Dimuat di Radar Mojokerto, Minggu 24 Juni 2018
Judul : Carisa dan Kiana
Penulis : Nisa Rahmah
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, April 2017
Tebal : 208 halaman
ISBN : 978-602-03-3957-3
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Masalah akan selalu ada dalam hidup ini. Karena itu
adalah bumbu kehidupan. Tinggal bagaimana kita menyikapi. “Setiap orang punya masalah. Cara
menyelesaikan masalah adalah dengan menghadapinya, bukan dengan menghindarinya
lalu memutuskan untuk mengakhiri nyawa.” (hal 135).
Diambil dari Gramedia Writing Project, novel
perdana Nisa Rahmah ini menarik dan sangat menghibur. Penulis dengan lues
membuat pembaca penasaran dengan kisahnya, hingga sukses menggiring pembaca
untuk menamatkan buku ini. Menceritakan
tentang dua tokoh—Carisa dan Kiana yang ternyata memiliki hubungan lebih dari
yang mereka duga. Sebuah kenyataan yang tidak pernah mereka pikirkan
sebelumnya, membuat mereka marah, takut dan bahkan tidak terima.
Carisa adalah gadis yang pintar berorganisasi, yang
diam-diam memiliki bakat bermusik serta memiliki kisah kelam tentang keluarga
yang selama ini dia simpan sendiri. Dia memiliki sahabat bernama Rama. Kiana
adalah siswa yang jago sains, yang bersahabat dengan Stella—si cewek pupuler, dan sangat menyayangi papanya.
Kehidupan mereka awalnya berjalan seperti
biasa—lancar dan tenteram. Sampai sebuah kejadian merubah kisah hidup
mereka. Kala itu di SMA Pelita Bangsa
sedang ada perebutan jabatan ketua OSIS antara Rico dan Rama. Carisa adalah tim
sukses Rama. Dia berusaha kerasa agar sahabatnya itu berhasil jadi ketua OSIS.
Namun siapa sangka, Stella—yang merupakan pacar dan tim sukses Rico melakukan
tindakan yang membuat Carisa marah besar—dia menyebarkan gosip tentang
kedekatan antara Carisa dan Rama (hal 30).
Carisa yang memang memiliki sikap sedikit
temperamen, langsung mencari Stella. Sayangnya di sana dia tak menemukan gadis
tersebut. Kemarahan Carisa tanpa sadar dialihkan pada Kiana, sahabat Stella,
yang berakhir panggilan dari BK—baik itu untuk Carisa, Kiana dan orangtua
mereka.
Di sinilah sebuah rahasia lama terkuak. Tentang
siapa jati diri Carisa dan hubungan apa yang dimilikinya dengan ayah Kiana. Siapa
sangka mereka adalah saudara satu ayah. Itulah kenyataan yang cukup mengejutkan
bagi Carisa dan Kiana. Dan mereka belum belum bisa menerima kenyataan itu.
Apalagi bagi Carisa semua begitu tiba-tiba. Sejak
kecil dia sudah merasa, kalau dirinya adalah anak yang tidak diinginkan. Ibunya
lebih serius dengan karirnya daripada memerhatikannya. Dia hampir jadi korban
seksual dari ayah tirinya. Dan kini tiba-tiba muncul orang yang mengaku
ayahnya?
Dan bagi Kiana, kenyataan ayahnya pernah melakukan
setitik noda di masa lalu, cukup membuatnya syok. Dia tidak menyangka orang
yang sangat dia sayangi dan hormati, tega melakukan hal seperti itu.
Masalah lainnya adalah keduanya ternyata menyukai
cowok yang sama—Rama. Inilah salah satu alasan yang semakin membuat Carisa dan
Kiana belum bisa berdamai dengan keadaan. Carisa lalu menyalurkan kekesalannya
lewat musik. Bersama Rico mereka membuat
proyek bersama. Sedang Kiana lebih
banyak menghabiskan waktu dengan Rama.
“Orang yang berpikir bunuh diri itu sama aja dengan
pengecut. Menganggap kehidupan setelah kematian seolah nggak ada. Menganggap
dengan lari dari masalah yang ada di dunia lantas segala sesuatunya jadi
selesai.” (hal 134).
Khas gaya remaja, novel ini membuat saya ikut
merasakan apa yang dialami Carisa. Tentang beratnya berbagai masalah yang harus
dihadapi olehnya yang masih berseragam abu-abu, juga berbagai ketakutan dan
kebingungan yang selama ini menghantui hidupnya. Hebatnya Carisa ini tipe yang kuat dan tahan
banting, meski dia sempat down juga.
Secara keseluruhan, novel ini rekomendasi untuk
dibaca. Meski dari segi penokohan, saya merasa penulis lebih banyak
mengeksplore tentang Carisa dibanding Kiana, jadi berasa kurang imbang,
mengingat novel ini mengkisahkan keduanya. Namun lepas dari beberapa kekurangan
yang ada, hal itu tidak menutupi keseruan novel ini.
Membaca novel ini, saya belajar tentang arti
pentingnya seorang keluarga. Selain itu dalam menghadapi berbagai masalah, kita
tidak boleh mudah menyerah pada keadaan. Hadapi dan cari solusi, jika gagal,
maka bisa diperbaiki lagi. Karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
“Tidak ada yang namanya gagal kalau mereka terus
belajar dan memperbaiki diri setelah melakukan kesalahan.”
(hal 185).
Srobyong, 11 Maret 2018
No comments:
Post a Comment