Dimuat di Koran Pantura, Senin 3 Oktober 2016 |
Judul : Malam-Malam Terang
Penulis : Tasniem Fauziah Rais & Ridho Rahmadi
Editor : Donna Wiadjajanto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Desember 2015
Halaman : 256 hlm
ISBN :
978-602-032-454-8
Peresensi : Ratnani Latifah, penikmat buku dan literasi alumni
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.
Gagal mendapat nilai yang baik dalam
ujian akhir adalah momok bagi para pelajar.
Keberadaanya hanya akan membuat mereka merasa sedih, putus asa bahkan
frustasi. Namun, tanpa adanya kegagalan, kita tidak akan pernah tahu bagaimana
caranya untuk bangkit dan menjadi pribadi yang lebih sabar dan ulet. Di balik
kegagalan akan terdapat keberkahan yang luar biasa. Hanya saja mampukah kita move
on dari kegagalan tersebut?
Novel ini menceritakan tentang
Tasniem Rais—putri bapak Amien Rais—yang harus menelan pil pahit bahwa nilai
ujian akhir sekolah yang diperoleh, tidak sesuai dengan harapannya. Padahal
Tasnem bisa dibilang bukanlah siswa yang bodoh. Dia bahkan sering mendapat
peringkat satu. Namun kenyataan dia mendapat NEM 44, 73 membuatnya kecewa dan
terlukan.
Mimpi yang dimiliki untuk
melanjutkan ke SMA 3 sudah pasti gagal. Tasniem
sangat sedih dan mengurung diri di kamar. Perjuangannya selama tiga tahun di
sekolah, berbulan-bulan khusus untuk mempersiapkan ujian, hanya ditentukan oleh
angka desimal yang didapat dari beberapa jam saja mengerjakan soal ujian. Di
mana keadilan? Bukankah belajar adalah proses panjang bukan sesuatu yang dinilai
dari satu atau dua jam ujian saja? (hal. 10)
Mencoba melupakan kesedihan, Tasniem
pun memutuskan untuk mengunjungi sang nenek di Solo. Siapa sangka di sana, dia malah mendapat
pencerahan. Kejadian demi kejadian yang
dialami membuka pikirannya.
Globe College of Singapore. Di sanalah akhirnya Tasniem mencoba move on dari kegagalan
yang kerap menghantuinya. Tapi nyatanya
di sana dia kembali mengalami kegagalan yang semakin membuat dirinya down.
Rasa minder, ketakutan dan kecamuk perasaan menghantui dirinya. Sampai kemudian
sebuah nasihat panjang lebar dari sang ayah membuatnya menyadari sesuatu.
“Jadikan kegagalan sebagai sahabat
setiamu. Bukan berarti kamu harus selalu gagal, namun ketika kegagalan datang,
sambutlah ia sebagai sahabat. Karena kegagalan adalah cermin yang mengingatkan
kita untuk berusaha lebih baik. Tanpa cemin itu kita tidak bisa melihat diri
sendiri, tidak bisa mengevaluasi diri. Jangan takut gagal, kecuali kamu takut
sukses. Sejarah mengatakan, orang-orang sukses selau jatuh-bangun dulu sebelum
mencapai puncak idaman” (hal. 66)
Sejak itu, Tasniem pun berusaha
bangkit dari keterpurukan. Menghadapi kenyataan dengan lapang dadang dan selalu
berpikir positif. Dia tidak mau
diperbudakan ketakutan akan namanya kegagalan. Dia bertekad untuk belajar
dengan keras agar bisa membuat orangtuanya bangga. Hanya saja apakah nanti
Tasniem berhasil menjadi bintang yang paling terang di gelapnya malam
sebagaimana harapannya? Karena sejatinya masih banyak lagi jalan terjal yang
harus dihadapi bagi orang-orang yang ingin menggapai mimpi. Selain pertanyaan
itu, masih banyak lagi pertanyaan yang pastinya akan membuat penasaran.
Sebuah novel yang sarat makna dan
sangat inspiratif. Diceritakan dengan gaya bahasa yang santai dan renyah,
membuat novel ini sangat nyaman dibaca. Membaca malam-malam terang membuat kita—khusunya
para pelajar—untuk belajar tentang arti kegagalan serta usaha untuk mau
bangkit. Hal ini bisa dilihat dari usaha Tasniem dalam berjuang untuk menjadi
sosok yang lebik baik setelah berkali-kali mengalami kegagalan. Tasniem dengan
tekun belajar tanpa kenal lelah. Dari pengalaman Tasniem itu mengingatkan bahwa
sebuah ilmu itu bisa didapat dengan adanya usaha keras yang juga diimbangi
dengan doa.
Selain memaparkan kisah perjuangan
pelajar yang ingin move on dari kegagalan, novel ini juga memuat
pesan-pesan spiritual yang inspiratif. Ada pula tentang kisah persahabatan Tasniem
dengan berbagai teman dari suku bangsa yang berbeda-beda dengan tenggang rasa
yang tinggi. Tidak ketinggalan bumbu kisah cinta manis antara Tasniem dan kakak
kelasnya. Semua dikemas dengan porsi pas.
Beberapa kesalahan tulis tidak mengurangi keasyikan dalam membaca.
Lebih dari itu, ketika membaca
Malam-Malam Terang, kita akan dipertemukan dengan quote-quote keren yang sangat
menginspirasi. Dan dari sekian banyak quote yang ada. Quote ini-lah yang paling
keren. “Pedang menjadi tajam dan mampu membelah batang pohon karena ditempa
terus-menerus dalam panas. Begitu juga untuk para penuntut ilmu”. (hal. 7)
Hal ini menunjukkan, bahwa pelajar harus selalu berusaha keras agar bisa
seperti pedang yang tajam.
Lalu quote ini “Musuh terbesar adalah dari diri kita
sendiri yang kemudian berwujud aneka bentuknya seperti rasa ingin menyerah,
malas, dan sebagainya.” (hal. 201) Quote ini sekolah mengajarkan pada kita untuk menjadi diri sendiri dan jangan sampai
mudah putus asa. Recomended, yang pasti banyak hal yang bisa diteladani
dari novel ini.
Srobyong, 28 Juni 2016
No comments:
Post a Comment