Wednesday 2 November 2016

[Resensi] Menaklukkan London dan Manchester Biru

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 30 Oktober 2016 

Judul               : Pemburu di Manchester Biru 
Penulis             : Hanif Thamrin
Penerbit           : Gramedia 
Cetakan           : Pertama, Juli 2016 
Halaman          : 154 hlm
ISBN               : 978-602-03-2683-2
Peresensi         : Ratnani Latifah, lulusan Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, Jateng.

“Jika kita tidak berani bermimpi tinggi, bagaimana mungkin bisa meraih hal-hal besar?” (hal.3).

Hanif adalah sosok pemuda yang memiliki semangat tinggi dalam upaya mengejar mimpi. Dia tidak ingin kalah dengan keadaan. Dia tidak takut bermimpi. Sebagai mana kata Ir. Seokarno—bapak presiden pertama Indonesia, Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”

Diambil dari kisah nyata, novel ini mengisahkan tentang kegigihan Hanif dalam berjuang mengerjar mimpinya. Sebuah kegigihan yang harus dia pertahankan dari London sampai ke Manchester Biru.

Bermodal semangat dan nekat, Hanif menjelajahi kota London. Dia  melanjutkan pendidikannya di Goldsmiths University of London,  program postgraduate TV journalism tahun ajaran 2014/2015.  Bekal yang dia bawa ke London itu sangat pas-pasan. Dia hanya memiliki uang untuk membayar perkuliahan selama setahun. Semantara uang kosnya hanya untuk enam bulan.  Padahal, mengikuti jadwal kuliahnya, dia harus berada di London selama satu tahun. (hal. 5) 

Tapi Hanif tidak takut. Hal itu malah menjadi sebuah tantangan. Dia harus bekerja di  kota yang cukup keras itu, untuk bertahan hidup.  Semangatnya demi mewujudkan mimpi sungguh luar biasa. Bahkan dia tidak peduli, jika harus bekerja serabutan.  Apa pun itu yang penting halal. 

Dia pernah menjadi  buruh cuci mobil.  Selain itu dia juga pernah mencicipi menjadi tukang merenovasi toilet, kuli angkut, door to door sales, sampai pelayan restoran dan kasir.   Hanif sungguh gigih berusaha agar tetap bisa melajutkan pendidikan di sana.  Baginya ini adalah kesempatan yang harus diperjuangkan.  Dia tidak peduli, meski harus merasakan tubuhnya sakit semua, karena mengerjakan pekerjaan kasar.  

Selain bermimpi melanjutkan kuliah di London, Hanif juga ingin sekali bisa bekerja di BBC—British Broadcasting Corporation.  Dia pun tidak melewatkan untuk mengajukan lamaran.  Selain melamar pekerjaan di BBC, Hanif juga membuat berbagai lamaran di tempat lain. Sayangnya, dari semua lamaran yang dia kirimkan,  tidak satupun  yang bisa menerima dirinya magang.   Apakah Hanif putus asa? Jawabannya tidak, dia terus berusaha lagi dan lagi.

Dan buah kesabarannya akhirnya terjawab di tahun 2015. Dia mendapat email dari Liston P. Siregar yang menyatakan dia diterima magang di BBC. (hal. 63)   Hanif sangat senang. Tapi dia juga menyadari di saat yang sama, itu adalah masa yang sangat berat.  Hari senin dan Jumat Hanif magang di BBC.  Selasa, Rabu, Kamis, kuliah seharian. Sabtu dan Minggu kerja double shif di Five Guys. (hal. 65) Tapi lagi-lagi, Hanif tetap berusaha untuk menghadapi semuanya.  Dia sangat gigih.
Di saat Hanif tengah menikmati  pekerjaanya di BBC, dia mendapat email dari dosennya—Linda Lewis. Memberikan  informasi bahwa Manchester City Football Club, tengah mencari produser yang bisa berbahasa Indonesia dan Inggris.  (hal.  75)  Di sinilah, pergualatan batin bagi Hanif. Dia bingung antara harus  menerima tawaran itu atau menolak. 

Namun Hanif teringat dengan kutipan Richard Branson, “If someone offers you on amazing opportunity, and you’re not sure you can do it, say yes—then learn how to do it later.” (hal.78).    Dia pun akhirnya mengamil keputusan besar untuk berjuang di Manchester.

Hanya saja di sana, tak seperti di London. Hanif harus memulai dari awal. Bekerja di sana ternyata tidak mudah, ketika masih menjadi orang baru. Di sana tidak ada yang mengajaknya mengobrol. Tidak ada yang mau duduk bersamanya saat makan siang.   Hanif ditantang apakah  di sana dia  menaklukkan  Manchester atau tidak.  

Kisah ini dipaparkan dengan gaya bahasa yang renyah dan mengasyikkan.   Buku ini sangat sarat makna. Mengingatkan pada kita, bahwa selalu ada jalan untuk meraih mimpi. Serta mengajarkan pada kita untuk tidak mudah menyerah, selalu mengobarkan api semangat. Selain itu,  saya jadi mengetahui bagaimana menjadi profesional di klub sepakbola ternama di dunia.  Menarik. 

Srobyong, 23 Oktober 2016 


No comments:

Post a Comment