apa-apa, Kan? Kata Pak Guru,  sedekah membawa banyak berkah.” Sari tersenyum.

              Mendengar cerita Putri, Sari jadi ingin menghadiahkan satu baju baru miliknya agar dipakai Putri. Lagi pula ukuran tubuh mereka sama, pasti sangat pas.  Itu yang tadi dipikirkan Sari.

            “Tentu saja boleh, Sayang. Ibu bangga sama kamu.” Sang ibu memeluk Sari.  

            “Kalau begitu, aku pamit dulu, ya, Bu. Mau mangantarkan baju ke rumah Putri.”  Sari mencium punggung tangan ibunya dan mengucapkan salam. Nanti dia juga mau berterima kasih pada Putri yang sudah mengingatkannya, tentang pentingnya arti bersyukur dan beribadah dengan ikhlas.

            Srobyong, 12 Juni 2017

4 comments:

  1. ceritanya bagus buat anak-anak nih. Sari bakal jadi panutan buat anak yang lain atau pembaca.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir baca Mbak, semoga suka dan bermanfaat :)

      Delete
  2. Baguuus ceritanya mba :). Aku mau ceritain ulang ke anak2ku, biar bisa jd pelajaran juga untuk mereka agar mau berbagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mbak sudah mampir membaca. Monggo Mbak, saya senang jika cerita ini bisa bermanfaat :)

      Delete