Monday, 16 January 2017

[Resensi] Menikmati Keindahan Lembata Melalui Kisah Romance

Dimuat di Kabar Madura,  Senin 9 Januari 2017 


Judul               : Cintaku di Lembata
Penulis             : Sari Narulita
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Pertama, Mei 2016
Halaman          : 192 hlm
ISBN               :  978-602-03-1040-4
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.


Indonesia sangat kaya dengan budaya juga tempat-tempat indah yang menakjubkan. Salah satunya adalah Lembata—salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur. Konon dikenal dengana nama Lomblen yang memiliki arti kawula. Alamnya sebagian besar terdiri atas wilayah pesisir pantai, perbukitan dan gunung berapi (hal 18).

Menyadari keindahan Lembata membuat Sari Nuralita terinspirasi untuk memadukan keindahan NTT dengan sebuah kisah romance.  Novel ini sendiri berkisah tentang Kayla yang akhirnya menerima ajakan Eleonora, sahabatnya untuk ikut berpetualangan ke Pulau Lembata mengikuti pers conference Adventure Lembata 2014.  

Namun siapa sangka dalam perjalannya ini, Kayla bertemu sosok di masa lalunya—Gringgo atau nama aslinya Elanda. Seseorang yang pernah menempati tempat teristimewa ketika di remaja dulu. Saat dia bergabung  dengan BKSSM—Badan Kerja Sama Seniman Militer.  Di mana Kayla pernah menjadi artis film dan kemudian jatuh cinta pada Gringgo. Sayangnya mereka tidak bersatu karena  alasan tertentu di kala itu.

Pertemuan kembali itu secara tidak langsung membuat Kayla kelabakan. Percikan cinta dan rindu pada laki-laki Kupang itu membuatnya terjebak pada kisah cinta yang terlarang.  Entah bagaimana kisah Kayla dan Gringgo yang konon katanya tidak mungkin bisa bersatu. Banyak misteri yang menyelubungi hubungan mereka.

Seperti tiba-tiba datang sosok misterisus yang mengaku  diminta leluhur untuk menjaga Gringgo. Dia menasihati Kayla.  “Nona adalah masa lalunya. Kalian tidak ditakdirkan untuk hidup bersama.” ( hal 153).

Dan ketika Kayla bercerita pada Nora, sahabatnya, bukannya menenangkan, Nora malah menasihatainya untuk percaya pada ucapan sosok itu. “Hati-hati Kayla, sebaiknya kauturuti nasihatnya. Di sini tradisi dan adat istiadat masih sangat kuat meskipun masih sudah banyak yang moderen. Tetap saja mereka takut melanggarnya.  Hentikan segera khayalanmu untuk membina hubungan yang lebih akrab dengan laki-laki itu. Kalau tidak, kamu akan semakin hanyut dengan perasaanmu dan terluka nantinya.” (hal  155).

Kayla dilema. Haruskah dia percaya dengan semua itu atau tidak. Tapi dia tidak ingin kehilangan Gringgo untuk yang kedua kalinya.

Kisah ini diceritakan dengan gaya tutur bahasa yang lembut, membuat tidak bosan membaca. Apalagi dalam perjalanan kisah dua sejoli ini, penulis menjabarkan latar yang sangat menawan. Pertama pembaca diajak mengenal desa Lamagute dengan udara yang sejuk dan kejernihan air lautnya. Dilanjutkan perjalanan ke kampung adat Lewohala yang terletak di  lereng Gunung  Ile Lewotolok. Di sana ada gunung Ile Ape. Ketika sampai di puncak gunung bisa menyaksikan panorama terbitnya matahari yang indah (hal 34).

Perjalanan yang tidak kalah menarik adalah ketika mengunjungi Jontona. Di sana bisa melihat keindahan pantai putih, mengunjungi museum ikan paus dan melihat tradisi berburu ikan paus. (hal. 53) Tidak ketinggalan di  Jontana pelancong bisa melihat pertunjukkan tari tradisi di Teluk Walengan.  Dan tidak terlupakan adalah ketika bisa menikmati senja di Bukit Cinta, Wolor Pass. Di NTT, masih lekat dengan budaya daerah yang dimiliki.

“Bukan hanya keindahan alam dan budayanya, NTT adalah museum hidup. Di sini banyak kampung adat yang terawat, tradisi merapu dan megalitik. Ritual di sini bukan dilakukan sekdar untuk memuaskan rasa ingin tahu wisatawan, tapi memang merupakan keseharian yang mereka jalankan.” (hal 120).

Selain mengenalkan keindahan Lembata,  dalam novel ini juga sedikit mengkritisi pemerintah yang belum bisa mengelola potensi alam lembata untuk menjadi objek wisata dengan keindahan laut, gunung, adat istiadat dan budayanya yang terjaga turun-temurun. (hal 139).

Srobyong, 15 September 2016 

2 comments:

  1. Kudu masuk list bacaan nih. Novel dengan setting keindahan alam Indonesia aku suka bangeeettt... Ga sabar pengin baca sendiri Cintaku di Lembata ini ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setting keindahan alam Indonesia memang menarik Mbak. Semoga segera bertemu buku ini dan dibaca, ya Mbak :)

      Delete