Dimuat di Kabar Madura, Senin 9 Januari 2017
Judul : Cintaku di Lembata
Penulis : Sari Narulita
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Mei 2016
Halaman : 192 hlm
ISBN :
978-602-03-1040-4
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.
Indonesia sangat kaya dengan budaya
juga tempat-tempat indah yang menakjubkan. Salah satunya adalah Lembata—salah
satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur. Konon dikenal dengana nama
Lomblen yang memiliki arti kawula. Alamnya sebagian besar terdiri atas wilayah
pesisir pantai, perbukitan dan gunung berapi (hal 18).
Menyadari keindahan Lembata membuat
Sari Nuralita terinspirasi untuk memadukan keindahan NTT dengan sebuah kisah romance. Novel ini sendiri berkisah tentang Kayla yang
akhirnya menerima ajakan Eleonora, sahabatnya untuk ikut berpetualangan ke
Pulau Lembata mengikuti pers conference Adventure Lembata 2014.
Namun siapa sangka dalam perjalannya
ini, Kayla bertemu sosok di masa lalunya—Gringgo atau nama aslinya Elanda.
Seseorang yang pernah menempati tempat teristimewa ketika di remaja dulu. Saat
dia bergabung dengan BKSSM—Badan Kerja
Sama Seniman Militer. Di mana Kayla
pernah menjadi artis film dan kemudian jatuh cinta pada Gringgo. Sayangnya mereka
tidak bersatu karena alasan tertentu di
kala itu.
Pertemuan kembali itu secara tidak
langsung membuat Kayla kelabakan. Percikan cinta dan rindu pada laki-laki
Kupang itu membuatnya terjebak pada kisah cinta yang terlarang. Entah bagaimana kisah Kayla dan Gringgo yang
konon katanya tidak mungkin bisa bersatu. Banyak misteri yang menyelubungi
hubungan mereka.
Seperti tiba-tiba datang sosok misterisus
yang mengaku diminta leluhur untuk
menjaga Gringgo. Dia menasihati Kayla.
“Nona adalah masa lalunya. Kalian tidak ditakdirkan untuk hidup
bersama.” ( hal 153).
Dan ketika Kayla bercerita pada
Nora, sahabatnya, bukannya menenangkan, Nora malah menasihatainya untuk percaya
pada ucapan sosok itu. “Hati-hati Kayla, sebaiknya kauturuti nasihatnya. Di
sini tradisi dan adat istiadat masih sangat kuat meskipun masih sudah banyak
yang moderen. Tetap saja mereka takut melanggarnya. Hentikan segera khayalanmu untuk membina
hubungan yang lebih akrab dengan laki-laki itu. Kalau tidak, kamu akan semakin
hanyut dengan perasaanmu dan terluka nantinya.” (hal 155).
Kayla dilema. Haruskah dia percaya
dengan semua itu atau tidak. Tapi dia tidak ingin kehilangan Gringgo untuk yang
kedua kalinya.
Kisah ini diceritakan dengan gaya
tutur bahasa yang lembut, membuat tidak bosan membaca. Apalagi dalam perjalanan
kisah dua sejoli ini, penulis menjabarkan latar yang sangat menawan. Pertama
pembaca diajak mengenal desa Lamagute dengan udara yang sejuk dan kejernihan
air lautnya. Dilanjutkan perjalanan ke kampung adat Lewohala yang terletak
di lereng Gunung Ile Lewotolok. Di sana ada gunung Ile Ape.
Ketika sampai di puncak gunung bisa menyaksikan panorama terbitnya matahari
yang indah (hal 34).
Perjalanan yang tidak kalah menarik
adalah ketika mengunjungi Jontona. Di sana bisa melihat keindahan pantai putih,
mengunjungi museum ikan paus dan melihat tradisi berburu ikan paus. (hal. 53)
Tidak ketinggalan di Jontana pelancong
bisa melihat pertunjukkan tari tradisi di Teluk Walengan. Dan tidak terlupakan adalah ketika bisa menikmati senja di Bukit Cinta,
Wolor Pass. Di NTT, masih lekat dengan budaya daerah yang dimiliki.
“Bukan hanya keindahan alam dan
budayanya, NTT adalah museum hidup. Di sini banyak kampung adat yang terawat,
tradisi merapu dan megalitik. Ritual di sini bukan dilakukan sekdar untuk
memuaskan rasa ingin tahu wisatawan, tapi memang merupakan keseharian yang
mereka jalankan.” (hal 120).
Srobyong, 15 September 2016
Kudu masuk list bacaan nih. Novel dengan setting keindahan alam Indonesia aku suka bangeeettt... Ga sabar pengin baca sendiri Cintaku di Lembata ini ;)
ReplyDeleteSetting keindahan alam Indonesia memang menarik Mbak. Semoga segera bertemu buku ini dan dibaca, ya Mbak :)
Delete