Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 3 Juni 2018
Judul :
Amor Est Poena (Love is Punishment)
Penulis :
Stephanie Budiarta
Penerbit :
Pastel Books
Cetakan :
Pertama, Januari 2018
Tebal :
340 halaman
ISBN :
978-602-6716-17-0
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
“Cinta yang
sesungguhnya itu ikhlas memberi tanpa pernah meminta balasan. Bukan memikirkan
bagaimana cara memiliki seseorang, melainkan bagaimana cara untuk membahagiakan
orang yang berarti bagi kita.” (hal 228).
Persahabatan dan cinta, selalu menarik untuk
dikupas. Meski banyak tema serupa yang ada di pasaran, kedua tema tersebut,
selalu laris dan ditunggu para pembaca. Eksekusi berbeda yang ditawarkan setiap
penulis, membuat para pembaca tetap setiap menunggu kisah yang ditawarkan.
Begitu pula dalam novel ini, dengan keunikan tersendiri novel ini hadir dengan
kisah segar yang menarik untuk diikuti.
Fara bersahabat dengan Willy di masa SMA. Namun
masalahnya, Fara jatuh cinta setengah mati pada Willy, hingga Fara nekat untuk
mengutarakan perasaan. Tapi siapa sangka dengan tega dan bengis, Willy menolak
Fara mentah-mentah. Tidak hanya itu,
Willy juga membuat Fara terluka dengan kata-kata dan sikapnya yang kasar.
Hingga akhirnya persahabatan mereka pun berakhir juga.
Hingga beberapa tahun kemudian, mereka dipertemukan
lagi dalam lingkungan kerja. Meski sempat terkejut, baik Fara atau Willy tetap
berusaha profesional. Mereka mengesampingkan masa lalu dan berusaha bekerja
dengan baik. Lagipula Fara sudah
berjanji pada dirinya sendiri, untuk tidak terjebak kembali pada masa lalunya.
Bersamaan dengan itu, kehidupan Fara semakin
berwarna dengan kehadarian Nando. Laki-laki itu tiba-tiba masuk dalam kehidupan
Fara dengan sejuta usaha untuk menaklukkan hati Fara. Baik dengan cara biasanya,
hingga cara-cara aneh yang bikin lucu, sebal juga deg-deg-an. “Kita jatuh
tanpa alasan, bahkan tanpa rencana. Datang cinta tak pernah ditebak itulah
cinta.” (hal 55).
Di sisi lain, siapa sangka, ketika melihat kedekatan
antara Fara dan Nando, mendadak Willy merasa tidak terima. Dia sebal dan
marah. mendadak Willy ingin memiliki
Fara. Dia bertekad akan mengungkap sebuah rahasia yang membuat dirinya memilih
menyingkirkan Fara di masa lalu. Tapi
bagaimana pendapat Fara sendiri? Siapa yang akhirnya dia pilih? Apakah sosok di
masa lalu yang pernah menyakitinya, atau sosok baru selalu ada untuknya?
“Hidup selalu dihadapkan pada pilihan. Begitu pun
dengan cinta, kelak kau harus memilih dengan siapa hatimu akan berlabuh.”
(hal 122).
Menggunakana gaya bahasa segar dan pop, membuat
kisah ini segar dan mudah dipahami. Lucu dan seru. Kita akan dibuat sebal
dengan sikap Fara yang kadang plin-plan, juga sebal dengan sikap Willy yang sok
menguasai dan egois, serta sikap Nando yang selalu mengalah. Tapi di sinilah keseruannya.
Ada tarik ulur yang membuat kita tidak mau berhenti membaca, sampai tahu siapa
yang akhirnya dipilih Fara.
Meski ada beberapa kesalahan tulis dan salah dalam pemakaian sudut pandang (hal
241), hal itu tidak mengurangi keseruan cerita yang ditawarkan penulis. Secara
keseluruhan novel ini menarik. Saya juga suka cover yang terlihat artistik dan
mengundang rasa penasaran. Dari novel
ini saya belajar untuk tidak lari dari
masalah, jangan terjebak pada masa lalu.
Srobyong, 10 Mei 2018
No comments:
Post a Comment