Dimuat di Koran Jakarta, Rabu 18 Januari 2017
Judul : Kau Tak Pernah Berjalan Sendiri
Penulis : David Mezzapelle
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, September 2016
Tebal : xxii + 482 halaman
ISBN : 978-602-03-2531-6
Peresensi : Ratnani Latifah, Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.
Dalam
hidup ini tidak ada sesuatu yang mudah. Selalu ada banyak masalah yang acap
kali menjadi rintangan, sebagai warna
kehidupan. Buku ini mencoba menjelaskan bagaimana cara agar bisa
menaklukkan segala rintangan yang kerap
kali dialami oleh sebagian orang. Sebuah buku yang inspiratif dan sangat
memotivasi.
Sebut
saja Melody Goodspeed. Pada usia 26 tahun dia mempunyai pekerjaan yang nyaris
sempurna. Namun siapa sangka beberapa minggu kemudian dia mengalami sesuatu yang
mengubah kehidupannya. Dia kehilangan
penglihatan, karena gumpalan darah yang bersarang di kepalanya. Di sana-lah titik paling rendah dalam hidup
Melody. Dia merasa depresi dan putus asa. Bahkan berkeinginan mati.
Namun
Melody sadar kalau dirinya hanya memiliki dua pilihan—menyerah atau berjuang. Dan
dia memilih berjuang. Melody masuk ke
pusat rehabilitasi dan belajar hidup sebagai tunanetra. Di sana dia belajar
dari instrukturnya, bahwa hidup belum berakhir hanya karena sebuah
perubahan. Dan hidup tidak pernah memberikan cobaan lebih berat
daripada yang bisa kita tangani (hal 22). Perlahan Melody pun bisa menerimanya dirinya.
Bahkan kemudian dia menjadi seorang guru bagi para tunanetra.
Kisah
lainnya adalah Suzanne Miller yang
selalu dihantui kanker. Ketika dia kecil ibunya meninggal karena penyakit
kanker. Dan ketika dia menikah ternyata suaminya—Rob didiagnosa mengidap tumor
otak besar bahkan hingga dirawat di unit perawatan intensif dan meninggal. Namun tidak cukup pada dua orang yang paling
dia sayangi, ternyata dia pun didiagnosa terjangkit penyakit kanker indung
telur. Padalah kala itu dia masih harus memikirkan dua anaknya. Kenyataan itu tentu saja membuat Suzan runtuh,
karena dia pikir telah lolos dari takdir yang mengerikan. Beruntung dia mendapat banyak dukungan dari
teman dan saudaranya dari seluruh penjuru dunia. Di sini Suzan seolah mendapat
kekuatan dan optimis untuk menjalani pengobatan. Lalu dengan penuh antusias
mengayun langkah menuju hidup baru pascakanker (hal 95).
Tidak
kalah inspiratif adalah kisah Kimberlee M. Hooper. Ketika berusia 21 tahun dia
mengalami penyakit yang disebut
ensefalitis, peradangan akut pada otak.
Dia mengalami kejang dan koma selama beberapa hari dan terbangun tanpa
mengingat masa lalu. Selama laju
hidupnya dia selalu dihantui kalau-kalau ensefalitis itu kambuh dan kembali
mengambil semuanya lagi—kenangan tentang suami, putrinya, anak yang dikandung,
teman dan koleganya.
Namun
dia sadar ketakutan itu tidak akan menyelesaikan masalah. Dia belajar bahwa yang bisa dilakukannya hanyalah merangkul
setiap hari dan bersyukur atas apa yang
dimiliki saat itu. Menciptakan kenangan dan menghargai setiap detik yang bisa
dimiliki dengan orang-orang yang dicintai.
Karena masa lalu bukanlah satu-satunya hal yang merumuskan diri. Tapi tindakan
dalam membentuk masa depan-lah yang akan menciptakan masa depan yang
menyenangkan (hal 188).
Lalu
ada juga kisah Emmanuel Ofsu Yeboah. Dia lahir di Ghana 1977 tanpa tulang kering kanan dan kaki kanan yang
menggelantung tanpa kekuatan. Dia dianggap anak yang dikutuk sehingga sang ayah
meninggalkannya karena malu. Keluarga lain juga teman tidak ada yang
menginginkannya kecuali sang ibu.
Dari
sang ibu dia belajar untuk tidak mudah menyerah dengan segala keterbatasannya.
Dia ingin membuktikan bahwa orang-orang disabilitas pun bisa melakukan hal
besar. Emmanuel memutuskan akan bersepeda sejauh enam ratus kilometer
berkeliling Ghana. Dengan bantuan Challenged
Athletes Foundation (CAF), organisasi di California yang mendukung atlet
dengan disabilitas dan Raja Osagyefuo dari Ghana, yang menyetujui gagasannya,
Emmanuel bisa melakukan rencananya.
Dia memulai
perjalanannnya dan berhasil mengayuh hampir sejauh 650 kilometer membelah Ghana
hanya dengan satu kaki. Dia menjadi
seorang disabilitas yang sangat menginspirasi. Dia mengajarkan bahwa setiap
orang bisa mengatasi rintangan selama memiliki percaya diri (hal 199).
Selain
beberapa kisah ini masih banyak lagi kisah inspiratif yang sangat
menginspirasi. Mengajarkan pada kita bahwa untuk mencapai kehidupan yang
bahagia, kita harus selalu bersyukur
bagaimana pun keadaan yang ada.
Menanamkan sikap positif dengan berani menerima segala cobaan dan
menghadapinya dengan kesabaran tidak mudah menyerah. Selalu ada jalan jika kita mau berusaha dan
terus mencoba.
Srobyong,
15 Januari 2017
Atau bisa dibaca di web Koran Jakarta
No comments:
Post a Comment