Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Sabtu 31 Desember 2016
Judul : 1001 Masjid di 5 Benua
Penulis : Taufik Uieks
Penerbit : Mizan
Cetakan : Pertama, Oktober 2016
Halaman : 260 hlm
ISBN : 978-979-433-971-8
Persensi : Ratnani Latifah. Penikmat buku dan
penyuka literasi. Alumni Unisnu Jepara.
Bagi sebagian orang jika
berkesempatan untuk menjelajahi lima benua dengan negara-negara adidaya, lazimnya
tempat wisata yang akan dipilih adalah pantai, pegunungan, atau pusat
perbelanjaan. Namun berbeda dengan Taufik, yang lebih memilih menjelajahi
berbagai masjid di pelosok berbagai negara untuk mereguk inspirasi spiritual
jiwa.
Menurut Taufik dengan mengunjungi
masjid dia bisa mengetahui kehidupan masyarakat muslim di suatu kota di negara
tertentu. Bahkan dapat mengenal lebih jauh sejarah ajaran Islam mulai masuk,
sekaligus perkembangannya di kota tersebut.
Buku ini mengulas perjalanan Taufik
selama berkeliling ke berbagai negara dan kunjungannya ke berbagai masjid. Di
antaranya ada masjid yang konon merupakan
markas teroris di Amsterdam. Nama masjid tersebut adalah Masjid Stichiting El
Tawheed atau Yayasan At-tauhid.
Pada tahun 2004 terjadi pembunuhan
Theo van Gogh, sutradara pembuat film anti-silam, oleh pemuda bernama Mohammad
Bouyeri, yang merupakan salah satu jamaah masjid tersebut. Peristiwa yang menggemparkan negeri Belanda
dan disebut sebagai “Dutch September 11” ini membuat gerakan dan kegiatan di El
Tawhed selalu dimatai-matai pemerintah (hal 21).
Tidak kalah menarik adalah kunjungan di Masjid Kapitan Keling—di mana di
sana terdapat Al-Quran dalam sepuluh bahasa.
Masjid ini dibangun oleh Cauder Mohuddeen pada 1801. Di sana ada papan
pengingat yang bertuliskan “Merokok adalah haram dari pandangan Islam kerana
padah-nya terdapat kemudaratan.” (hal
84). Peringatan ini seolah mengingatkan kaum agar selalu menjaga kesehatan.
Keunikan lainnya adalah adanya dua
sisi pintu yang dihiasi surah Al-Ashr ayat 1-3 yang selain dalam bahas Arab,
juga diterjemahkan dalam sembilan bahasa. Yaitu
Inggris, Prancis, Spanyol, Italia, Jerman, Belanda, Cina, Jepang dan
Korea. Di sini kita bisa merenungi makna mendalam dari surah tentang waktu (hal 86).
[Resensi Meneladani Nabi dan Rasul Buku Cerita Seru 25 Nabi dan Rasul]
Selain dua masjid ini, masih banyak masjid
yang menarik dengan berbagai budaya dan sejarah peradaban Islam. Di
antaranya Masjid Tonson di negeri seribu
pagoda, Masjid Qingjing di Quanzhou yang
merupakan saksi persahabatan, juga pembauran budaya Cina dan Arab, Masjid Noor
Muhammad di ZanZibar, Masjid Rahmat di Dala—Yangoon yang mirip dengan dunia
fantasi, Masjid Kul Zarif di Kazan, Masjid Nagoya di Jepang dan banyak lagi.
Buku ini dipaparkan dengan gaya
bahasa yang renyah dan persuasif. Sebuah
buku yang sarat makna. Dalam wisata religi dan spiritualnya, penulis mengingatkan
untuk selalau mensyukuri keagungan Allah, juga mengenalkan tentang budaya dan
sejarah peradaban di berbagai penjuru dunia. Ada juga pesan kuat bahwa meskipun
berbeda negara dan budaya, sesama muslim itu saudara dan harus saling
menyayangi.
Srobyong, 18 Desember 2016
No comments:
Post a Comment