Dimuat di Analisa Medan, Jumat 29 Juni 2018
Judul : Khulafaur Rasyidin
Penulis : Yoli Hemdi, Gita Mutia, Umi
Sholehah
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, November 2017
Tebal : X + 240 halaman
ISBN : 978-602-03-7821-3
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Setiap kamu
adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang
dipimpinnya.” Artinya setiap seorang muslim adalah
pemimpin. Akan tetapi tidak semua orang bisa menjadi pemimpin sejati. Untuk itulah kita perlu keteladanan dari para pemimpin terpilih. Di antaranya
adalah empat sahabat Nabi Muhammad yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai
Khulafaur Rasyidin atau para pemimpin cerdas yang mendapatkan bimbingan dari
Tuhan. Merekalah generasi emas dari sahabat Nabi (hal v).
Abu Bakar adalah khalifah yang mengokohkan pondasi
negara. Sebagaimana kita ketahui, Abu Bakar termasuk orang yang pertama masuk
Islam. Ketika tidak ada yang mempercayai risalah Nabi, Abu Bakar dengan penuh
keyakinan berada di barisan Nabi. Dia juga orang pertama yang membenarkan
peristiwa Israk Mikraj. Oleh sebab itu Abu Bakar kemudian mendapat gelar
ash-Shidiq yang artinya benar atau orang yang membenarkan. Dia juga rela
berkoban nyawa dan menginfakkan harta bendanya untuk dakwah Islam.
Setelah Nabi Muhammad Saw meninggal dunia
orang-orang menjadi bingung siapa yang akan menjadi penggantinya sebagai
pemimpin. Kebingungan yang terjadi ini hampir memecah belah umat Islam. Kaum
Anshar yang merasa telah banyak membantu perjuangan Islam, merasa lebih pantas
dipilih sebagai pemimpin. Ada pula yang berpendapat bahwa kaum Muhajirin, lebih
berhak menggantikan Nabi, karena mereka merupakan orang yang pertama kali
menerima Islam. Beruntung ada Abu Bakar yang mencoba melerai perdebatan itu.
Dia mengingatkan supaya orang-orang lebih mementingkan keimanan kepada Allah
dan jangan memperebutkan kekuasaan.
Abu Bakar berpendapat, lebih baik antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin saling bekerja sama dalam pemerintahan karena sama-sama
orang muslim (hal 17). Melihat sikap arif Abu Bakar, akhirnya masyarakat
memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama.
Dalam masa kepemimpinannya Abu Bakar berusaha meneruskan apa yang sudah
dimulai Rasulullah. Misalnya adalah mengirim Usamah, yang berhasil memukul
mundur pasukan Romawi dan membebaskan wilayah-wilayah yang dikuasai.
Abu Bakar juga berperan banyak dalam menumpas
nabi-nabi palsu, dia juga harus menghadapi orang-orang murtad dan pembangkang
zakat. Abu Bakar juga berjasa
membebaskan Irak dari Persia dan melepaskan Syam dari Romawi. Tidak ketinggalan
dia juga menyelamatkan mushaf Al-Quran dari kemusnahan. Dan sebagai bukti
kekuatan ekonomi, dia mendirikan Baitul Mal sebagai lembaga keuangan negara.
Umar bin Khattab dialah khalifah yang menaklukkan
dunia. Dia memimpin dengan penuh cinta kasih. Umar berhasil menaklukkan dua kerajaan adidaya dunia
—Romawi dan Persia. Dia berhasil menyelamatkan rakyat dari bencana kelaparan
dan wabah penyakit menular dan mematikan. Umar memiliki kecerdasan luar biasa
dalam tata kelola negara. Sehingga dia mampu mengurus negara yang kian luas
terbentang dengan berbagai etnis maupun suku serta banyak masalah berat yang menyertai
(hal 125).
Umar berjasa dalam membuat kalender Islam, yang
memberi kemudahan dalam surat menyurat dalam pemerintahan, Umar juga mendirikan
lembaga-lembaga administrasi negara di berbagai wilayah kekhalifahan, dengan
pengantar bahasa sesuai dengan bahasa rakyat setempat. Serta membuat kantor
pajak, sebagai pemasukan negara.
Usman bin Affan dengan sikap welas asih, berhasil
menjadi pemimpin yang dicintai rakyat. Dialah khalifah yang cinta damai. Sebagai
kepala negara, dia tidak segan mendermakan harta bendanya untuk kepentingan
rakyat. Dia berjasa di bidang kemiliteran, mendirikan angkatan laut Islam. Dia
juga berjasa dalam menyeragamkan dalam membaca Al-Quran dan memperbaiki masjid
Nabawi.
Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang menjaga persatuan. Pada masa
kepemimpinannya banyak pemberontak yang tidak suka dengan kepempimpinan Ali.
Selain itu banyak fitnah yang menyerangkan. Namun begitu, Ali tetap tegar. Dia tetap memimpin dengan
kebijaksanaan yang luar biasa. Ali juga berani melakukan refomasi biokrasi, di
mana dia mementingkan pemilihan pejabat yang berdasarkan kecapakan dan
kesediaan dan berkorban dalam mengurus rakyat (hal 200).
Buku ini sangat mencerahkan dan menambah wawasan
dalam sejarah Islam. Kita diajak mengenal lebih dalam bagaimana kepemimpinan
Khulafaur Rasyidin. Semoga dengan adanya buku ini kita bisa meneladani
kepemimpinan empat sahabat nabi yang sangat inspiratif ini.
Srobyong, 3 Juni 2018
No comments:
Post a Comment