Thursday, 5 January 2017

[Review] Kisah Perjalanan Gadis Dayak Memperoleh Hidayah

Judul               : Kujemput Islam dengan Cinta-Mu
Penulis             : Lesa Mara Pepe
Penerbit           : Zukzez Express
Cetakan           :  Dua, Mei 2016
Halaman          : 246 hlm
ISBN               : 978-602-7967-50-2

Manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan di masa depan.  Karena manusia hanya bisa merencanakan dan Tuhan-lah yang menetukan segalanya. Sebagaimana dengan keyakinan, kita tidak pernah tahu siapa saja yang akan mendapat hidayah dari Tuhan . Baik itu kapan dan bagaimana hidayah itu datang menyapa.

Misalnya saja kisah  tentang Abu Thalib—Paman Nabi saw, meski dia sangat dekat dan sayang dengan Nabi, Abu Thalib belu terbuka hatinya untuk memeluk Islam. Lain lagi dengan Umar bin Khatab, dia sangat membenci Nabi dan Islam. Bahkan dia hendak membunuh Rasulullah, namun siapa sangka ketika mendengar alunan ayat Al-Quran, hatinya yang keras mendadak lunak dan langsung menyatakan masuk Islam.

Sebagaimana kisah pada sahabat, saat ini banyak hal senada yang kerap terjadi pada orang-orang istimewa. Salah satunya Lesa Mara Pepe, penulis yang berasal dari Kalimantan. Dia dilahirkan dari keluarga  Kristen Protestan taat  (hal. 26). Dia hidup dalam tradisi kental suku dayak. Namun karena karunia-Nya, dara manis ini mendapat hidayah untuk memeluk Islam.  Tentu saja perjuangannya tidak mudah. Dia mengkaji berbagai literatur dan sejarah. Baik itu sejarah Islam, Kristen dan suku dayak.  
Kisah perjalannya dimulai ketika dia Lesa melanjutkan pendidikannya di Akademi Analisis Kesehatan Borneo Lestari, Kalimantan Selatan,  sekitar tahun 2011. Di sana dia bertemu mahasiswa perawat bernama Azahar. Bisa dibilang Azhar adalah media yang membawa Lesa mengenal lebih dekat. Dari Azhar, Lesa banyak belajar melalui buku-buku yang dipinjamkan Azhar.  Selain itu mereka juga kerap berdiskusi soal agama masing-masing.

Di sinilah, Lesa akhirnya menemukan beberapa aturan Islam yang sangat indah dan tidak pernah dia temukan dalam agamanya.   Merasa tertarik, perlahan Lesa mulai mencari tahu lebih banyak tentang sejarah—baik itu agama Islam atau agama yang dianutnya. Mengkaji ulang kitab injil dan membaca tarjamah Al-Quran.

Selain itu banyak buku Lesa baca untuk menuntaskan rasa hausnya. Sebut saja buku karya Felix Y Siauw—mualaf Cina yang berjudul ‘Udah Putusin Aja!   Buku lain yang dia baca adalah Kala Yesus Jadi, Tuhan karya Richard E. Rubenstein, 13 Alasan Mencinta Yesus, Harus Masuk Islam karya Insan LS Mokoginta yang juga seorang mualaf, Hijab I’m in Love karya Oki Setiana Dewi.

Lesa juga mendapat motivasi dari kisah Hj. Irena Handono—mantan biarawati yang berasal dari etnis Tionghoa.  “Islam adalah agama hidayah, agama hak. Islam agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Manusia itu oleh Allah diberi akal, budi pekerti, emosi, rasio. Agama Islam adalah agama untuk orang yang berakal, semakin dalam daya analisis kita, insya Allah akan  memberi.” (hal. 109)

Hanya saja dalam usahanya mencari kebenaran, perjalanan Lesa tidak bisa berjalan mulus. Keluarga besarnya memarahinya habis-habisan. Hal ini terjadi di tahun 2013. Berbagai cara dilakukan orangtua Lesa agar putri sulungnya itu tidak berpindah agama.  Bahkan Lesa sampai ditatar dan diajak debat perihal agamanya.  Yang paling buruk, Lesa hampir dilarang orangtuanya melanjutkan pendidikan, karena di sana-lah asal muasal Lesa mengenal Islam lebih jauh. (hal. 127)

Beruntung hal itu tidak terjadi. Lesa tetap diizinkan menyelesaikan kuliah dengan persyaratan yang diajukan ayahnya. Namun pada kenyataanya, Lesa tidak bisa mengikuti permintaan agamanya.  Pada tanggal 4 Mei 2014 Lesa resmi bersyahadat. Meski dia tahu konsekuensi dari pilihannya.
Selama perjalannya mencari kebenaran, selain mempelajari sejarah Islam dan Kristen, Lesa ternyata mendalami hubungan antara kedua agama tersebut dengan budaya dayak. Dan dari pengamatannya, Lesa mendapati kenyataan yang tidak terduga. Bahwa Islam dulu pernah memiliki pengaruh suku Dayak Maanyan. (hal. 191)

Membaca novel ini, sungguh memberi banyak wawasan. Baik itu tentang agama Islam, Kristen atau pun budaya dayak. Selain itu buku ini juga dilengkapi kisah cinta Lesa yang tak kalah manis dari perjalanannya dalam menjemput hidayah. Ini adalah buku yang sangat inspiratif.  Dikemas dengan bahasa yang santun, membuat buku ini asyik untuk dibaca. Beberapa salah tulis tidak mengurangi kenikmatan dalam membaca.

Dan dari buku ini saya juga semakin memahami perihal persatuan yang kokoh dari suku dayak. Mereka saling menghormati pilihan agama masing-masing dan tidak saling menjatuhkan. Namun hidup dengan berdampingan.



4 comments:

  1. horeee... iklannya udah di tengah. Eh, :P

    Kisah Lesa inspiratif yah. Bersyukur dari lahir dah muslim. Makin bersyukur lagi saat dewasa (aka. Tuwa) diberi kesempatan untuk lebih mengenal agama sendiri.

    Good review, Mba Ratna

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hore, iya Mbak, ngambil ilmu dari sampeyan dan Mbaak El Nurien.

      Iya Mbak, terima kasih. Kisahnya memang sangat menginspirasi.

      Delete
  2. Mba,kalo mau beli bukunya dimana ya? atau ada versi e-book?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini bisa belim di perbitnya langsung Mbak, coba hubungi Omzuk ini link akun fbnya https://www.facebook.com/zukzez.express?fref=ts (Zukzez Ex Press) atau bisa lewat IG-nya https://www.instagram.com/zukzez.express/ (@zukzez.express)

      Delete