Judul : Kujemput Islam dengan Cinta-Mu
Penulis : Lesa Mara Pepe
Penerbit : Zukzez Express
Cetakan
: Dua, Mei 2016
Halaman : 246 hlm
ISBN : 978-602-7967-50-2
Manusia tidak pernah tahu apa yang
akan terjadi pada kehidupan di masa depan.
Karena manusia hanya bisa merencanakan dan Tuhan-lah yang menetukan
segalanya. Sebagaimana dengan keyakinan, kita tidak pernah tahu siapa saja yang
akan mendapat hidayah dari Tuhan . Baik itu kapan dan bagaimana hidayah itu
datang menyapa.
Misalnya saja kisah tentang Abu Thalib—Paman Nabi saw, meski dia
sangat dekat dan sayang dengan Nabi, Abu Thalib belu terbuka hatinya untuk
memeluk Islam. Lain lagi dengan Umar bin Khatab, dia sangat membenci Nabi dan
Islam. Bahkan dia hendak membunuh Rasulullah, namun siapa sangka ketika
mendengar alunan ayat Al-Quran, hatinya yang keras mendadak lunak dan langsung
menyatakan masuk Islam.
Sebagaimana kisah pada sahabat, saat
ini banyak hal senada yang kerap terjadi pada orang-orang istimewa. Salah
satunya Lesa Mara Pepe, penulis yang berasal dari Kalimantan. Dia dilahirkan
dari keluarga Kristen Protestan taat (hal. 26). Dia hidup dalam tradisi kental suku
dayak. Namun karena karunia-Nya, dara manis ini mendapat hidayah untuk memeluk
Islam. Tentu saja perjuangannya tidak
mudah. Dia mengkaji berbagai literatur dan sejarah. Baik itu sejarah Islam,
Kristen dan suku dayak.
Kisah perjalannya dimulai ketika dia
Lesa melanjutkan pendidikannya di Akademi Analisis Kesehatan Borneo Lestari,
Kalimantan Selatan, sekitar tahun 2011.
Di sana dia bertemu mahasiswa perawat bernama Azahar. Bisa dibilang Azhar
adalah media yang membawa Lesa mengenal lebih dekat. Dari Azhar, Lesa banyak
belajar melalui buku-buku yang dipinjamkan Azhar. Selain itu mereka juga kerap berdiskusi soal
agama masing-masing.
Di sinilah, Lesa akhirnya menemukan
beberapa aturan Islam yang sangat indah dan tidak pernah dia temukan dalam
agamanya. Merasa tertarik, perlahan
Lesa mulai mencari tahu lebih banyak tentang sejarah—baik itu agama Islam atau
agama yang dianutnya. Mengkaji ulang kitab injil dan membaca tarjamah Al-Quran.
Selain itu banyak buku Lesa baca
untuk menuntaskan rasa hausnya. Sebut saja buku karya Felix Y Siauw—mualaf Cina
yang berjudul ‘Udah Putusin Aja! Buku lain yang dia baca adalah Kala
Yesus Jadi, Tuhan karya Richard E. Rubenstein, 13 Alasan Mencinta Yesus,
Harus Masuk Islam karya Insan LS Mokoginta yang juga seorang mualaf, Hijab
I’m in Love karya Oki Setiana Dewi.
Lesa juga mendapat motivasi dari
kisah Hj. Irena Handono—mantan biarawati yang berasal dari etnis Tionghoa. “Islam adalah agama hidayah, agama hak. Islam
agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Manusia itu oleh Allah diberi akal,
budi pekerti, emosi, rasio. Agama Islam adalah agama untuk orang yang berakal,
semakin dalam daya analisis kita, insya Allah akan memberi.” (hal. 109)
Hanya saja dalam usahanya mencari
kebenaran, perjalanan Lesa tidak bisa berjalan mulus. Keluarga besarnya
memarahinya habis-habisan. Hal ini terjadi di tahun 2013. Berbagai cara
dilakukan orangtua Lesa agar putri sulungnya itu tidak berpindah agama. Bahkan Lesa sampai ditatar dan diajak debat
perihal agamanya. Yang paling buruk,
Lesa hampir dilarang orangtuanya melanjutkan pendidikan, karena di sana-lah
asal muasal Lesa mengenal Islam lebih jauh. (hal. 127)
Beruntung hal itu tidak terjadi.
Lesa tetap diizinkan menyelesaikan kuliah dengan persyaratan yang diajukan
ayahnya. Namun pada kenyataanya, Lesa tidak bisa mengikuti permintaan
agamanya. Pada tanggal 4 Mei 2014 Lesa
resmi bersyahadat. Meski dia tahu konsekuensi dari pilihannya.
Selama perjalannya mencari
kebenaran, selain mempelajari sejarah Islam dan Kristen, Lesa ternyata
mendalami hubungan antara kedua agama tersebut dengan budaya dayak. Dan dari
pengamatannya, Lesa mendapati kenyataan yang tidak terduga. Bahwa Islam dulu
pernah memiliki pengaruh suku Dayak Maanyan. (hal. 191)
Membaca novel ini, sungguh memberi
banyak wawasan. Baik itu tentang agama Islam, Kristen atau pun budaya dayak. Selain
itu buku ini juga dilengkapi kisah cinta Lesa yang tak kalah manis dari
perjalanannya dalam menjemput hidayah. Ini adalah buku yang sangat
inspiratif. Dikemas dengan bahasa yang
santun, membuat buku ini asyik untuk dibaca. Beberapa salah tulis tidak
mengurangi kenikmatan dalam membaca.
Dan dari buku ini saya juga semakin
memahami perihal persatuan yang kokoh dari suku dayak. Mereka saling
menghormati pilihan agama masing-masing dan tidak saling menjatuhkan. Namun
hidup dengan berdampingan.
horeee... iklannya udah di tengah. Eh, :P
ReplyDeleteKisah Lesa inspiratif yah. Bersyukur dari lahir dah muslim. Makin bersyukur lagi saat dewasa (aka. Tuwa) diberi kesempatan untuk lebih mengenal agama sendiri.
Good review, Mba Ratna
Hore, iya Mbak, ngambil ilmu dari sampeyan dan Mbaak El Nurien.
DeleteIya Mbak, terima kasih. Kisahnya memang sangat menginspirasi.
Mba,kalo mau beli bukunya dimana ya? atau ada versi e-book?
ReplyDeleteIni bisa belim di perbitnya langsung Mbak, coba hubungi Omzuk ini link akun fbnya https://www.facebook.com/zukzez.express?fref=ts (Zukzez Ex Press) atau bisa lewat IG-nya https://www.instagram.com/zukzez.express/ (@zukzez.express)
Delete