Monday, 9 January 2017

[Resensi] Menjelajahi Masjid di Lima Benua



Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Sabtu 31 Desember 2016 

Judul               : 1001 Masjid di 5 Benua
Penulis             : Taufik Uieks
Penerbit           : Mizan
Cetakan           : Pertama, Oktober 2016
Halaman          : 260 hlm
ISBN               : 978-979-433-971-8
Persensi           : Ratnani Latifah. Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Unisnu Jepara.


Bagi sebagian orang jika berkesempatan untuk menjelajahi lima benua dengan negara-negara adidaya, lazimnya tempat wisata yang akan dipilih adalah pantai, pegunungan, atau pusat perbelanjaan. Namun berbeda dengan Taufik, yang lebih memilih menjelajahi berbagai masjid di pelosok berbagai negara untuk mereguk inspirasi spiritual jiwa.

Menurut Taufik dengan mengunjungi masjid dia bisa mengetahui kehidupan masyarakat muslim di suatu kota di negara tertentu. Bahkan dapat mengenal lebih jauh sejarah ajaran Islam mulai masuk, sekaligus perkembangannya di kota tersebut.   

Buku ini mengulas perjalanan Taufik selama berkeliling ke berbagai negara dan kunjungannya ke berbagai masjid. Di antaranya ada  masjid yang konon merupakan markas teroris di Amsterdam. Nama masjid tersebut adalah Masjid Stichiting El Tawheed atau Yayasan At-tauhid. 

Pada tahun 2004 terjadi pembunuhan Theo van Gogh, sutradara pembuat film anti-silam, oleh pemuda bernama Mohammad Bouyeri, yang merupakan salah satu jamaah masjid tersebut.  Peristiwa yang menggemparkan negeri Belanda dan disebut sebagai “Dutch September 11” ini membuat gerakan dan kegiatan di El Tawhed selalu dimatai-matai pemerintah (hal 21). 

Tidak kalah menarik adalah  kunjungan di Masjid Kapitan Keling—di mana di sana terdapat Al-Quran dalam sepuluh bahasa.  Masjid ini dibangun oleh Cauder Mohuddeen pada 1801. Di sana ada papan pengingat yang bertuliskan “Merokok adalah haram dari pandangan Islam kerana padah-nya terdapat kemudaratan.”  (hal 84). Peringatan ini seolah mengingatkan  kaum agar selalu menjaga kesehatan.

Keunikan lainnya adalah adanya dua sisi pintu yang dihiasi surah Al-Ashr ayat 1-3 yang selain dalam bahas Arab, juga diterjemahkan dalam sembilan bahasa. Yaitu  Inggris, Prancis, Spanyol, Italia, Jerman, Belanda, Cina, Jepang dan Korea. Di sini kita bisa merenungi makna mendalam  dari surah tentang waktu (hal 86).

[Resensi Meneladani Nabi dan Rasul Buku Cerita Seru 25 Nabi dan Rasul]

Selain dua masjid ini, masih banyak masjid yang menarik dengan berbagai budaya dan sejarah peradaban Islam. Di antaranya  Masjid Tonson di negeri seribu pagoda,  Masjid Qingjing di Quanzhou yang merupakan saksi persahabatan, juga pembauran budaya Cina dan Arab, Masjid Noor Muhammad di ZanZibar, Masjid Rahmat di Dala—Yangoon yang mirip dengan dunia fantasi, Masjid Kul Zarif di Kazan, Masjid Nagoya di Jepang dan banyak lagi.

Buku ini dipaparkan dengan gaya bahasa yang renyah dan persuasif.  Sebuah buku yang sarat makna. Dalam wisata religi dan spiritualnya, penulis mengingatkan untuk selalau mensyukuri keagungan Allah, juga mengenalkan tentang budaya dan sejarah peradaban di berbagai penjuru dunia. Ada juga pesan kuat bahwa meskipun berbeda negara dan budaya, sesama muslim itu saudara dan harus saling menyayangi.

Srobyong, 18 Desember 2016 

No comments:

Post a Comment